Chapter 79

561 61 4
                                    

"Di bagian dagunya?"

Kordinius merasakan keraguan, namun fakta bahwa Erreta kini telah mengalahkan mahluk yang menyerupai naga itu memang telah membuat Kordinius sulit untuk tidak percaya akan kata-katanya.

"Jika kristal itu ada di dagu mahluk itu berarti kristal tersebut masih dalam bagian kepala, kan?"

"Benar."

"Kalau begitu mari akhiri ini dengan cepat. Anda hanya perlu melihat."

Saat Kordinius menyelesaikan bicaranya, ia secara cepat mencengkram pedangnya dan menerjang dengan kecepatan tinggi ke arah depan. Saat ia masih memiliki selisih sepuluh meter antara mahluk itu, Kordinius melakukan momentun untuk melompat tinggi ke udara.

Posisinya kini berada tepat diatas kepala Hythrone Nivhelia, namun sebelum ia dapat mendekat pada kepalanya, Hythrone Nivhelia menarik nafas dan seketika nafas api menyembur kearah Kordinius.

"Jendral..!!"

Kekhawatiran memenuhi wajah Erreta, namun saat setelah semburan api itu menghilang, sebuah barrier putih telah menyelimuti tubuh Kordinius dan bahkan tidak mendapatkan luka bakar sedikitpun.

Beberapa detik kemudian barrier putih itu mulai meredup di bagian tubuh Kordinius, ia berencana mencincang habis kepala mahluk yang kini hanya beberapa centimeter dari dirinya.

"Laceration.…"

Sepuluh serangan dasar per detik dengan kekuatan luar biasa telah diberikan oleh Kordinius kearah kepala Hythrone Nivhelia. Itu terjadi sangat singkat sebelum kepala mahluk itu berubah menjadi beberapa bagian. Dan seketika pembatuan pada pada tubuh Hythrone Nivhelia mulai terjadi. Itu menjadi sebuah batu hitam dan kemudian pecah menjadi kepingan yang lebih kecil.

Kini mereka berdua bisa bernafas lega.

"Barrier itu…."

Erreta mempertanyakan kemunculan barrier berwarna putih tersebut saat Kordinius termakan akan nafas api.

"Ahhh, aku baru menyadarinya. Anda ingat kalung yang di berikan pihak gereja kepada kita? Kurasa fungsi kalung ini adalah melindungi. Akan tetapi itu memerlukan masa tenang untuk kembali membentuk barrier. Beberapa waktu lalu, saat menghadapi nafas api aku hanya bergantung pada hal ini dan situasi akan sangat berbeda dengan sekarang jika barrier itu tidak muncul."

Memang. Sebuah hal yang benar bahwa pihak gereja juga ikut andil dalam hal yang mengancam Ethergard seperti pasukan Demon yang saat ini membuat Ethergard waspada. Meskipun mereka masih belum mengirim para paladin untuk turun secara langsung membantu pasukan aliansi, mereka tetap memberi dukungan dengan memberikan sebuah aksesoris yang memiliki berkah perlindungan yang akan di berikan kepada prajurit tertentu.

Meskipun aksesoris dari gereja tidak bisa melengkapi seluruh pasukan aliansi, namun tetap saja sebuah barrier putih yang menyerap semua kerusakan selama lima detik akan sangat membantu untuk para prajurit. Jika demon imitasi memiliki kekuatan fisik yang meningkat drastis, maka pasukan aliansi memiliki berkah dari dewa.

"Puing-puing reruntuhan istana ini…. Aku yakin Demon itu berada di antara puing. Anda pergi saja ke tempat jendral Orsen."

"Baik."

Kordinius mulai berjalan menjauh dari Erreta, ia berniat mencari Demon yang saat ini sedang bersembunyi di antara bangunan istana yang sebagian besar telah menjadi puing. Disisi lain Erreta merubah pandangannya kearah Jendral Orsen berada.

.

Pertarungan antara Orsen dan Hythrone Nivhelia telah terjadi selama lebih dari setengah jam, dan itu tidak membuahkan hasil sedikitpun. Luka sayatan terlihat di sekujur tubuh Hythrone, namun itu dengan cepat sembuh dan hanya menyisakan bekas luka.

Tingkat penyembuhannya layaknya seekor Troll dan kekuatanya tidak lebih buruk dari seekor Wyvern. Ini adalah mahluk terburuk yang pernah Orsen lawan selama ini.

Dalam pikirannya telah tersusun beberapa taktik untuk dicoba, namun sebagian besar taktiknya menjadi sebuah sampah saat dihadapkan dengan regenerasi gila milik mahluk itu.

Staminanya telah cukup terkuras akibat perlawanan beberapa waktu lalu. Keringat bercucuran di sekitar wajah Orsen. Tubuhnya ingin beristirahat sejenak untuk mengumpulkan tenaga, namun ia menolak itu. Pandangannya kini mulai mengunci kembali Hythrone Nivhelia yang terpisahkan puluhan meter.

Saat pohon yang berada tidak jauh dari Orsen mulai tumbang karena nafas api yang membakar, Hythrone  mulai maju dengan kecepatan tinggi menuju Orsen yang sedang kelelahan. Orsen memegang pedang dengan kedua tangannya dan saat jaraknya hanya beberapa Orsen bergumam dengan suara yang kecil.

"Aenos Faora…."

Cahaya berwarna biru muda mulai terkumpul di hadapan Orsen. Semakin lama semakin jelas. Bersamaan dengan munculnya cahaya biru itu, Hythrone mulai mengambil nafas, dan sesaat kemudian nafas api yang merusak taman yang awalnya hijau kini keluar kembali dengan hantaman kepada cahaya biru yang menghalangi Orsen.

Asap hitam mulai terlihat di sekitar akibat nyala api Hythrone. Melihat sebuah kesempatan, Orsen maju kedepan dengan kecepatan tinggi saat pandangan Hythrone masih tertutupi asap. Saat Orsen tepat berada di bawah mahluk itu pedangnya berhasil menembus dadanya. Itu tidak berhenti di sana, Orsen terus bergerak kebagian belakang Hythrone dengan pedang yang masih tertancap yang berhasil membelah perut dari Hythrone Nivhelia.

Goarrhh….

Suara rintihan Hythrone menggema cukup keras. Dan saat itu ia berhasil menyadari keberadaan Orsen. Orsen berada tepat di belakangnya dan sebelum ekor Hythrone akan melakukan pukulan hebat kepada Orsen, itu terlebih dahulu terpotong. Dan sekali lagi jeritan keras dari mahluk mengerikan yang menindas manusia dimasa lalu terdengar kembali.

Kesempatan terus berdatangan secara serentak. Nafas api dari Hythrone menyembur keatas langit diiringi suara jeritan yang keras. Teriakan terus menjadi dan saat itu Orsen melakukan momentum pada kedua kakinya dan melakukan loncatan untuk mencapai punggung Hythrone.

Saat Hythrone mengetahui bahwa punggungnya sedang dinaiki seseorang ia menjadi menggila dalam sesaat. Dalam pikirannya, hanya para Demon yang terhormat yang diizinkan menaiki punggung mereka, dan sekarang seekor manusia telah menaiki punggungnya? Ia tidak bisa menerima itu.

Gerakannya menjadi gesit, Nafas api terus keluar yang mengarah kebelakang untuk mencoba menyingkirkan seekor serangga yang menempel di punggungnya. Namun, Orsen tidak jatuh dengan mudah, ia juga tidak hanya diam melainkan melakukan puluhan tusukan pada punggung Hythrone Nivhelia. Kobaran nafas api dan goncangan tubuh Hythrone seakan tidak membuatnya kesulitan sedikitpun.

Tidak lama kemudian ia berhasil mencapai bagian tengkuk leher dan kemudian menuju kepalanya. Baju Orsen kini dipenuhi oleh kobaran api kecil, tangannya mendapat luka bakar akibat menyentuh bagian leher dari Hythrone. Dan saat inilah sebuah kesempatan mulai terlihat.

Orsen menyeimbangkan dirinya saat berada tepat di atas kepala Hythrone Nivhelia. Pedangnya memancarkan sesuatu cahaya berwarna biru dan perlahan itu memadat dan bersatu dengan pedang. Pedang yang awalnya berwarna silver kini berubah menjadi biru kristal.

Hawa dingin dari pedangnya berhasil menembus pakaian dan plat pelindung yang ia pakai. Disaat yang bersamaan, Orsen memegang pedangnya dengan kedua tangan miliknya.

Sebelum Hythrone Nivhelia merasakan ancaman, serangan telak ke arah bagian tengkorak kepala Hythrone berhasil membuat ia cukup untuk merasakan sakit luar biasa. Tusuknya semakin dalam dan…

Tcrrck…

Suara retakan terdengar, bersamaan dengan itu pembatuan pada Hythrone Nivhelia mulai terjadi.

'Apa yang terjadi!?'

'Sialll'

Sebelum pembatuan pada tubuh Hythrone telah selesai, Orsen memilih untuk turun dan meninggalkan pedangnya yang masih tertancap di kepala mahluk itu. Tidak lama kemudian Hythrone yang telah menjadi batu kini mulai hancur menjadi kepingan yang lebih kecil.

Orsen bisa bernafas lega. Kemudian ia berjalan kearah tumpukan kepingan batu berada dan mengambil pedangnya, namun Orsen menyadari sesuatu saat ia mengambil pedang miliknya. Itu adalah sebuah benda yang menyerupai cincin, namun dengan ukuran yang besar tergeletak diantara kepingan batu.

'Benda apa ini?'

TBC...

Destiny of Glory : The Beginning [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang