Pagi ini Irene terlihat sibuk dengan semua aktifitas yang sedang ia lakukan. Membersihkan rumah, mencuci dan menjemur kain kator dan terakhir menyiapkan sarapan untuk kekasihnya yang sebentar lagi akan berkunjung.
Irene mengikuti irama lagu yang sedang ia putar sejak pagi dan beberapa kali melafalkan liriknya. Tangannya juga dengan cekatan menyusun masakannya dengan rapi diatas meja makan.
Setelah selesai Irene segera bergegas mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin. Tidak mungkinkan dirinya bau dapur ketika kekasihnya datang.
Ting!
Bersyukur ketika Suara bel rumahnya berbunyi Irene sudah selesai bersiap diri. Didepan pintunya ada sebuah senyum hangat dan serangkai bunga mawar merah cantik untuknya
"Hay cantik" Irene tersenyum mendengar sapaan konyol kekasihnya
"Ahh, jangan tersenyum begitu... Aku tidak bisa bernafas" kekasihnya bertingkah konyol dengan pura-pura akan pingsan
"Itu konyol Wendy.. ayo masuk" Wendy cemberut ketika aktingnya malah terkesan konyol dihadapan kekasihnya yang ia tidak tahu sedang tersenyum karenanya
"Ini... Bunga untukmu. Ini semua bunga asli yang ku petik langsung dari rumah tetangga. Bagaimana? Cantikkan- aww appo"
"Kau memberiku bunga curian? Ya Wendy! Sudah berapa kali ku bilang berhenti mengambil bunga Mrs.Park, kau bisa mati setelah pulang dari sini"
"Tapi hanya bunga milik Mrs.Park yang paling cocok untuk wanita cantik sepertimu Irene. Lagi pula itu gratis" Wendy mengecilkan suaranya diakhir
Plakk
"Aku tidak akan menerima" walau Irene sempat tersanjung tapi ia tidak mau menerima bunga curian Wendy
"Kenapa?"
"Itu kan bunga curian"
"Ih..... Kau menilai kekasihmu begitu jahat! Ini itu aku petik langsung bukan dicuri. Itu berbeda Irene"
"Memang kau sudah ijin?"
"Tentu saja sudah"
"Aku tidak percaya. Mrs.Park tidak akan semudah itu memberikan bunga yang ia sayangi padamu"
"Aku sudah ijin. Tadi memang rumah Mrs.Park kosong tapi kan aku sudah ijin padanya"
"Bagaimana caramu memintanya?"
"Ummm, aku memintanya sendiri dan menjawabnya sendiri. Tapi kan itu artinya aku sudah ijin walau tidak langsung"
Plakk
"Awww... Sakit Irene! Aish pukulan mu seperti badak"
"Ya! Apa kau bilang?"
"Irene ampun... Aduh... Aduh sakit sekali"
"Rasakan!"
Setelah merasakan pukulan bertubi-tubi Irene pada tubuhnya Wendy malah tertawa puas. Ia suka menghabiskan waktu dengan Irene walau harus membuat gadis itu murka.
"Setelah ini kita jalan-jalan yuk? Aku bosan dirumah" Wendy menggembungkan pipinya
"Memang mau kemana?"
"Kemana saja, ummm... Kepantai bagaimana?"
"Terlalu panas kalau sekarang"
"Maksudku nanti sore Irene sayang. Kau memang cantik tapi terkadang otakmu itu lambat"
Tak!
Sendok yang digunakan Irene sudah melayang tepat di kening Wendy dengan sempurna.
"Aish, kau suka sekali melakukan kekerasan padaku.. ku laporkan pada yang berwajib baru tahu rasa. Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga"