Sorry for typo:)
Happy Reading
.
.
.Hari ini adalah hari bagi Rey untuk melakukan lomba olimpiade Matematika di luar kota untuk mewakili sekolahnya.
"Emang mesti harus lu?!" Tanya Roy untuk kesekian kalinya.
Rey menhela napas lelah, harus berapa kali ia menjelaskan pada Adik kesayangan nya ini bahwa ia adalah perwakilan satu-satunya untuk mewakili sekolahnya.
"Iya, Roy!" Jawab Rey sembari menyiapkan buku dan peralatan menulis kedalam ranselnya.
Roy mendengus tak suka. "Berapa hari?" tanya Roy seraya berjalan mendekati ranjang milik Rey.
"Lima hari, mungkin!" Jawab Rey tak menatap Roy.
Rey sibuk dengan aktivitasnya sampai-sampai tak memperhatikan wajah masam milik Roy.
"Besok Ayah pulang...."
Rey menghentikan kegiatan nya lalu menatap wajah Roy yang tertunduk. "Tenang aja, Ayah gak bakal marah kalo lo gak ngelakuin hal yang buat dia marah, kok!" SahutRey seraya tersenyum hangat.
"Jadi gak usah takut,"
"Idih siapa takut coba?!" Elak Roy tak terima dibilang 'takut' .
"Iya-iya lo anak berani dah," ucap Rey mengalah.
Rey selesai membereskan peralatan sekolah dan perlengkapan untuk olimpiade nanti. "Gue nebeng ama lo ya?!" Ucap Rey pada Roy.
"Serah," Ucap Roy acuh.
"Gue gak lama kok perginya lagipula ini untuk sekolah juga..."
"Sebenarnya nih ya gue tuh gak mau ikut olimpiade ini, tapi karna guru-guru terus maksa gue ya mau gimana lagi?!" Gerutu Rey panjang lebar pada Roy yang sibuk dengan gadgetnya.
"Hm, cepet pulang... Gue tunggu lu!" Sahut Roy menatap manik kakak kembarnya ini.
Rey memeluk tubuh Roy dengan erat. "Gue pasti rindu dengan bau lo!" Ucap Rey seraya menikmati bau khas milik Roy yang sangat wangi.
Roy membalas pelukan Kakaknya kemudian memejam mata, sungguh Roy sangat menikmati pelukan hangat dari Rey ini.
****
"Vin, lu punya Adek ada berapa?" tanya Lexo temannya Davin.
Kini Davin berada di kantin kampus mereka.
Davin berhenti sejenak dari handphone nya dan terdiam sebentar. "Kami cuma ada 3 saudara, dan Adek gue cuma ada satu," balas Davin berbohong.
Davin tak mengakui keberadaan Roy di keluarga mereka. "Oh, kemaren gua ada liat orang yang mirip Adek lu di area balap liar!" Sahut Lexo seraya menyeruput jus alpukat miliknya.
Davin membeku mendengar penuturan Lexo. "Ah mungkin salah liat kali mata lo, yakali Adek gue ada di tempat begituan," ucap Davin.
"Iya, mungkin."
Davin mengepal tangan kuat di balik saku celananya. "Pasti itu Roy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DOENTE [END]✅
Teen Fiction[SEDANG PROSES REVISI] "Kenapa gue dibenci?" Hanya ada seorang remaja menyedihkan yang memiliki saudara kembar tak seiras tengah mengharapkan cinta dan kasih sayang keluarganya. **** Hello, gaes! Welcome back di cerita ketigaku, xixi. I hope u like...