||AETERNA||
"Gak terlalu ramai ya," celetuk Davin. Matanya menjelajahi area hall.
Zelia mengangguk sembari membenarkan anting yang tersangkut di rambutnya. "Kata Megan, mereka cuma ngundang keluarga dekat sama tetangga doang. Teman juga paling kita berdua terus Daniel sama Ayu tuh." Zelia mengedikan dagunya ke arah Daniel dan Ayu yang tengah menikmati makanan.
Hari minggu itu memang menjadi hari penting bagi Reyhan dan Megan. Usai pengumuman kelulusan tiga minggu lalu, para anggota keluarga langsung menyiapkan acara untuk pertunangan keduanya. Meskipun terdengar buru-buru, tidak tampak kekurangan satu apa pun dalam segi acara. Semua berjalan dengan normal. Begitu pun dengan dua orang yang menjadi pusat perhatian hari itu. Raut bahagia terpacarkan dari keduanya.
"Tertutup tapi beritanya udah tersebar di grup online. Mungkin bakal ada tamu gak diundang nanti," ucap Davin sembari menyelipkan sebelah tangannya ke dalam kantung celana jeans nya. Ia melirik Zelia. "Sini aku benerin."
Davin membantu Zelia, mengurai helaian rambut gadis itu yang tersangkut di anting panjangnya.
"Awas aja ada yang rusuhin. Aku bakal pasang badan," sungut Zelia. Bibir merah cerrynya mengerut sebal.
Davin tersenyum kecil. Dia telah selesai membantu Zelia. Tangannya terangkat mengusap kepala kekasihnya itu. "Gak bakal ada yang ganggu, kok. Lagian acara inti udah lewat juga. Itu yang paling penting, 'kan?"
"Iyaa. Ngomong-ngomong, pacar aku ganteng banget hari ini. Pake setelan batik begini. Keren, kerenn." Zelia memindai wajahnya pada tampilan necis Davin. Tangannya terangkat memperbaiki kerah baju Davin.
"Kamu juga—"
"Syutt," desis Zelia. Jari tengahnya berdiri di lipatan bibir Davin. "kamu udah muji aku berapa kali coba. Pipi aku rasanya kayak panas banget karena kamu puji terus."
"Mulut aku gak bisa bohong sih setiap liat kamu."
Telinga dan pipi Zelia sontak memerah karena pujian Davin. Cowok itu memang sedang tak menggombal. Tampilan Zelia pagi itu benar-benar memukau dengan dress batik senada dengan sang kekasih. Namun dress Zelia berlengan pendek serta berkerah lebar, memperlihatkan leher putih Zelia yang berhiaskan kalung pemberian Davin. Rambut hitam Zelia digerai lalu semua sulurnya dibawa kesamping kanan, hiasan jepit cantik juga disematkan dirambutnya. Demi menyamai tinggi Davin, Zelia menggunakan sepatu berhak tinggi berwarna merah menyala. Davin sampai beberapa kali mengingat Zelia untuk berjalan pelan-pelan saja. Dia merasa ngilu melihat sepatu Zelia.
"Kamu nggak mau makan dulu sebelum pulang?"
Davin melirik arloji di pergelangan tangannya, ia menggeleng sesaat. "Gak keburu deh kayaknya. Papa tadi bilang Mama udah mulai kontraksi lagi, aku musti ke rumah sakit sekalian bawa baju Papa."
"Oh gitu, apa aku ikut aja sama kamu?"
Davin menggeleng. "Gak usah, Megan bakal ngambek kalau kamu pulang tiba-tiba gini. Nanti kalau udah mau pulang tlepon aja, aku jemput."
Zelia mengangguk patuh. "Kabarin ya kalau ada apa-apa."
"Iya, aku pergi dulu."
Sejak subuh tadi Linda mengalami kontraksi kehamilan. Reno dan Davin membawa Linda ke rumah sakit namun Dokter mengatakan bahwa Linda baru mengalami pembukaan pertama. Wanita itu harus menunggu beberapa jam lagi agar proses melahirkannya berjalan dengan lancar. Meski begitu Davin tetap menepati janjinya pada Reyhan untuk menghadiri hari spesial kawannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AETERNA | Selesai✓
JugendliteraturFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA:-) {Cerita ini hanya FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan} Blurb : Menjadi gadis dengan hidup yang begitu memilukan bukan...