Saat lusinan Demon Soldier itu sudah masuk dari jangkauan serangan Art, ia melepaskan sebuah skill–nya
"Slash."
Serangan dari skill Art berhasil melukai tiga Demon. Itu tidak membunuhnya. Benar, namun Art melanjutkanya dengan pemainan pedangnya yang cepat.
Itu sangat cepat. ini adalah keahlian pemain yang pernah berada dipuncak sebelumnya. Saat serangan ke duapuluh Art berhasil dicapai, bilah pedang berwarna putih itu dengan tiba-tiba memiliki aura berwarna merah.
Saat Art melakukan tebasan selanjutnya, muncul gelombang pedang yang berhasil membunuh beberapa Demon Soldier dalam sebuah jalur swordwave.
Saat itu Demon yang telah menyerang Art diam di tempat dan tidak berkata-kata setelah melihat beberapa dari mereka terbunuh.
'Sial, orang ini kuat.'
'Seharusnya aku tidak mengikuti mereka, sialan.’
Beberapa dari Demon Soldier itu menggerutu. Sekarang karena ketidaksabaran mereka, mereka terpaksa menghadapi lawan kuat ini.
Disisi lain Art hanya tersenyum di balik helm–nya
"Hanya segini kemampuan kalian? Bodoh…"
Itu adalah provokasi dari Art. Benar, untuk menghadapai tipe lawan seperti ini cara terbaik adalah provokasi. Seseorang yang mengutamakan emosi akan lebih mudah dikalahkan dengan cara ini.
"Jibangan kecil sepertimu mengatakan itu? maka lihatlah kekuatanku yang sesungguhnya."
"Mulutmu akan membunuhmu."
Art tersenyum kembali dibalik helm–nya. 'Mereka memakan umpannya.'
Saat itu semakin banyak Demon yang menyerang Art. Art sangat tenang, untuk menghadapi lawan sebanyak ini diperlukan kekuatan atau skill AoE kuat yang tidak dimiliki oleh Art. Namun, itu segera teratasi. Benar, jika tidak ada kekuatan maka kecepatan dan kelincahan bisa digunakan.
"God Speed And Lightning Stab"
Art memanfaatkan kecepatan yang diberikan skill tersebut. Itu seharusnya sudah cukup, memiliki kecepatan dan keahlian pedang sangat baik sudah cukup bagi Art untuk untuk mengahadapi mereka semua.
Kali ini Art mengambil langkah pertama. Saat jarak sudah cukup dekat Art melakukan serangan tusukan kepada Demon terdekat.
[Anda memberikan serangan kritikal]
Serangan itu membunuhnya seketika. Art kemudian menyerang dengan serangan Horizontal menyebabkan damage kepada para Demon yang berada dari jarak serang Art.
Mereka bukan prajurit lemah seperti prajurit kerajaan. Mereka dilatih lebih keras dari pada prajurit biasanya selama bertahun-tahun, namun mereka tidak berdaya oleh manusia, terlebih lagi hanya satu orang.
"Kekuatanya tidak masuk akal. Aku harus melaporkan ini."
Pria yang berbicara itu adalah Elfin, seorang Demon Magician yang telah menjadi Demon Soldier sejak lama.
Elfin adalah seseorang yang menggunakan otaknya untuk melakukan pertarungan. Namun Barendoz tidak pernah meliriknya karena ia tidak memiliki cukup kekuatan.
Demon adalah ras yang menjunjung tinggi kekuatan. Betul, tidak peduli jika orang itu tidak memiliki akal sehat ataupun kecerdasan, karena pada akhirnya orang dengan kekuatan lah yang akan menang dan menguasai. Itulah hal yang dipercayai ras Demon.
Namun Elfin adalah Demon Imitasi. Ia adalah manusia yang dirubah menjadi Demon, secara khusus ia masih memiliki akal manusia. Ia tidak bisa mengikuti kepercayaan Demon tentang 'kekuatan adalah yang paling utama dan harus dihormati.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny of Glory : The Beginning [END]
FantasyAku lagi buat versi remake nya sih, cmn yang ini gak bakalan aku hapus karena mungkin yaaah... Aku rasa ini lebih ke karya originalku sekaligus cerita pertamaku yang langsung aku tulis begitu idenya melintas di kepalaku... Mungkin nanti karya ini ba...