23. Different Affection

2.1K 298 39
                                    

Cukup lama Rosé duduk termenung di meja makannya ini di temani oleh secangkir kopi hangat di hadapannya. Bayang-bayang Lisa masih terus menghantui pikirannya saat mengetahui jika sang kembaran itu tengah sakit.

Rosé sangat ingin mengunjungi lisa, tapi ia juga sangat engan kembali menginjakkan kakinya di rumah itu saat kembali mengingat betapa buruknya dirinya saat berada di situ. Tak lama suara bel penthouse nya berbunyi, pikiran rosé seketika hancur.

Berjalan menuju pintu dengan raut wajah dinginnya, saat pintu itu terbuka Rosé sedikit terkejut mendapati sosok wanita yang pernah bertemu di studio perekaman saat itu.

Rosé membungkukkan tubuhnya memberi salam hormat. "Annyeong ahjumma lee " Lee Jiah hanya tersenyum manis menatap wajah Rosé yang terdapat beberapa bintik-bintik merah.

"Jika aku boleh tau, ada apa ahjumma kemari?" Lee Jiah nampak beberapa kali mengedipkan matanya, lalu membuka suaranya dengan segera.

"Ahh ini, penthouse ku sedang ku renovasi. Jadi amat berantakan, apakah aku boleh menumpang di mari untuk beberapa hari?" Rosé tercengang, yang benar saja seorang pemilik penthouse yang besar ini, dan juga penanam saham di berbagai perusahaan di beberapa negara ingin menumpang di tempat nya.

"Rosé-ya?" Rosé mengedipkan matanya, ia benar-benar tidak tahu harus berbicara apa.

"Tapi bukankah kau memiliki banyak uang? Kenapa kau tidak menginap di hotel saja??" Lee Jiah tersenyum sejenak.

"Apakah kau keberatan??" Tanya lee Jiah.

"Bukan begitu hanya saja--"

"Aku akan menurunkan harga penthouse mu, dan jika perlu kau akan ku pindahkan ke lantai 458. Tepat besebelah dengan ku, ahh satu lagi aku akan membayar berapa pun yang kau minta asalkan aku boleh menumpang di mari" Rosé semakin tercengan saat suara bisikan Lee Jiah itu menyapa gendang telinga nya.

Rosé menelan saliva nya dengan susah payah, sedikit mengeserkan posisi nya lalu mempersilakan Lee Jiah berjalan masuk menuju penthouse nya dengan tubuh yang sedikit membungkuk.

Lee Jiah pun menepuk pelan pundak Rosé lalu berjalan masuk dan di ikuti oleh Rosé. "K-kamar tamu ada di sana" Ucap Rosé sambil menunjuk sebuah ruangan yang berada tak jauh dari ruang tengah.

"Nee, Gomawwo" Lee Jiah pun mulai berjalan menuju kamarnya, sedangkan Rosé ia sudah terduduk lemas di sofa ruang tengahnya.

Ia bahkan tidak pernah bermimpi jika hal ini akan terjadi, memejamkam matanya sejenak sambil menyenderkan tubuhnya di sofa yang amat nyaman ini. Baru beberapa detik ia memejamkan matanya, sosok Lisa pun kembali menghantui pikirannya.

Rosé pun dengan segera, bangkit dari duduknya hendak pergi keluar. "Ingin pergi kemana??" Suara itu mampu membuat langkah Rosé terhenti. Membalika tubuhnya sejenak metap wanita yang tampak amat cantik itu.

"Aku permisi ingin keluar sebentar, jika lapar kau bisa memesan makanan melalui ponsel. Ambil saja uang yang berada di dalam tas ku di meja makan" Rosé pun segera melangkahkan kakinya keluar dari penthouse nya dan meninggalkan lee jiah sendirian.

"Apakah ia tidak bisa memasak??" Gumam Lee Jiah, lalu berjalan menuju dapur.

***

Lisa sudah nampak jenuh harus berbaring dan menutupi setengah badannya menggunakan selimut tebal ini, terlebih cuaca kota seoul yang amat panas hari ini. Lisa hanya berdiam diri di ranjangnya sambil sesekali menatap pintu kamar.

Keringat nampak telah membanjiri pelipisnya, bibir pink itu kini telah berubah menjadi pucat. Jennie yang mendapati raut wajah sang adik bungsunya itu telah berbuah, berjalan perlahan menuju lisa.

Different Affection✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang