Terendap Laraku

1.1K 86 6
                                    

00.27
22022020

Wendy
Wendy
Wendy
Wendy
Wendy

Bukan Wendy Cagur berjanggut di OVJ transgender eh trans TV
Tapi
Wendy Red Velvet.
Wendy Son-Seung-Wan
Si cantik berwajah lembut, pemilik senyum, dan penuh kasih.
Gadis bertubuh kecil dengan kelebihan berkali kali lipat yang Mudah dirindukan dan membuat banyak orang menjerit keras untuknya.

Tapi,

Sayang...

Manusia ialah mereka yang tak luput dari dosa.
Sesempurnanya dirimu, pasti ada saja jeleknya.
Sesempurna nya Wendy tetap saja, ada kurangnya.

Ya,

Dia, Wendy... Son SeungWan. Gadis yang baru saja menginjak usia 26 tahun itu,menyeka kasar air matanya. Matanya tak lepas dari pemandangan yang membuat remuk hatinya. Ia sudah berkali-kali memohon pada hatinya sendiri agar tidak lagi berharap pada cintanya. Fisiknya sudah lelah jiwanya pun begitu, tapi kenapa, masih saja hatinya jatuh pada orang yang sama.

Hembusan nafas berat bersamaan dengan berpaling arah dari pandangan itu. Langkahnya membawa dirinya diantara kursi kosong dikamar tidurnya, Menatap embun bekas hujan sore tadi yang masih menyisakan rintiknya di penghujung hari. Sekali lagi ia menghembuskan nafas berat melalui hidungnya. Mungkin saja setelah ini ia bisa bernafas lebih baik.

Ketukan pintu didepan kamarnya membuat lamunannya terhenti, segera menoleh memastikan ketukan itu memang ditujukan padanya.
Matanya menangkap gadis berwajah dingin namun lembut milik leadernya- Irene Bae, berdiri diantara pintu yang sudah tertutup kembali- setelah dirinya mempersilahkan masuk.

Wendy memalingkan kembali wajahnya kearah kaca jendela seperti sebelumnya. Engan untuk sekedar ber'basa basi pada gadis kelinci itu.

"Wan," suara hangat itu mengintrupsi- menarik perhatian si Kanada untuk sekedar berdehem.

"Aku disini, kenapa memandang jalanan terus?" Ujarnya dengan suara serak tertahan.

"Maaf" jawab Wendy pelan, tertunduk tanpa memalingkan wajahnya.

"Wan," suara Irene bergetar.

Wendy menoleh mendapati Irene berdiri disana dengan air mata yang membasahi pipinya. Gadis itu memainkan jarinya diantara ujung baju yang ia kenakan. Suara sesenggukan milik gadis itu membuat Wendy segera berlari menangkap tubuh mungil itu dalam pelukannya.


"Apa aku harus menangis dulu baru kau akan berlari mendapatkanku?" Ujar Irene balas memeluk Wendy erat.

"Apa aku harus hancur dulu baru unnie akan melihatku?" Balas Wendy pelan.

Keduanya sama. Sama-sama sakit. Irene menggeleng- mengeratkan pelukannya ditubuh hangat milik Wendy erat.

"Aku tidak mau Wann" jeritnya ketika Wendy berbisik mengatakan pisah padanya

"Kenapa tidak? Kau menyukai Seulgi dan aku diwaktu yang sama. Kau menginginkan Seulgi lebih dari pada kau menginginkan aku unnie. Kau lebih dulu jatuh cinta padanya. Hatimu, miliknya. Bukan untukku. Itu, tidak pernah berdetak untukku." Ujar Wendy menahan tangisnya.

"Wan," panggil Irene sesenggukan. Ia akan menarik Wendy lagi namun, segera tertahan ketika matanya menangkap luka besar Dimata bulat itu.

"Kau mencintainya unnie, kau membutuhkannya. Aku- kita... Maaf"

Irene tak bisa menahan dirinya lebih lagi, dengan cepat menarik Wendy membentur tubuhnya. Membiarkan sakit yang ia buat mendapatkan jawabannya.

"Aku membutuhkanmu bukan Seulgi. Tolong jangan tepis aku wan, kau sudah berjanji untuk terus mencintaiku. Kenapa mengingkar? Apa sekarang aku bahkan bukan satu satunya lagi?"

"Kau tahu kau akan tetap menjadi satu satunya unnie. Tapi ini, disini, terlalu sakit. Aku bahkan bingung untuk menghentikan sakitnya agar aku bisa bersamamu tanpa rasa sesak ini"

"Kalau begitu, ijinkan aku memperbaiki semuanya. Ijinkan aku terus menjadi satu-satunya untukmu. Ikat aku dan miliki aku seutuhnya" ujar Irene membawa Wendy menyentuh bibirnya dalam. Bibirnya mengecup, menggesek dan mengulum lembut jari tangan milik Wendy.

Matanya membawa Wendy masuk untuk menginginkan dirinya sama seperti ia menginginkan Wendy didalamnya, melebur menjadi satu. Mengikat lebih intim. Ia siap untuk menjadi satu dan satu satunya milik Wendy tanpa embel-embel Seulgi didalamnya.









-Resah jiwaku menanti. Mengingat semua yang terlewati. Saat kau masih ada disisi Mendekap ku dalam hangatnya cintamu.
Lambat sang waktu berganti. Endapkan Laraku disini. Coba tuk lupakan bayangan dirimu, Yang selalu saja memaksa tuk merindumu.
Sekian lama aku mencoba menepikan diriku diredupnya hatiku.
Letih menahan perih yang kurasakan, walau kutahu Kumasih mendambamu.
Lihatlah aku disini. Melawan getirnya takdirku sendiri. Tanpamu aku lemah, dan tiada berarti.-

PS. Kalian gk ngerti? Apalagi saya. Alurnya nyeleneh kwkwk... Yang penting wenrene. Lagi bucin bener saya sama si wannie Piro ini... Harapan saya sering kandas ketika ditampar sama fanfic, foto dan video seulrene moments. Wenrene'nya tenggelam entah kemana. Hanya fanfic wenrene yang buat mood naik walau pas baca masih misuh misuh. Sudah sedikit,masih saja dibuat berpisah. Wenrene tuh kayak mainan di tv yg dijual terpisah. Dapetinnya susah...

Wendy X IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang