Sorry for typo:)
Happy Reading
.
.
.Tengah malam yang dingin, Roy masih terjaga yang di samping nya terdapat Rey yang sudah tertidur lelap seraya memeluk tubuh Roy dengan hangat.
Ya, Rey menginap di kamarnya Roy untuk menemani Roy katanya hanya untuk malam ini saja. Padahal Roy sudah menolaknya tapi Rey tetap bersih keras untuk tetap menginap di kamar Adiknya yang sangat ia sayangi itu. Dan berakhirlah Roy mengijinkan Rey, walau sedikit terpaksa.
Oh iya, infus di tangan Roy sudah di lepas oleh Delon tadi pagi. Ingatkan, bahwa Delon masuk jurusan kedokteran jadi itu memudahkan Delon untuk melepas alas medis dari tubuh Roy. Dan Roy juga sangat terkejut kala Kakaknya itu langsung masuk ke dalam kamarnya dan menatap nya dengan datar lalu berucap pada Roy. "Sorry, jangan salah paham. Gue di sini mau ngelepas infus lo doang." Ucap Delon tadi pagi dengan datar pada Roy.
Roy menghela napas berat untuk kesekian kalinya. Ia menatap atap kamarnya dengan mata sayu, pikirannya berkelana.
Roy berhenti pada mimpinya yang tadi pagi, mimpi itu terasa sangat nyata dan Bundanya Roy memeluk tubuh Roy dengan sangat hangat dan lembut. Dan apa maksud bundanya, "Mereka gak akan benci kamu lebih lama lagi."
"Gua binggung apa maksud Bunda," gumam Roy pelan.
"Eeum, kalo mereka gak benci gua lagi... Ya gak papa. Malah gua bahagia banget sih hehe. Gua berharap semoga apa yang di omongin Bunda memang benar. Amin! " Tambah gumaman Roy.
Roy menguap lalu tersenyum tipis. "Selamat malam, Bunda. Roy sayang Bunda," gumam Roy dan akhirnya masuk ke alam mimpi dengan begitu cepat.
****
"Ish paan sih, Rey?!" Ucap Roy kesal.
"Ih gue tuh, khawatir sama lo bambang!? Muka masih pucet kek gitu malah ngotot mo sekolah!?" Ucap Rey ngegas. Malas dia tuh, pagi-pagi malah kelahi.
"Gak! Gua mau tetep sekolah!" Ucap Roy keras kepala.
Sekarang Rey dan Roy berada di kamarnya Roy. Mereka sedang mengadu argumen.
"Gue mau lo jangan sekolah, biar gue ijinin lo." Ucap Rey santai tapi masih dengan nada ngegas.
"Argh gak mau! Gua mau masuk sekolah, titik!" Ucap Roy mengerang menahan kesal.
Rey memutar mata malas. "Yaudah deh, males gue debat sama anak keras kepala kek lo!" Ucap Rey cuek dan malas.
Rey mengambil tasnya yang berada di atas kasur milik Roy. Dan langsung membawa langkahnya keluar dari kamar Roy.
Roy mengigit bibirnya, jika sudah begini pasti Kakaknya itu sedang mode marah apalagi tak mau memperpanjang masalah.
"Re-y?" panggil Roy pelan seraya menunduk. Roy memegang jemarinya lalu di mainkan.
Rey berbalik lalu menatap datar Roy. "Apa lagi?!" Tanya Rey ngegas.
Roy sampai terlonjak kaget karna Rey ngegas. "Ih jangan marah bisa gak sih? Maafin gua ya," Ucap Roy pelan dengan mata yang berkaca-kaca.
Rey menghela napas kasar. "Hm, gue gak marah." Jawab Rey singkat. Padahal hatinya masih merasa marah dan kesal terhadap sikap keras kepala Adiknya itu, lihat saja wajah dan bibirnya Roy sekarang ini masih pucat, badan kurus. Haish Rey sulit sekali melarang anak yang satu ini untuk tidak pergi ke sekolah.
Rey kembali melangkahkan kakinya namun tertahan karna ucapan sang adik. "Kalo gak marah peluk gua hiks," pinta Roy pelan dan langsung terisak.
Rey mengelus dadanya sabar untuk menghadapi sikap sang Adik kesayangannya itu. Rey berbalik lalu tersenyum lebar dan menghampiri Roy lalu memeluk tubuh kurus itu dengan hangat dan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOENTE [END]✅
Teen Fiction[SEDANG PROSES REVISI] "Kenapa gue dibenci?" Hanya ada seorang remaja menyedihkan yang memiliki saudara kembar tak seiras tengah mengharapkan cinta dan kasih sayang keluarganya. **** Hello, gaes! Welcome back di cerita ketigaku, xixi. I hope u like...