Warning!
Crack.....
Jika hanya dengan itu semua bahagia aku bisa apa?
=
Kali ini, bukan hanya dengan senyuman saja kubalas pesanmu, tapi juga dengan beberapa kalimat yang kupikir bisa membuat hatimu sedikit lebih tenang dari biasanya. Aku sedikit berjalan menuju kemejamu untuk melemparkan beberapa kertas yang selama ini kau kirim padaku. Bukan bermaksud kasar, hanya aku ingin kau tahu bahwa aku, sedikit tidak nyaman dengan seberapa banyak kau memasukkan lembaran kertas didalam lemari lokerku. Sedikit tersentak, aku melihat senyum halus dibibirmu.
"terima kasih" jawabmu pelan. Aku hanya mengangguk sebelum berlalu pergi.
Jadi maksudku apa....
Aku hanya ingin kau berhenti bersikap padaku,
Aku tahu kau berbohong untuk itu.
Kau hanya sedang mencoba memperbaiki citramu dihadapan semua orang yang memperhatikanmu. Kau tidak dalam kata untuk maaf. Kau hanya mencoba memperlihatkan seberapa dewi dirimu. Ya, walau harus kuakui wajahmu tak selaras dengan hatimu.
Tanganku tertarik ketika dengan kuat kau membalikkan keadaan. Aku melihat dirimu mencoba menatap mataku penuh hasrat. Ya hasrat ingin membunuh. Aku tahu sejak pertama kali menatap mata hitam bulat yang selalu dicintai banyak orang.
"Jangan memancing amarahku Wendy!" ujarmu mengeram marah. Aku tersenyum sebelum mencoba melepas cengkraman tanganmu di lenganku.
"aku tidak dalam sedang bermain denganmu Bae" jawabku pelan. Hampir tanpa suara, menunduk takut melihat kilat cahaya dibola matamu
"kalau begitu, apa maksudmu melempar kertas ini kembali padaku?" ujarmu semakin mencengkram lenganku kuat
"bisa kau lepaskan dulu tanganku?" ujarku mencoba bersikap tegas
"jawab dulu pertanyaanku" nadamu mengeras
"aku hanya mencoba untuk melepasmu" jawabku menunduk
"melepas dalam artian apa yang sedang kau maksud disini? Melepas ku dari kebodohan sialan ini atau mencoba melepasku dari ketidaksudianmu menerima cintaku?" ujarmu meluapkan amarah
"aku..."
"aku tidak akan melepaskanmu" ujarmu tegas
"bisa dengarkan aku sebentar?" ujarku mencoba negoisasi
"jika kau ingin menjelaskan seberapa lelah kau denganku, maka aku akan menjadi tuli agar tak memahami kalimat konyolmu"
"tolong jangan egois"
"jadi maumu apalagi Son? Apa lagi yang belum kuberikan padamu? Apa lagi yang bisa membuatmu paham bahwa aku mencintaimu disini! Seberapa jauh lagi aku harus terus berada pada batas ini? Apa kau tak bisa mencoba bersabar sedikit saja? Aku sedang mencoba!"
"kau menyakiti kami Irene. Kau menyakiti dua orang disini. Bisakah kita berhenti saja? Kau bebas dan aku pun begitu. Kita bisa memulai semua dari awal - dengan orang yang berbeda. "
"aku tidak bisa wen, kau dan dia sama pentingnya untukku. Aku membutuhkanmu tapi aku juga tak bisa kehilangan dia. Beri aku waktu sedikit lagi"
Dengan pelan aku mengelus surai lembut rambutmu, kupikir kita memang harus
"aku yang salah. Jangan menjadi pecundang hanya karna kau tak bisa memilih Karna Bukan berarti tak ada pilihan. Kau hanya belum tau hatimu untuk siapa. Ayo kita akhiri disini. Aku dan kau.
Aku melepasmu Irene. Tersenyumlah" ujar ku sebelum mendorongmu keras kearah lantai dan menjatuhkan diriku dari gedung teratas.
Jadi, jika hati bermain ganas, aku bisa lebih keras.
Sampai aku lupa bagaimana rasa pernah rindu setengah mati tak berbalas.
Karna cinta,
Hanya membuat penikmatnya
Mati rasa!
Tak berbelas.
Wendy=Irene