Bab 9

277 20 0
                                    

Happy reading☕

||AETERNA||


Delila tiba di rumah tepat pukul delapan malam, hal tersebut tentunya karena kakinya tak bisa lagi mengayuh sepeda. Delila hanya berjalan kaki sambil mendorong sepeda birunya. Pak Sapto menatapnya dengan kening mengkerut di depan pos satpam. Namun Delila tak mengubris, ia berlalu begitu saja. Kesedihan masih menyelimutinya hingga ia merasa malas untuk menyapa hangat seperti biasanya.

Keheningan Delila dapati saat mendaratkan kakinya di lantai bersih rumahnya. Ia melangkah pelan menaiki anak tangga, namun suara percakapan keras dari lantai atas membuat senyum Delila terbit seketika. Seakan melupakan kejahatan keji yang terjadi padanya, Delila melangkah cepat menaiki tangga. Sudah lebih dari sebulan penuh Delila tak mendengar dua suara itu. Iya, mereka, yang namanya selalu ada di dalam doa Delila.

Papa dan Mama! Mereka pulang!

Tuhan, semoga saja ini bukan mimpi, jika ini mimpi, tolong jangan pernah sadarkan Delila. Karena semua ini terlalu indah untuk ia lewatkan. Selama beberapa saat Delila melupakan rasa sakit di tubuhnya. Ia bahkan melewati kamarnya untuk bisa ke kamar mereka yang berada di ujung lorong. Delila melangkah cepat, tapi sepertinya dia datang disaat yang tidak tepat. Kedua orang yang Delila sayangi itu sedang bertengkar hebat sekarang.

Telinga Delila bisa mendengar amukan Adrian pada Risa dari kejauhan sekali pun, senyum di bibirnya seketika surut digantikan raut khawatir dan cemas. Delila merapatkan tubuhnya di pintu yang sedikit terbuka. Ia menggunakan kesempatan itu untuk melihat keadaan di dalam sana. Dengan mata yang sedikit menyipit, Delila bisa melihat Adrian dan Risa saling bersitatap dengan wajah memerah menahan amarah masing-masing.

"Mau kamu apa, Risa? Nunjukin kemesraan kamu di depan umum, kamu pikir itu bagus, hah?" Adrian semakin menaikan suaranya.

"Terserah aku dong, itu juga bukan urusan kamu." Risa melongos.

"Jaga omongan kamu ya! Kalo bukan karena Papamu yang ngemis di perusahaanku, mana mau aku nikah sama perempuan murahan kayak kamu."

Delila menutup mulut tak percaya mendengar ucapan Papanya.

"Brengsek! Aku juga gak mau nikah sama laki-laki menyedihkan kayak kamu, pantas aja perempuan itu lebih milih selingkuh dari kamu, kelakuan kamu aja kaya gini."

"RISA! Jangan kelewat batas! Aku bisa aja habisin kamu sekarang."

Delila menelan ludah kasar. Risa sepertinya takut dengan ancaman Adrian. Wanita anggun itu menundukkan pandangannya. Delila juga sama takutnya, takut dan bingung. Kemana arah pembicaraan mereka sebenarnya.

"Dengar ya, kalau aku mau aku bisa hancurin perusahaan Papa kamu dan semua restoran kamu, tapi itu kalo kamu gak bisa jaga ucapan dan perilaku kamu ke aku. Kita udah sepakat kan, dari awal pernikahan ini, kamu dan aku boleh berhubungan dengan siapa aja, tapi dengan satu syarat. Jangan sampai ada yang tahu."

"I-iya ... tapi aku benaran gak sengaja uploud foto itu."

"Aku gak mau tau. Kamu klarifikasi sendiri ke orang tua aku dan kamu, pastiin mereka percaya sama omongan kamu. Dan satu lagi, tutup mulut media masa yang memberitakan soal ini."

"Bukan cuma aku aja ya, mereka juga curiga ke kamu yang selalu bawa Mayang ke rumah ini."

"Itu biar aku yang urus, lagian terserah aku mau bawa siapa aja ke rumahku sendiri."

"Gak bisa gitu dong. Kata Endah, Delila sampe liatin kamu berduaan sama Mayang."

"Alah! Anak pungut aja kamu takut, dia itu terlalu bodoh dan lugu, gak tau apa-apa."

AETERNA  | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang