19.Beraksi!

2.7K 323 7
                                    

Sorry for typo:)

Happy Reading
.
.
.

"Bersatu kita teguh bersama-sama kita lawan." Alastor~

Pagi yang cerah ini Roy bersiap pergi untuk berangkat ke sekolah. Tapi, saat di ujung anak tangga Roy melihat kedekatan Rey dan Ayahnya. Hendra.

"Ini sepatu untuk kamu, dan bajunya ya. Ini Ayah beli pas di luar negeri waktu itu!" Ucap Hendra lembut seraya menyerahkan beberapa kotak sepatu dan baju bermerek untuk Rey.

Rey menerima barang tersebut lalu tersenyum tipis. "Untuk Bang Davin dan kak Delon?" tanya Rey pada Hendra.

"Udah kok, sebelum kamu tau Ayah udah kasih ke mereka berdua duluan." Jawab Hendra sembari tersenyum hangat.

Rey ber-oh ria saja, mendengar ucapan Hendra. "Oiya, Ayah lupa kasih ucapan selamat sama kamu, Rey!" Ucap Hendra dan langsung merentangkan kedua tangannya.

Rey yang peka orangnya, langsung mendekati Ayahnya lalu memeluk Hendra dengan erat.

"Selamat pintar, anak kesayangan Ayah! Hadiahnya nyusul nyusul dulu, ya!?" Ucap Hendra bahagia.

Rey mengangguk. "Makasih, Ayah!" Sahut Rey semakin memeluk Ayahnya dengan erat.

Rey selama dua hari ini tak karuan tidur, dan pikirannya sangat kacau selama dua hari belakangan ini. Dan sekarang ia butuh pelukan untuk menenangkan dirinya hanya untuk sebentar.

Roy memejam matanya, ada rasa iri didalam hatinya sampai - sampai membuat rasa panas menjalar ke matanya.

Rasa yang dari dulu tak pernah hilang, ia iri. Dan tak disadari satu tetes air mata jatuh mengalir dari pelupuk matanya.

"i'ts okey, Roy! Lu dari dulu udah biasa liat ginian," batin Roy.

Dadanya sesak, pagi-pagi melihat keakraban anak dan ayah di depan matanya. Sungguh, sakit sekali, jika ada yang tahu. Ia dari dulu tak pernah mendapat sepatu dan baju bermerek atau pun hadiah semacamnnya.

Ya, Roy hanya diam dan pasrah. Seakan-akan semesta membuat dirinya tak hidup di tengah keluarga ini. Dan Roy juga tak. mempermasalahkan barang bermerek itu, hanya saja ia iri melihat Rey dipeluk oleh Hendra dengan rasa sayang yang memuncak.

Roy tersenyum tipis, walau hatinya sesak. Ia harus tetap tersenyum untuk menjalani hari-harinya yang berat. Bibirnya bergetar akibat menahan tangis dan sesak di hatinya.

Tapp tapp.

Roy membawa langkahnya untuk cepat keluar dari mansion Ayahnya dengan terburh-buru.

Rey menoleh ke arah suara langkah kaki. "Roy...!" Panggil Rey pelan masih di dalam pelukan sang Ayah.

Roy menghentikan langkahnya sebentar, kemudian menoleh ke arah Rey lalu tersenyum tipis. "Pagi Rey dan... Ayah!" Sapa Roy pelan. Dan langsung berlalu.

Rey menatap sendu punggung Adiknya, Roy. Saat melihat Roy sudah keluar dari pintu utama, ia melepaskan pelukannya dari Hendra lalu menatap dalam manik sang Ayah.

DOENTE [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang