Bab 32

145 10 0
                                    

Happy reading






||AETERNA||

Hari itu Davin tak bisa menahan amarah begitu orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Detektif yang di bayar Bara berhalangan hadir karena masalah kesehatannya. Davin menunggu nyaris hingga tengah malam, karena Bara terus mengajaknya untuk tetap menunggu, namun hingga tengah malam Bara baru memberitahunya bahwa detektif yang disewanya berhalangan hadir. Bayangankan saja, bagaimana Davin tak marah. Cowok itu meledak, ia marah begitu mengingat bahwa seseorang tengah menanti kehadirannya di sana.

Ruang kedap suara itu sudah berserakan dengan pecahan botol minuman. Davin membanting apa saja yang ada didekatnya. Dan tidak ada satu orang pun yang mampu menghentikannya, bahkan Bara yang sudah bonyok mukanya bersembunyi dibalik meja bar dengan tubuh yang gemetar ketakutan. Lelaki bertato itu tak peduli lagi betapa mahalnya semua minuman yang di pecahkan Davin, dia lebih menyayangi nyawanya saat ini.

"Dengar Bar, kalo sekali lagi lo halangin gue cuma buat nunggu detektif sialan itu, gue bakal bakar club kesayangan lo ini!" teriak Davin, wajahnya masih mengeras. Kemudian ia beranjak pergi sebelum menendang kursi bar.

Bara menghembuskan nafas lega mendengar bunyi debam pintu. Sebenarnya tidak alasan khusus menahan Davin hingga larut malam. Bara hanya ingin menghabiskan waktu bersama pemuda itu, karena sudah lama sekali Davin jarang menempelkan bokongnya berjam-jam atau sekedar menemani Bara menghabiskan minum sambil merokok.

Dulu sebelum perubahan yang terjadi dua bulan terahkir ini, Davin sering berkunjung ke club. Cowok itu hanya akan duduk diam dengan telinga yang setia mendengar celoteh Bara mengenai kehidupan pria berusia dua puluh enam tahun itu. Davin hanya akan duduk sambil meminum soft drink, dia hanya menanggapi singkat cerita Bara. Tapi menurut Bara, hal itulah yang dirindukannya. Lebay memang pria bertato tengkorak itu. Bara penasaran, hal apa yang membuat Davin marah besar. Padahal cowok itu sudah bilang padanya bahwa dia tidak ada tugas sekolah besok. Atau ... Davin sebenarnya ada janji lain hari ini? Tapi janji apa yang batal hari ini dan membuat cowok itu begitu marah besar?

Pukul dua belas malam, Davin mendesah begitu matanya mendapati jarum jam di pergelangan tangannya. Zelia pasti menunggunya tadi, seharusnya Davin memberitahu Zelia bahwa dirinya tak bisa hadir. Davin pikir pertemuannya dengan detektif sialan itu tidak akan memakan waktu banyak, jadi ia bisa memenuhi permintaan Zelia. Tapi sayangnya, Davin terlalu larut menunggu detektif itu, hingga tak sadar waktu berlalu dengan cepat.




||AETERNA||

Langit mendung ketika Zelia tengah memasukan kancing terahkir seragam putihnya. Matanya melirik sekilas dari jendela kaca yang tersingkap. Sama seperti hatinya yang agak mendung. Tapi tidak benar-benar mendung kok, Zelia saja yang mudah baper karena Davin tidak datang kemarin. Seharusnya Zelia tak merasa sedih, toh dia juga meminta Davin untuk datang tanpa mendengar jawaban cowok itu. Bisa saja Davin sedang ada kesibukan di rumahnya, dan tidak bisa datang ke unit Zelia.

Zelia mencoba tersenyum di depan cermin. Ia menyelipkan bandana hitam sebagai pemanis tampilannya hari ini. Zelia menepuk bahunya, mencoba tegar. Davin sudah meminta maaf padanya kemarin, jangan sampai dia merusak mood cowok itu hanya karena menuruti egonya yang sakit, meski sedikit. Tapi berefek besar, gadis remaja itu tak makan dari kemarin, bahkan masakan yang dimasakannya kemarin ia buang ke tong sampah. Zelia tak berselera makan karena sosok yang ditunggunya sampai tengah malam itu tak kunjung datang. Zelia kecewa, tapi biarlah.

AETERNA  | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang