||AETERNA||
Minggu pagi dihabiskan Zelia dengan mengurung diri di apartmentnya. Duduk di balkon mininya sambil menghabiskan secangkir teh chamomile yang diseduhnya usai menyirami Tika dan Tini, kedua tanaman hias yang selalu menemani sunyinya.
Satu loyang kecil sponge cake di atas meja telah ia habiskan separuhnya. Zelia sebenarnya tidak terlalu menyukai makanan semacam itu, rasanya seperti memakan kapas katanya. Namun karena itu adalah pemberian tetangga barunya yang menempati unit di sebelah unitnya, mau tak mau Zelia harus menerimanya dengan senyum hangat. Lagipula Zelia adalah salah satu dari sekian banyaknya manusia yang menyukai makanan manis atau makanan penutup, rasa sponge cake itu juga tak kalah enak, jadi Zelia tak merasa rugi harus menebar senyum demi menerima kue itu.
Namanya mami Widi. Wanita berkerudung itu yang menyuruhnya memanggil dengan sebutan mami, biar akrab katanya. Mami Widi berasal dari Surabaya, ia bekerja sebagai Koki di salah satu restoran mewah, namun karena satu alasan yang tidak diberi tahunya, terpaksa ia harus bermuara ke Ibukota dan kini dalam proses mencari pekerjaan. Menilik dari background nya sebagai seorang chef pastry, mami Widi mengajukan lamaran ke beberapa restoran dan hotel-hotel ternama di Jakarta.
Ramah sekaligus anggun adalah kesan pertama saat bertemu dengan mami Widi, meski bibir pucat itu selalu bisa menguasi obrolan dan sesekali ia akan menyemburkan tawanya yang membahana. Mami Widi benar, Zelia langsung merasa akrab dengannya. Bahkan wanita itu juga mengajaknya menghabiskan hari minggu ini di unitnya sambil belajar membuat beberapa manisan. Namun Zelia memilih menolaknya.
Dan kini Zelia menyesali hal itu.
Minggu yang buruk. Zelia menamainya karena jelas ia tak punya jadwal menyenangkan untuk membunuh waktu minggu ini. Zelia ingin memutar waktu lalu menyetujui ajakan mami Widi tadi pagi. Tapi rasanya ia tak memiliki cukup keberanian untuk datang berkunjung ke unit sebelah, sepertinya mami Widi juga memiliki anggota keluarga yang lain, dan Zelia merasa tak enak hati karenanya.
Bosan memandang kesibukan beberapa orang di dibawah sana, Zelia bangkit lantas berdiri di sambil memegang erat teralis, ia mendongakan kepalanya. Matanya bertemu pandang dengan langit biru yang menawan. Beberapa kapas putih juga bertebaran diatasnya. Ah, minggu yang cerah. Seharusnya hari ini bisa dihabiskannya dengan berjalan-jalan ke taman kota atau pergi ke pantai dan bermain bersama ombak lepas di bibir pantai. Namun semangatnya tengah tandus tergerus rasa malas, mungkin lebih tepatnya Zelia tak ingin mengingat Davin. Yeah, cowok itu memang akan selalu mengisi seluruh raga Zelia dan bodohnya Zelia menginginkan hal itu juga.
"Langitnya cerah."
Suara bass itu menyentak kesadaran Zelia, membuat gadis itu cepat-cepat memutar kepalanya ke arah kanan. Mata Zelia memicing mendapati sosok asing di balkon sebelah.
"Hai!" sapa orang itu dengan senyum yang memperlihatkan baris putih didalamnya. Tangannya melambai menambah kesan ramah dalam dirinya. "Gue anak mami Widi, yang nganterin cake tadi pagi," tambahnya.
Alis Zelia meninggi, ia tertegun sejenak. Astaga, bodohnya Zelia tak menyadari cowok itu tengah berdiri di balkon unit mami Widi."Oh ... hai," balas Zelia akhirnya sambil mengulas senyumnya. "Em ... saya—"
"Lo-gue aja, kita sepantara kayaknya," potong cowok itu cepat. Zelia mengulum bibirnya sebelum mengangguk setuju. "Nama gue Alandra Panggil aja Alan, lo?"
"Zelia. Grizelia Jovanka."
"Zelia." Cowok itu mendesis lirih sebelum tersenyum senang. "Gue suka nama lo. Sebenarnya gue gak setuju sama keputusan mami buat pindah le sini, apa lagi harus urus printilan-printilan buat pindah univ juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
AETERNA | Selesai✓
Fiksi RemajaFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA:-) {Cerita ini hanya FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan} Blurb : Menjadi gadis dengan hidup yang begitu memilukan bukan...