Sorry for typo:)
Happy Reading
.
.
."To-long!"
-
-
-"Gue mau pergi,gue benci sama lo!"
"Jangan pergi, Rey! Gue sayang lu! Maafin gue, hiks!"
"Udah terlambat!"
"Jangan tinggalin gue sendiri, gue takut, hiks!"
"Rey...."
"REYYY!!" Seorang pemuda berteriak memanggil nama 'Rey' dengan napas yang terputus-putus dan langsung terduduk dari baringnya.
Tubunya berkeringat hingga membasahi pelipis dan rambutnya.
"Kenapa, hmm?" tanya orang di sebelahnya lembut.
Pemuda tersebut menoleh ke arah samping tepat darimana suara tersebut berasal. Pemuda itu melebarkan matanya tak percaya, dan sontak terkejut.
Glepp.
"Maafin gue, Rey! Jangan tinggalin gue, hiks!" Ucap Roy langsung memeluk Rey dengan erat, dan sambil menangis tersedu-sedu. Ya, itu adalah Roy.
Rey mengerutkan alis binggung. "Gue gak ke mana-mana kok," sahut Rey lembut seraya mengelus punggung tegap adiknya yang bergetar.
"Lo mimpi buruk, ya?" tanya Rey hangat.
Roy menggeleng tanda tak ingin membicarakan mimpinya. Rey tersenyum tipis. "Yaudah gak papa kalo gak mau cerita," ucap Rey pelan.
Roy melepas pelukannya lalu menatap manik sang kakak dengan intens. "Maa-fin gue!" Ucap Roy tulus seraya menunduk, ia tak tahan berlama-lama menatap manik sang Kakak.
Rey tersenyum hangat. "Iya, gue juga minta maaf seharusnya gue waktu itu datangin elo waktu di... Pukul Ayah!" Ucap Rey pelan dengan nada suara yang menyesal.
Roy mengangkat kepalanya lalu menggeleng kuat. "Enggak, lu gak perlu minta maaf." Ucap Roy pelan.
"Pasti sakit, ya?" ucap Rey seraya mengusap pipi adiknya yang masih memerah.
Roy tersenyum getir. "Enggak kok, ini gak sakit sama sekali, hehe. Gue udah terlalu biasa dengan sakit ini:)" Ucap Roy dengan lirih dan jangan lupakan senyum yang sangat menyebalkan bagi Rey.
Rey mengeha napas. "Jangan pura-pura kuat, Roy." Ucap Rey dengan mata yang berkaca-kaca.
"Gue tau itu pasti sakit!" Tambah Rey dan akhirnya langsung menangis.
"Ya, mau gimana pun gue bilang sakit atau enggak semua tetep sama aja! Gak ada yang berubah lagipula gue juga kok yang ngerasain," jawab Roy dengan suara bergetar.
"Jangan nangis, jelek muka lu!" Ejek Roy sengaja supaya Rey berhenti menangis seraya menghapus air mata Kakaknya yang jatuh.
Roy menghela napas lelah, dan kembali membaringkan dirinya dikasur empuk miliknya.
"Rey, siapa yang bawa gue ke tempat tidur. Bukannya semalam gue dikamar mandi, ya?!" Ucap Roy pelan seraya menatap atap langit kamarnya yang abu-abu. Pikiran Roy menerawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOENTE [END]✅
Teen Fiction[SEDANG PROSES REVISI] "Kenapa gue dibenci?" Hanya ada seorang remaja menyedihkan yang memiliki saudara kembar tak seiras tengah mengharapkan cinta dan kasih sayang keluarganya. **** Hello, gaes! Welcome back di cerita ketigaku, xixi. I hope u like...