Bab 35

146 8 10
                                    

Happy reading





||AETERNA||

"Lo masih marah?" tanya Zelia usai mobil yang dikendari Davin berhenti saat lampu merah. Wajah Zelia tampak tak enak hati dengan Davin.

"Ini yang ketiga kalinya lo tanya, Zelia. Dan jawaban gue tetap sama, nggak," kata Davin sambil menggeleng pelan.

"Ya habis muka lo langsung kecut gitu waktu keluar dari rumah Ayu. Tante Sarah emang gitu jadi yah ... lo di sangka cowok gue, maaf deh. Padahal gue udah bilang kok kalau lo bukan cowok gue tapi ya lo tahu sendiri kan Ayu gimana. Dia malah nambah-nambahin gosip." Zelia tertunduk, mengerucutkan bibirnya. Mengingat wajah Davin tadi tampak kaku saat Sarah menyapa cowok itu sebagai kekasihnya, membuat Zelia takut. Dirinya semakin dibuat gelisah saat memikirkan kemungkinan Davin akan menjauhinya setelah ini.

"Iya ...." Davin membalas sekenanya.

"Tuh, kan lo marah!"

"Siapa yang marah, sih?"

"Ituu ... tadi lo bilang iya, berarti lo benaran kesel, kan?"

Davin menghela napas, mengusap pelan tengkuknya. "Gue gak marah, Zelia. Lagian lo ngomong itu udah berkali-kali kan dan jawaban gue juga tetap sama." Cowok itu kembali menjalankan roda empatnya begitu lampu lalulintas berubah warna.

Zelia menarik napas pelan. "Kalo lo nggak marah, berarti ...." Zelia menatap Davin menyipit namun satu tarikkan senyum di wajahnya membuat kening Davin mengkerut. "Berarti lo suka!" tebaknya.

"Suka apa?"

"Suka kalau dikira pacar guelah! Ya, kan?" tanya Zelia lalu tertawa nyaring.

Davin hanya bisa tersenyum tipis mengalihkan wajahnya ke jendela mobil sekilas. Mendengar tawa Zelia seperti hiburan tersendiri baginya. Berita yang diterima Davin hari ini begitu menyita seluruh perhatiannya, rasanya sesak memenuhi dirinya, namun saat melihat tawa dan senyum manis itu seperti menghirup udara segar. Zelia berhasil mengalihkan perhatian Davin dari kericuhan di pikirannya, hanya dengan tingkah konyolnya.

"Gue becanda, jangan ngambek ah!"

"Gue gak ngambek. Kalau itu buat lo senang anggap aja begitu," kata Davin.

"Hah? Lo ngomong ap—"

"Gue lapar," potong Davin mengingat dirinya melewatkan makan siangnya hari ini.

"Aish ... kebiasaan lo mah, selalu potong omongan gue." Zelia mencibik kesal.

"Lo juga kebisaan, omongan gue selalu ditanya lagi." Davin tak mau kalah.

"Ya-yaa ... gue 'kan cuma mau memastikan aja, kok."

Davin mengangkat bahu acuh. "Gue lapar."

"Ya terus? Lo mau mampir cari makan dulu?"

Davin menggeleng. "Lo udah makan?"

"Iya, tadi  diajak makan terus sambil masak-masak gitu. Kalau lo mau mampir gue mau kok temanin lo makan," tawar Zelia.

Davin menggeleng lagi. "Gue mau mie kuah."

AETERNA  | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang