||AETERNA||
Jam menunjukan pukul sembilan malam ketika Davin tengah menyeruput coklat hangat yang di seduhnya sewaktu menyelesaikan obrolannya dengan Reyhan. Cowok itu masih bertahan di apartemen Zelia, menunggu gadis itu hingga bangun untuk menanyakan kesiapannya bertandang ke rumah, pasalnya dari tadi ponselnya tak berhenti merengek meneriaki panggilan mama Linda yang tak sabar menunggu kedatangan Zelia ke rumah mereka.
Mama Linda bahkan telah menyiapkan makanan spesial untuk menyambut Zelia yang dirasa sudah lama tak pernah berkunjung. Ah, tidak, wanita berbadan dua itu hanya bisa memberi perintah di kursinya sebab sepasang mata tajam milik Reno terus saja mengawasinya. Terkadang Davin merasa Reno terlalu berlebihan, memasak tidak akan membahayakan kondisi kandungan Linda, justru sebaliknya wanita itu merasa tak jenuh lagi dan kakinya tidak akan keram karena terus-terusan duduk. Tapi Reno memang seprotektif itu, dia hanya memperbolehkan Linda berjalan-jalan ketika menemaninya berjoging di pagi atau sore hari.
Mata kelam Davin memandang hamparan kerlap kerlip lampu ibukota yang menerangi malam kelabu. Davin menghela napas, mengingat kembali soal pembahasannya dengan Reyhan tadi. Entah mengapa jiwa posesif Davin datang begitu saja, Davin benci mengatakan jika ia benar-benar tak suka mendapat orang lain memiliki perasaan serupa dengannya.
Meski sebenarnya Davin sendiri sadar betul ia tak bisa melarang orang lain untuk menyukai Zelia. Sikap yang baik dan didukung dengan penampilan yang rupawan membuat Zelia mampu menarik siapa saja untuk menyukainya. Davin tahu, setelah ini ia akan menghadapi Alan dan Daniel yang lainnya. Diluar sana pasti banyak yang ingin mengejar Zelia. Layaknya bunga dengan rupa yang elok, ia bisa mengundang semua lebah yang kelaparan untuk datang kepadanya.
Sebuah lengan melingkar di leher Davin bersamaan dengan beban yang bersandar di atas kepalanya. Davin tersenyum sembari meletakan gelas ditangannya. Ia meraih tangan halus itu.
"Puas tidurnya?" tanya Davin seraya menanamkan kecupan singkat ditangan itu.
"Hm. Aku kira kamu udah pulang." Zelia mengurai pelukannya lantas mengambil duduk di kursi sebelah Davin. "Kamu udah makan?"
"Belum, mama ngajakin kamu makan malam di sana, sekalian menginap kayaknya." Davin memandang Zelia. "Kalau kamu nggak mau juga nggak papa. Badan kamu juga masih hangat."
Zelia menggigit bibir. Jujur saja, dia sebenarnya merasa canggung ke rumah Davin, semua ini tentu saja karena kerenggangan yang terjadi. Zelia sudah lama tak pernah ke rumah Davin, semenjak berjauhan dengan Davin, Zelia tidak pernah bertemu dengan kedua orang tua Davin. Tapi Zelia juga tak bisa menolak ajakan mama Linda. Wanita itu sudah mengundangnya, tidak mungkin ditolak setelah beberapa minggu ini tidak pernah ke sana.
"Aku mau, kok. Tapi aku mau mandi dulu, kamu tunggu bentar, ya?"
Davin mengangguk. "Iya, jangan banyak-banyak mandinya, badan kamu masih hangat."
Zelia mengacungkan jempolnya sembari tersenyum gigi. "Okay Bos," serunya sebelum mengangkat tubuhnya dan berlalu masuk ke dalam. Namun langkahnya kembali kepada Davin begitu melihat kotak tupperware diatas meja. "Itu kamu yang bawa?" tanyanya.
"Apaan?" Davin balik bertanya, mengalihkan wajahnya dari ponselnya.
"Itu, kotak makan diatas meja, kamu yang bawa?"
Davin terdiam sejenak lalu menggeleng. "Bukan. Itu tadi yang nganter tetangga sebelah," katanya seraya tetap mempertahankan riak wajahnya agar tidak masam.
"Oh, itu pasti kak Alan, terus sekarang kak Alan di mana?"
Davin mendelik tak suka. "Udah ku suruh pulanglah, ngapain kamu nanyain dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AETERNA | Selesai✓
Fiksi RemajaFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA:-) {Cerita ini hanya FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan} Blurb : Menjadi gadis dengan hidup yang begitu memilukan bukan...