84. New family

9.7K 287 7
                                    

3 tahun kemudian setelah kelahiran anak kedua mereka yang dinamai Zafira Reinata atas permintaan Riska karena terinspirasi dari nama Jeje yang diambil dari kata Jade-batu giok. Maka Riska memutuskan untuk menamai anak perempuannya itu Zafira yang menyerempet kata safir-batu permata biru. Keduanya sama-sama diambil dari nama batu mulia. Fathir sempat tidak setuju, sama saat Reihan akhirnya dipilih sebagai nama anak pertamanya atas permintaan abinya, tapi nama itulah yang akhirnya tercetak di akta kelahiran seorang bocah yang kini berusia 5 tahun dan menjadi kesayangan kakeknya.

"Zafira, kan bisa juga dari nama depan lu Jap. Sama-sama Zaf-nya, panggilannya Fira."

"Ah. Terserah lu."

Reihan tumbuh menjadi anak yang tidak banyak tingkah, tapi kecerdasannya luar biasa, sering melontarkan kembali kalimat larangan orang dewasa untuk tahu alasannya kenapa. Untuk yang satu ini Riska menyerah dan memilih untuk menyerahkan ke papanya. Meski wajah Reihan lebih mirip dirinya, tapi bocah itu memiliki kombinasi yang pas sehingga tak terlihat berkulit kusam seperti dirinya. Rambutnya ikal kecoklatan, alisnya tebal, matanya bulat besar dengan bulu mata panjang, hidungnya panjang seperti ayahnya dan terdapat garis yang membelah di bibir bawahnya yang bulat seperti bibirnya.
Reihan mungkin akan jadi primadona saat beranjak remaja.

Semua penampilan fisik anak pertamanya itu bertolak belakang dengan adiknya. Fira justru seperti foto kopian papanya versi cewek. Semua identifikasi wajah Fathir seolah dipindahkan begitu saja dalam bentuk mungil. Matanya, bibirnya, hidung hingga tahi lalat kecil di bawah matanya serta keberadaannya yang menjadi prioritas papanya. Fathir seakan memiliki hubungan lebih intens dengan Fira dibandingkan dengan Reihan, Fira pun akhirnya memiliki ketergantungan terhadap keberadaan papanya.
Drama yang terjadi di rumah itu didominasi tingkah pola dan sifat Fira yang bossy-jelas mirip Fathir dan agak bar bar-seperti Riska.

Kebiasaan Fathir mendongengkan cerita sebelum tidur untuk anak pertamanya berhasil ia lepas begitu Reihan diajari untuk tidur sendiri di kamarnya sementar kebiasaan mendongeng itu pun berlanjut ke adiknya yang sayangnya tak mau digantikan Riska jika Fathir sedang tugas ke luar kota. Bocah itu bisa merengek semalaman.

"Mau japapa ongeng Ma!" tangisnya jadi kencang dan saat Riska sudah lelah menanganinya, bocah itu berteriak memanggilnya. "Onik. Onik!" Serta merta mami masuk seperti yang sudah-sudah omanya itu tak bisa mengendalikannya karena pawangnya cuma satu-papanya.

"Udah biarin ajah Mi. Biar Riska vidcall Japa." mami pun berlalu meski enggan meninggalkan cucunya yang terus merengek.

"Jap. Fira nangis tuh nggak bisa diem. Lu dongengin ya." Riska mengarahkan layar ponselnya ke Fira yang tiba-tiba berhenti menangis begitu melihat papanya.

"Pa. Ongeng." bocah itu menandak girang.

"Riska, bisa nggak lu ajah yang dongengin. Gue baru ajah mau tidur mana besok pagi-pagi udah berangkat lagi."

"He. Lu jangan gitu dong Jap. Nggak liat apa tadi nangis kejer, kalo tuh bocah mau. Gue udah dongengin dari tadi!"

"Iyah udah, telpon loud speaker ajah."
Fathir tampak menggosok-nggosok mukanya.

Riska lalu menidurkan Fira begitu Fathir menelponnya kembali dan mengawali cerita Frozen yang tak bosan-bosan didengarkan si bocah.

Lambat laun tak ada respon yang ditunjukkan mama dan anaknya, Fathir pun mencoba memanggil Riska beberapa kali. Setelah yakin mereka berdua tidur, Fathir pun memutus sambungannya sembari menghela napas.

"Sekarang giliran gue yang nggak bisa tidur."

Babak berikutnya Fira kembali membuat ulah saat Riska menggendongnya keluar dari minimarket di dekat kosannya dulu, tiba-tiba ia berpapasan dengan bude Nunung. Basa basi pun berlanjut sementara Fira diturunkan dari gendongannya. Riska masih mengobrol dengan mantan ibu kosnya itu dan tak menyadari anaknya tengah bermain dengan seekor kucing warna kelabu. Bocah itu sesekali mengelusi kepalanya lalu mundur dan tertawa begitu si kucing menggesekkan kepalanya. Fira tampak senang bermain, ia masih tertawa-tawa sembari berlari-lari kecil memutari kaki mamanya. Kucing itu pun sepertinya tertarik dengan Fira.

Dunia RiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang