5. Negosiasi yang gagal

10.7K 344 13
                                    

Riska menyeruput es teh manisnya, minuman paling murah di daftar menu, meskipun seharga 20 ribu. Kalau di warung bisa dapat 4 gelas.

"Ngomong-ngomong lu kerja di mana? Zafa melihat name tag yang masih tergantung di balik blazer Riska.

"Uhmm, Oh di dekat Star Expo." Riska buru-buru mengeratkan blazernya, berusaha menyembunyikan name tag kerjanya.

"Nggak pa-pa itu privasi lu, gue nggak bakal nanya lagi." Zafa menambahkan melihat ekspresi enggan yang ditunjukan Riska.
Dia kemudian mengamati wajah Riska beberapa saat lalu pandangannya jatuh ke bagian dada yang terbungkus blazer. Tahu kemana tatapan itu tertuju, buru-buru Riska menyilangkan kedua tangannya.

"Lu baru ya di situs kemarin?" Zafa masih mengamati perempuan di depannya yang sekarang menggigiti sedotan di gelasnya.

"Iya gue baru," jawab Riska singkat, otaknya sedang menyusun rencana.

"Gue jadi nyesel, pilih lu semalem. Kalau dilihat-lihat lu tuh kayak nggak punya pengalaman. Udah muka nggak ada bagus-bagusnya, bodi biasa aja, ada lebih dari mananya coba?"
Zafa kembali meneliti wajah dan penampilan Riska.

"Lu tuh kalau ngomong nggak bisa apa dibagusin dikit," sahut Riska tidak terima. Laki-laki di depannya memang tampan tapi mulutnya minta ditampol.

"Lu juga keliatan beda jauh sama pas gue vidcall semalem." Zaffa kembali melanjutkan.

"Beda gimana? Gue yang semalem ya sama kayak yang di depan lu sekarang." Riska menanggapinya sambil menggerutu.

"Lu semalem keliatan seksi, badan lu bagus, tapi kenapa sekarang jadi begini?" Zafa mengernyitkan hidung.

"Apa sih lu?! kalau cuma mau ngatain gue, yaudah cancel ajah."
Riska sudah terlihat kesal di tempat duduknya.

"Okeh, balikin duit gue!" Zafa mengulurkan sebelah tangannya ke arah Riska. "Lu tuh cuma buang-buang waktu gue! udah semalem nggak dapat apa-apa. Bisa-bisanya lu matiin vidcall pas gue lagi berdiri, lu nggak tau gimana rasanya kalau cowok udah on!" Zafa ikut kesal, dia kembali mengernyitkan hidung sambil mengendus-endus.

"Maaf ya, beribu maaf Tuan Tampan."
Riska menangkupkan kedua tangannya seraya mengiba. Ia mulai sadar akan misi kedatangannya kemari. "Bagaimana kalau saya ganti double service?" Riska nekat bicara seperti itu, padahal berciuman saja tidak pernah. Ia harus memikirkan solusi bagaimana mendapat kepercayaan orang di depannya ini.

"Lu nggak mandi ya?!" Zafa tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang selama ini mengganggu indera penciumannya.

Kenapa Zafa bisa tahu kalau dirinya belum mandi, apa dia dukun? Riska juga sudah menyemprot minyak wangi hampir sebotol tadi.
Riska mengendus ketiaknya,
Nggak bau.

"Lu wangi kok, kebangetan malah wanginya. Bikin hidung gue sakit tau! gue jadi curiga lu nggak mandi, tapi langsung guyur minyak wangi se ember. Iya kan? "

"Gue nggak sempet mandi, tau sendiri masih pake baju kerja." Riska sengaja menyeruput tehnya dengan keras. Beberapa orang yang duduk di dekat sana menoleh kearahnya.

"Bener-bener deh nggak punya manner! nyesel gue udah kesini."
Zafa bangkit dari duduknya.

"Loh, jadi cancel beneran?" tanya Riska sambil terbengong.

Tanpa perlu dijawab lagi, Zafa sudah berdiri dari kursinya namun, tiba-tiba Riska berjongkok dan memohon-mohon dengan suara keras

"Sayang! Kamu harus tanggung jawab! aku lagi hamil anak kamu...aku nggak mau gugurin, anak ini nggak berdosa, Huahhh... Huahhh"
Riska menarik-narik celana Zafa, sembari berpura-pura menangis. Persis seperti adegan lanjutan dari pertengkaran suami istri tadi.

Dunia RiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang