I hope everyone that is reading this is having a really good day....
Riska duduk sambil mengusap-usap wajahnya–sakit akibat benturan di lantai yang membuat hidung dan kepalanya serentak berdenyut ngilu. Belum selesai sakit di wajahnya ia sudah dikejutkan dengan tempat di mana ia bersimpuh sekarang–sebuah kamar yang megah bernuansa gold dengan tempat tidur super besar serta lampu kristal yang menggantung cantik di atasnya. Serta merta Riska berdiri untuk melihat ke arah jendela yang kordennya masih tertutup, ia berjalan ke sana dan menyibaknya, gedung-gedung pencakar langit terlihat jelas, ia melihat ke bawah dan menutup mulutnya begitu menyadari tengah berada di lantai atas sebuah hotel mewah yang ia datangi semalam.Ia mulai mencerna akan pikirannya yang sejak tadi tertuju ke mana, Riska membuka selimut yang menutupi tubuhnya, sekali lagi
betapa kagetnya dia karena tubuhnya hanya berbalut handuk, Riska langsung beringsut di bawah tempat tidur, dia menyandarkan punggungnya sambil mengingat-ingat kejadian semalam, ia ingat bahwa teman-teman judinya menjebaknya dengan seseorang yang bernama Edi, setelah itu dia mabuk dan tidak ingat apa-apa.Apa si Edi sialan itu yang membawanya ke sini? Riska memegangi kepalanya, ia sudah dijebak dan berakhir seperti ini. Harta yang tak bisa dia jaga lagi, prinsip dan keyakinannya lenyap dalam semalam. Jerih payah dan pertahanan yang ia lakukan ternyata sia-sia, ia jadi sedikit sadar kalau selama ini terlalu percaya diri, lupa bahwa ia menggeluti dunia yang bisa membawanya pada situasi seperti ini setiap saat.
Riska merasa sesak, udara yang ia hirup tertahan ditenggorokan menimbulkan rasa nyeri tak berkesudahan. Ia cengkram selimut yang menutupi tubuhnya kuat-kuat, menengadah berusaha menahan yang tak seharusnya meluncur dari sudut matanya–menangis adalah pantangan untuknya.
Riska kembali bangkit dan mengedarkan pandang dengan cemas, dia mengeratkan selimutnya ketika mengendap-endap, mencari seseorang yang mungkin masih berada di sana. Apa yang akan ia lakukan ketika mendapati lelaki bajingan itu? Mungkin dia akan memukulnya dengan benda-benda yang ada di sekitarnya.
Riska mulai menyusuri ruangan, berjingkat ke arah ruang tamu di dekat pintu masuk yang ternyata kosong melompong, matanya menubruk sebuah vas dari kaca di meja dan memilihnya sebagai senjata kalau tiba-tiba manusia laknat itu muncul di hadapannya.
Riska menggengamnya dengan erat sambil memeriksa setiap sudut ruangan namun, tak ada siapun di sana.Dia lalu berjalan kembali ke tempat tidur dan melihat lembaran uang beserta tas tangannya yang berada di atas meja–persis seperti seorang wanita panggilan yang ditinggalkan dengan upah setelah tugasnya melayani pelanggan semalam, tanpa pikir panjang lagi ia raih lembaran ratusan ribu yang cukup banyak itu dan menjejalkannya ke dalam tas.
Sesaat kepalanya berdenyut karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, mungkin lebih baik menghubungi seseorang terlebih dahulu. Ketika menyalakan ponselnya ia lihat di sana ada puluhan panggilan masuk dari kantor dan teman-teman kerjanya. Matanya membelalak begitu menangkap jam yang menunjukkan panggilan terakhir di layarnya
8.30!
Mampuslah dia. Riska buru-buru mencari bajunya–yang sayangnya sudah dibuang ke tempat sampah di kamar mandi, ia masih sempat menguliknya ke dalam, melihat pakaian dalamnya juga, selain itu dia melihat kaus laki-laki dan blazer, Riska begitu murka dia tendang tempat sampah itu.
Ia harus menghentikan sejenak tentang kejadian semalam dan lebih memilih berkonsentrasi untuk secepatnya pergi ke kantor.Riska menemukan tas di dekat wastafel berisi baju yang masih baru dan juga pakaian dalam, sekali lagi dia dibuat murka, tapi ia tidak mau buang-buang waktu, ia harus segera sampai ke kantor meskipun telat. Untung baju yang dipakainya berupa dress selutut dan cardigan, masih bisa ia pakai untuk pergi ke kantor dari pada harus kembali ke kos-kosannya, yang membuatnya murka untuk ketiga kalinya adalah ukuran dalamannya bisa pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Riska
RomancePRIVATE ONLY 21+ 🔞 --(Konten Dewasa) Menghabiskan banyak uang di perjudian mungkin menjadi cara Riska menikmati hidupnya selain karena sebuah janji yang ia buat. Ketika segalanya berada di titik serba tidak pasti dan situasi dimana ia didesak dana...