Chapter 77

506 72 2
                                    


Guncangan besar telah terjadi berkali-kali di sekitar istana. Sesekali itu memperlihatkan lonjakan energi yang tak kasat mata menghempas dengan kuat keatas langit.

Didepan halaman istana yang telah menjadi reruntuhan terlihat seseorang yang menjadi pusat dari lonjakan energi tak kasat mata beberapa waktu lalu. Disisi lain juga terdapat tiga pemimpin dari pasukan gabungan yang berhadapan dengan seseorang tersebut.

Ketegangan mengisi sekitar, tidak ada siapapun disana selain empat orang itu.

"Haaah? Kalian adalah pemimpin pasukan sebesar ini? Dengan kekuatan seperti ini?"

"…"

Ketiganya hanya diam mendengarkan semua yang diucapkan Demon tersebut.

Setelah melihat kekuatan besar yang dimiliki oleh Demon yang mereka lawan, kepercayaan diri yang awalnya tinggi kini mulai jatuh ke angka terendah. Namun, itu tidak membuat tekad bertarung mereka menghilang, sebagai seorang jendral yang memimpin pasukan sebesar ini, mereka tidak mungkin lari dari tanggung jawab.

Erreta adalah nama dari seorang Crimson Knight yang memiliki tingkat Obsidian. Meskipun Erreta adalah yang terlemah dari kedua Jendral yang ada bersamanya, namun ialah yang masih memiliki kepercayaan tinggi terhadap kemenangan.

Selama jaman kedamaian ia bahkan tidak merasakan ancaman apapun selain pertarungan melawan monster kuat yang masih banyak berkeliaraan. Erreta hanya seseorang Pria penuh keahlian yang ingin mewujudkan impiannya untuk menjadi pasukan khusus Artelsia Kingdom, Crimson Knight sepenuh hatinya dan berkorban untuk kerajaannya.

Dan kali ini ia sedang dihadapkan oleh ancaman lebih besar yang akan melibatkan seluruh Benua Ethergard jika ia kalah disini. Apa yang akan ia lakukan? Kepercayaan diri bahkan tidak akan membantunya dalam situasi ini, terlebih lagi kedua orang yang ia hormati masih berdiam diri memperhatikan lawan mereka.

'penyerangan ini sudah direncanakan dengan baik, namun kita tidak memiliki informasi lebih tentang seorang Demon dengan kekuatan sebesar ini.… Sekarang, apa keputusan kalian."

Orsen saat itu melangkahkan kakinya ke depan.

"Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"

Barendoz mempertanyakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.

"Kita akan melawan mu, bahkan jika kekalahan yang di dapat, pasukan selanjutnya akan datang untuk membunuhmu. Kau tidak bisa lepas dari takdir kematian setalah melakukan semua ini."

"Kalau begitu kenapa tidak mencoba memberikanku takdir kematian oleh kalian sendiri?"

Pernyataan Barendoz berhasil membuat Orsen berhenti. Saat itu Barendoz mengambil kembali pedang yang ia tancapkan ketanah, ia kemudian menampilkan posisi bertarungnya untuk melakukan pertarungan selanjutnya.

"Kau terlalu meremehkan Manusia."

Ketiganya menggenggam senjata mereka. Namun Kordinius masih dalam keadaan ketidakpercayaannya atas kekuatan yang ia latih selama ini telah dikalahkan oleh mahluk yang bahkan tidak diketahui. Kekuatan yang selama ini ia banggakan harus kalah melawan seekor monster?

Kordinius memegang pedangnya semakin kuat. Rasa ketidakberdayaan sebelumnya berubah menjadi hasrat ingin mengalahkan. Kemudian ia berlari mendekati Barendoz yang masih dalam keadaan menyeringai nya.

"Tunggu Kordinius!! Apa yang kau lakukan."

Kedua rekannya ingin mencegah kebodohan yang ia perbuat, namun itu tidak menghentikannya. Saat jaraknya mulai memiliki selisih 4 meter dengan Barendoz, Kordinius menggunakan keahliannya yang bahkan bisa memotong musuh menjadi beberapa bagian sekaligus.

Sebuah serangan yang memadukan kecepatan, kekuatan dan serangan dasar ini memiliki nama 'Laceration'. Itu adalah sebuah Skill yang saat ini hanya dimiliki oleh Kordinius.

Dalam satu detik Kordinius mampu melakukan serangan sebanyak sepuluh kali. Dikombinasikan dengan kekuatan dan kecepatan, itu bahkan bisa memotong dengan mudah.

Sepuluh serangan per detik Kordinius berhasil menyerang tempat Barendoz berada, namun itu tidak membuat Barendoz bergeming, ia hanya memainkan pedangnya seirama dengan serangan yang datang dari Kordinius.

"Kita tidak bisa diam saja."

Kedua rekan Kordinius menerjang kedepan secara bersamaan saat Kordinius berhadapan dengan Barendoz.

Beberapa waktu yang lalu mereka bertiga telah melihat kekuatan penghancur hebat. Bahkan itu membuat kastil megah Etheral tinggal tersisa reruntuhan. Gelombang yang menghancurkan apa yang dilintasi olehnya, itu adalah gelombang misterius yang bahkan mereka tidak menyadari darimana gelombang penghancur itu keluar.

Ketiganya kembali berkerja sama. Disisi lain Barendoz hampir mencapai batasnya, kehilangan Demon Essence memang memiliki pengaruh kepada batas kemampuan seorang Demon. Jika Demon sekelas Barendoz yang memiliki banyak skill tingkat tinggi kehilangan Demon Essence maka itu akan lebih membebani Demon tersebut jika mereka menggunakan Skill tingkat tinggi.

Ditambah kemampuan lawan Barendoz yang bahkan tidak bisa dianggap enteng. Ia sempat tidak percaya bahkan ada Manusia sekuat ini, Manusia dalam ingatan Barendoz bahkan tidak memiliki kekuatan seperti ini. bagi Barendoz, Manusia hanya sekelompok ras yang hanya mampu meminta pertolongan pada dewa.

Namun, saat ini kenyataan telah berubah. Manusia yang ia nilai seperti dulu telah memiliki perkembangan drastis. Bahkan selama 12 tahun saat ia masih melakukan pengumpulan kekuatan untuk memberi rasa ketidakberdayaan kepada Manusia, ia tidak menyadari sedikitpun perubahan yang telah terjadi setelah perang antara Demon melawan Manusia dimasa lalu.

Bagaimanapun saat Barendoz pertama kali bebas yang ia pikirkan hanya kembali membangkitkan Demon dan kembali menjalankan proses perubahan Mortal World menjadi Hell World kedua. Dan saat itu Barendoz masih memiliki pikiran bahwa Manusia hanya sebuah benteng rapuh yang bahkan bisa para Demon lewati jika mereka ingin.

Tiga garis horizontal berhasil dihindari oleh Barendoz. Saat posisinya masih dalam keadaan mementum setelah penghindaran, Erreta mendekat untuk melakukan serangan jarak dekat. Namun Barendoz bukanlah tandingan baginya.

Bahkan belum waktu pertarungan antara Erreta dengan Barendoz mencapai waktu 3 menit ia telah dikirim mundur dengan serangan fisik Barendoz dalam keadaan penuh lebam dan sayatan ringan.

Seolah tidak ingin memberi Barendoz istirahat, Orsen dan Kordinius kembali malekaukan serangan terencana milik mereka. Tentu saja ini tidak sesederhana seperti Erreta. Kombinasi keduanya bahkan membuat Barendoz mundur beberapa langkah. Saat melihat hal ini Orsen justru menyadari sebuah hal yang menguntungkan.

'Kekuatan penghancur sebelumnya terbatas, dia tidak mungkin menggunakannya lagi.'

Suara dentuman pedang yang memekakkan telinga terus terjadi. Hingga, saat Kordinius melakukan kembali Laceration, Barendoz yang menyadari itu sesegera mungkin mundur kebelakang. Tidak mungkin baginya menahan 10 serangan per detik secara langsung karena ia sudah merasakan dampak tersebut saat mencoba menahannya beberapa waktu yang lalu.

Meskipun ia memiliki kemampuan untuk menahan itu, Barendoz berfikir akan lebih bijak jika menghindarinya. Ia tidak ingin membuang stamina hanya untuk hal yang tidak memiliki keuntungan seperti menahan serangan itu.

Jarak antara Barendoz dengan Kordinius yang baru saja mengakhiri Laceration terpisahkan 10 meter. Bersamaan dengan itu sebuah hal tidak terduga membuat mereka bertiga jatuh dalam keterkejutan.

"…..!?"

"Sial!!"

Tiga gelombang yang tak kasat mata berhasil dirasakan oleh ketiganya. Orsen, Kordinius dan Erreta, ketiganya menunjukan keterkejutan. Dalam sekejap gelombang itu telah berada tepat didepan mereka dan saat satu detik sebelum itu mencapai tubuh mereka sebuah barrier putih muncul menahan serangan tak kasat mata tersebut.

Destiny of Glory : The Beginning [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang