08.Awal kesakitan

4.5K 432 14
                                    

Sorry for typo:)

Happy Reading
.
.
.

Roy memasuki area perkarangan rumahnya. Dan saat memasuki rumahnya, cahaya penerangan rumahnya tak menyala.

Roy mengerutkan alisnya, apa gak ada orang dirumah? Pikir Roy. Dan tak mau membuang waktu, Roy segera menaiki tangga namun tertahan karna mendengar suara dingin yang menusuk di telinga bersamaan dengan lampu rumahnya menyala.

Roy berbalik dan mendapati ayahnya beserta ketiga kakak termasuk Rey yang kini menatapnya datar.

Roy meringis melihat Rey menatap begitu,dapat Roy yakini pasti Kakaknya sekarang dalam mode marah.

"Kamu darimana aja!?" Tanya Hendra sekali lagi pada Roy dengan dingin.

Roy menatap ayahnya. "Aku habis dari... Iya, dari tempat teman!" Jawab Roy berbohong.

Hendra menyipitkan matanya tak percaya dengan ucapan Roy. "Saya gak percaya dengan ucapan kamu!" Ucap Hendra.

"Kamu kalo gak niat pulang, gak usah pulang ke rumah sekalian. Coba kamu liat jam disana! Udah jam berapa?"

Roy melirik jam dinding besar yang berada di rumahnya. "Jam 7 malam Yah," jawab Roy pelan seraya menunduk.

"Kamu makin hari gak bisa dibilangin ya?! Rey aja kalo udah pulang sekolah langsung pulang kerumah! Lah, kamu malah keluyuran gak jelas!" Ucap Hendra dingin dengan menaikkan satu oktaf suaranya.

"Eng-gak yah, a-ku ada urusan sama tem-en tadi!" Jawab Roy pelan. Roy beralih menatap Rey dengan tatapan tak terbaca.

"Ngapain lo liat-liat Rey? Mau minta bantu?" ucap Davin sinis.

Benar juga, Rey tak akan membantunya. Itu sudah ia ucapkan sejak di halaman parkir sekolah tadi.

"Lagian nih ya, kalo lo gak niat pulang gak usah pulang kerumah aja malahan gak pulang selamanya juga gak papa kok. Dari pada capek ngurusin!" Ucap Davin santai dan jangan lupakan nada bicara yang sangat sinis.

Roy memejam matanya sebentar lalu menghela napas berat. "Maafin aku yah, aku gak akan ulangin lagi!" Ucap Roy lirih.

Plakk.

Dan untuk pertama kalinya Roy mendapat tamparan di pipi nya oleh sang ayah. "Saya muak dengan janji mu itu! Seharusnya kamu mati aja daripada hidup disini ditengah keluarga saya!" Ucap Hendra lantang dan langsung berlalu meninggalkan Roy dan ketiga anaknya disana.

"Hmm, tau rasa lo!" Ucap Davin mengejek dan langsung pergi.

Rey membulatkan matanya dengan tak percaya melihat Ayahnya menampar pipi Adiknya hingga meninggalkan jejak di pipi putih dan mulus itu.

"Makanya jangan suka bikin Ayah marah teros sama lo! Ayah udah pusing sama kerja di kantor, lo malah keluyuran gak jelas di luar sana!" Ucap Delon yang sedari hanya diam melihat interaksi di depannya. Dan ia berlalu sambil merangkul pundak Rey lalu menyeret untuk pergi ke dapur. "Ayo Rey biarin aja anak gak untung itu!" Ucap Delon sinis sengaja menambah oktaf suaranya supaya Roy mendengarnya.

Rey menatap Adiknya yang masih berdiri kaku dan tak bergerak sama sekali. Sebenarnya Rey menyesal karna ia hanya diam sedari tadi.

DOENTE [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang