❤️

1.1K 79 6
                                    

        P
          S
            Y
              C
                H
                   O

*
Wendy berdiri didepan bangunan bertingkat berpuluh lantai. Wajahnya mendongak menatap satu kamar yang masih menampakkan cahaya lampu kamar. Tertawa miris menikmati kekonyolan yang baru saja ia dapatkan. Wendy tak akan munafik ketika ditanya apa ia sudah lelah dengan hubungan rancu ini. Ia adalah orang yang selalu berterus terang untuk semua yang memang ia rasakan.

Bibirnya mengepulkan asap yang sudah ia tarik dari benda manis yang disebut rokok haram oleh gadisnya. Ia benci ini! Merasa sakit sendiri, merasa terluka sendiri, menanggung semuanya sendiri.
Irene. Gadis berwajah cantik yang beberapa tahun belakangan mengikat status dengannya yang disebut kekasih.
Kekasih? Oh man, apa pantas mereka saling menyandang kata kekasih?
Wendy saja tidak tahu kalimat apa yang harus ia plesetkan agar tidak menyebut nama aneh tentang status itu lagi.
Wendy, kembali menghisap batang terakhir yang ia punya di malam gelap ini. Menyiksa paru-parunya untuk menghirup nikotin brengsek yang menjadi pelampiasan sakitnya.

"Kamu, lagi ada masalah apa cantik?" Sebuah tangan menyentuh pinggulnya, menggelitik. Wendy menghela nafasnya yang terasa semakin berat. Apa tidak bisa satu hari saja masalah tidak datang padanya.
Jujur saja, Wendy bukan orang yang suka mencari masalah. Tapi masalah malah selalu berdatangan padanya. Ini konyol. Dunia konyol!

"Singkirkan tanganmu dariku dan kubiarkan kau pergi dengan tenang" ujarnya mengeram marah. Menahan semua emosi yang bisa saja meledak sekarang

"Owh, kau begitu ganas huh?" Ujar lelaki itu merayu.

Kepalan tangan Wendy sudah terbentuk dan bugh!. Satu pukulan mendarat telak dipipi lelaki itu dengan keras. Bahkan, lelaki tersebut sudah tak mampu bangkit lagi.

"Aku bukan jalang yang bisa kau tiduri dengan gampangnya bangsat! Kalau mau mencari wanita malam, bukan denganku! You JERK!" Bugh... Suara tendangan keras mendarat tepat diselangkangan lelaki itu... Ughhh

*****

Wendy lebih memilih berdiam diri diantara dinding kokoh kamarnya. Menikmati musik dari The 1975 yang belakangan menjadi favoritnya.
Tidak. Wendy tidak akan merokok lagi kali ini. Ia merasa bodoh untuk menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk benda yang terbakar.  Wendy bernyanyi dalam sepi ketika lagu 'be my mistake' menemani kesendiriannya.

"Wen?" Suara Irene terdengar dari luar pintu. Wendy hanya diam. Dia sedang tak ingin melihat gadis itu sekarang

"Wen? Aku tahu kau didalam, tolong buka pintunya sekarang" ujar Irene membuat Wendy semakin menutup telingannya dengan kedua tangannya.

"Wen, kumohon. Dengarkan aku kali ini. Buka pintunya" lirih Irene, terduduk didepan pintu kamar Wendy. Bersyukur tak ada member yang berada di dorm sekarang.

"Aku lelah Wen...-" ujar Irene menghela nafas
"Lelah jika kita harus begini terus-"lanjutnya dengan nada putus asa.
"Kau dan kecemburuanmu yang tak pernah ada habisnya.-"
"Aku dan Suho hanya berteman," ujar Irene membuat pintu yang sejak tadi tertutup itu akhirnya terbuka. Menampakkan Wendy diantaranya dengan wajah yang tak kalah berantakan

"Jika begitu, maafkan aku" ujar Wendy membuat Irene menatapnya rindu
"Maafkan aku unnie, yang tak bisa menahan cemburuku"
"Tapi apa kau tahu? Apa kau pernah peduli? Aku menahan luka itu sendiri. Menahan semuanya sendiri. Ketika kau bilang untukku jangan terlalu dekat dengan orang lain. Aku melakukannya. Tapi kenapa ketika aku berharap kau begitu, kau seolah-olah tuli dengan harapanku. Disini siapa yang sebenarnya salah? Atau mungkin, aku yang terlalu banyak berharap dan melakukan semuanya agar kau tahu aku benar-benar mencintaimu setengah mati"

"Maaf unnie, jika bagimu saja kau sudah lelah untukku, aku lebih dari lelah. Kita sudahi saja hubungan ini. Kau bebas dan aku lepas. Tidak ada sakit yang menjadi penghalang untuk kita. Mari berpisah." Ujar Wendy berusaha tegar untuk dirinya.

"No! Kita berbicara bukan untuk mengakhiri hubungan ini Seung wan!"

"Unnie kumohon"

"Aku tidak pernah mengatakan putus padamu. Kita tidak pernah putus dan kau tak bisa mengakhirinya begitu saja.-"

"Sekarang, dimana titik kesalahanku. Apa lagi yang sudah kau lihat tadi malam?" Tanya Irene membuat Wendy hanya menunduk

"Sekarang kau menjadi bisu dalam sesaat. Katakan Wendy!" Ujar Irene dengan suara bergetarnya.

"Ka- kau tidur dengannya tadi malam di hotel" ujar Wendy dengan nada bergetar

"Itu tidak begitu wan, aku tidak pergi dan tidur dengannya. Apa kau lupa kalau model lain sudah mengantikanku disana? Aku pergi dengan Yeri kemaren kekamar berbeda. Aku tidak disana hanya untuk skandal bodoh itu. Lagian, kau kemana semalam huh? Aku menelpon semalam dan kau tidak aktif sama sekali. Kau yang kemana hah?" Ujar Irene menatap Wendy tajam. Sedangkan yang ditatap sudah mati kutu ditempat.

"Umm itu aku, aku...  Heheh"

"Kau apa hah? Siapa lelaki yang memelukmu semalam hah?" Tanya Irene semakin menyeramkan Dimata Wendy.

"Tidak. Tidak. Dia orang asing yang mengodaku semalam. Aku tidak melakukan apapun unnie."

"Tidak melakukan apapun? Woah hebat sekali kau Son Wendy. Aku tahu apa yang kau lakukan disana semalam."
"Merokok, dan meminum alkohol dengan bebas. Kau! Akan habis ditanganku sekarang."
"Kemari kau Son SeungWan. Dasar bule kurang belaian. Sudah kubilang diam di dorm saja, apa susahnya sih? Kau mau kubuat tak bisa berjalan hah?"

"Ti-tidak unnie. Ak-aku... Itu... Kemaren hanya"

"Hanya apa hah? Dasar Wendy brengsek."

"Aku tidak brengsek unnie! Aku hanya menuntut keadilan" balas Wendy membuat Irene semakin geram

" Keadilan apa yang kau maksud? Keadilan aneh yang selalu ada diotakmu itu? Jangan harap!" Ujar Irene membuat Wendy meringis

" Ya sudah kalau begitu. Keluarlah unnie, aku mau tidur" ujar Wendy sembari melemparkan tubuhnya kekasurnya tanpa memperdulikan Irene yang menatapnya jengah

" Kau tidur, dan kulemparkan semua barang-barang mu keluar."

"What? No! Unnie kau gila!" Ujar Wendy memeluk barang-barangnya erat.

"Oh? Jadi kau lebih memilih memeluk barangmu dari pada aku?"

"Oh ya Gosh! Kau bertele-tele sekali unnie. Bilang saja kau mau kupeluk. Sini" ujar Wendy merentangkan tangannya lebar yang disambut hangat oleh irene.

" Jangan katakan kata pisah lagi Wen, aku tidak suka. Hanya karna Suho kita terus begini. Besok-besok kau ikut sajalah dengan ku dan Suho. Jangan kabur terus. Paham"

"Hmm" balas Wendy bergumam. Dirinya sudah begitu lelah untuk membalas ucapan Irene sekarang.

Irene yang melihatnya hanya tersenyum sebelum mencium pipi kekasinya hangat. Ia bergabung dalam pelukan hangat dan selimut berbulu tebal yang sama hangat dengan Wendy nya.

Irene tak bisa berjanji keadaan kedepan akan lebih baik, tapi bukan berarti ia tak bisa memegang ucapan, bahwa Wendy adalah satu-satunya untuk nya sampai kapanpun. Itu sudah mutlak.

Dan untuk kalian para penggemar wenrene, terserah mau berfikir apa, doakan saja yang terbaik bagi keduanya. Hubungan sering cemburu, bertengkar dan salah paham adalah awal menuju penyatuan. Sayang Wendy dan Irene sedang lelah. Lain kali saja penyatuannya. Ppffttt .








With all my love i Will say "I love you".
With all my mistake I will take you to new world, where we are. Where we struggle. Where we have love for each other.

Wendy x Irene ❤️

Yup, yup yuppp... Cut!

Wendy itu apa ya untuk Irene?
Dan
Irene itu apa ya untuk Wendy?
Mereka have relationship gk ya?

Wendy X IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang