||AETERNA||
"Kenapa sih senyum-senyum mulu? Bahagia banget kayaknya."
Zelia menatap Davin yang duduk di sebelahnya, ia mengangkat kedua alis sambil mengulum bibirnya rapat. "Keliatan banget emangnya?"
Davin menyeruput kuah sotonya sambil mengangguk. "Kelihatan banget, kamu senyum-senyum dari tadi. Ada apa sih emang?"
Zelia tersenyum, menundukan kepala sambil mengaduk-aduk seporsi gado-gado dihadapannya. "Gak ada apa-apa, kok."
Davin memicingkan matanya sejenak menatap Zelia curiga, ia kemudian menganggukan kepalanya. "Oohh, gitu ya. Gak mau bagi-bagi rahasia nih."
Davin tak salah. Insting lelaki itu masih saja kuat. Meskipun Zelia sempat mengulum bibirnya beberapa kali, menyimpan senyum di dalam hatinya. Davin tetap saja dapat menangkap segala tingkah ganjil Zelia. Mungkin jika Davin masih seperti dulu, ia akan mengatai Zelia gila atau mungkin cuek-cuek saja. Namun sekarang pemuda itu justru dibuat bingung dengan tingkah aneh Zelia. Ia tertarik dengan apa yang dipikirkan Zelia sekarang. Belakangan ini gadis itu juga selalu riang, senyum manisnya selalu ia tampilkan saat mereka berjumpa. Entah apa yang membuat gadis cantik itu bahagia.
Zelia sendiri sulit untuk mengungkapkan isi hatinya. Pertemuannya dengan Aryo tempo hari sukses membuat Zelia gembira. Meski awalnya ia sedikit canggung, menahan luapan rindu yang nyaris berdebu sebab tersimpan rapat dalam hatinya. Tapi Zelia benar-benar sangat senang mendapati kedatangan Aryo di apartemennya itu. Meskipun kekesalan dan kecewa akan sikap Aryo dulu kala masih belum pulih, Zelia tak menampik akan cinta yang masih mengalir deras untuk Aryo. Wajah kuyu yang begitu dirindukan itu, ingin sekali Zelia berhambur kepelukan Aryo. Menumpahkan segala gundah gulana dalam jiwanya yang letih sebab menunggu kasih sayang tak sampai dari orang tuannya. Sejenak Zelia berpikir, dia ingin sekali menjadi Davin, anak kandung Aryo yang sekarang begitu di sayangnya. Namun satu pertanyaan muncul dibenak Zelia.
Apakah Aryo menyayanginya?
Zelia merasa tamparan keras berulang kali. Dia tahu jawabannya. Tentu saja, Delila si gadis cupu itu hanyalah anak adopsi yang berguna untuk menutupi sekandal Aryo dan istrinya. Bagaimana bisa rasa sayang itu muncul? Mustahil. Kini Zelia mengerti. Amarah yang waktu itu bercokol di hatinya saat mengetahui bahwa Aryo adalah Ayah kandung Davin, hanya bentuk lain dari rasa iri yang ditunjukan Zelia untuk Davin. Iri dengan status Davin yang tak lain adalah anak kandung Aryo.
Kendati demikian, Zelia merasa bahagia bisa menghabiskan waktu sebentar berdua bersama Aryo. Walaupun yang menjadi pembahasan mereka adalah Davin, anak kandung Aryo.
"Terima kasih sudah merawat Davin, kamu pacar yang baik sekali," puji Aryo kala itu membuat Zelia tersenyum samar. "Kata dokter, kamu memberi pertolongan pertama yang baik sehingga sedikit mengurangi bengkak di wajah Davin. Saya benar-benar cemas sewaktu dia menolak ajakan saya untuk ke rumah sakit. Untungnya yang mau ditemui adalah dokter pribadi sekaligus hatinya, sehingga saya tidak bisa menyalahkan dia datang kemari," tambah Aryo dengan sedikit bergurau mencairkan suasana canggung yang kental.
Zelia hanya bisa tersenyum sesekali menundukan wajahnya, gugup. Dia terlalu canggung sebab ini pertama kalinya Aryo berbicara sepanjang ini dengannya. Sebelumnya, saat rupa Delila yang ia pakai, Aryo tak pernah seperti ini. Jika bukan Zelia yang bertanya atau berbicara, mungkin dia tak pernah mendengar suara berat Aryo untuknya. Meskipun dengan respon yang sedikit atau ketus dan tajam, Delila yang polos nan lugu sudah bersorak gembira.
Zelia mengeret udara pelan sebelum menanggapi ucapan Aryo. "Iya, Om. Eum ... Zelia sebenarnya cemas banget waktu liat Davin datang dengan muka begitu, jadi Zelia inisiatif obatin sendiri karena Davin juga gak mau waktu Zelia tawarin ke rumah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
AETERNA | Selesai✓
Teen FictionFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA:-) {Cerita ini hanya FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan} Blurb : Menjadi gadis dengan hidup yang begitu memilukan bukan...