🌰Happy reading🌰
||AETERNA||
Davin menjadi bingung, langkah apa yang harus di ambilnya sekarang. Dia tak pernah melepas mangsa buruan yang sudah ada di genggamannya, itu akan merusak citra sang predator yang terkenal kejam dan buas.
"Lo ... gak perlu nangis, gue cuma bercanda. Gue cuma mau ngomong soal surat itu," ujar Davin dengan suara yang pelan dan tenang.
Dia terpaksa jujur saat ini, berpikir mungkin bisa meredakan ketakutan gadis tersebut. Dan benar saja, tubuh itu berangsur diam, air matanya juga berhenti mengalir. Tanpa di sadarinya, sudut bibir Davin tertarik sempurna, membentuk sebuah senyuman manis dan tulus. Ia senang karena telah berhasil membuat gadis itu berhenti menangis.
"Ehem!" Dehaman yang terdengar sengaja itu mengalihkan fokus keduanya lantas melihat ke sumber suara. Sosok Megan berdiri di sana sambil menatap penuh curiga pada mereka.
Davin langsung saja melepas bekapannya dan mundur dua langkah. Ia tak pernah berpikir akan kepergok seperti ini, saat dirinya sudah menemukan mangsanya.
"Delila, lo di suruh Bu Eka ke ruangannya sekarang."
Gadis cupu itu mulai melangkah maju. Davin ingin sekali mencekal lengan gadis itu kalo saja tidak ada pengganggu di sana. Namun Davin menyadari satu hal.
Jadi namanya Delila.
Davin terus saja menatap punggung kecil itu hingga menghilang di balik barisan rak buku, ia menghembuskan napas pendek. Sangat sulit untuk mengingat punggung kecil itu, apalagi ia belum sempat melihat wajahnya. Tapi setidaknya Davin mengetahui namanya. Delila. Nama itu pasti akan membantunya nanti. Davin berbalik siap melangkah, namun tangan kecil lain mencekal lengan hingga ia harus membalikan tubuhnya.
Kening Davin mengekrut.
"Lo ... ada urusan apa sama Delila?"
Davin menarik sebelah alisnya tinggi, balik bertanya.
"Gue lihat lo dekat banget sama dia, lo punya urusan apa sama dia?"
Davin menarik tangannya pelan. Sekarang dia tahu siapa gadis di hadapannya ini. Davin tersenyum sinis, ia tahu harus bersikap seperti apa terhadap gadis tersebut, sikap sama yang pernah ia tunjukam tempo hari.
"Gue punya urusan sama dia atau enggaknya, itu bukan urusan lo," ucap Davin dengan tatapan meremehkan.
"Gu-gue ... cuma penasaran aja, kalo lo punya hubu-"
"Bingo. Gue punya hubungan sama dia. Gue dekat banget sama dia," potong Davin cepat, tanpa pikir panjang.
"Kalian berteman?" tanya Megan dengan tatapan tak percaya.
"Kalo bisa lebih dari itu, kenapa nggak," balas Davin dengan senyum yang membuat api amarah di kepala gadis itu mulai mendidih.
"Lo mau sama cewek nerd kaya dia?"
"Terus gue harus mau sama siapa? Sama cewek kayak ...." Davin memindai tatapannya pada Megan. "Lo? Yang benar aja."
Megan mengerjap cepat, ia menggigit kuat bibir bawahnya.
"Bu-bukan gitu, gue-"
"Heh, Lo pikir aja sendiri pake otak lo ini." Davin mengetuk jidat gadis itu dengan telunjuknya. "Kalo cowok dan cewek berduaan di tempat sepi terus jaraknya udah sedekat tadi, gak mungkin kalau cuma temanan doang."
"Itu gak mungkin." Megan menggeleng tak percaya.
"Apa yang gak mungkin bagi lo? Gue suka sama cewek nerd kaya dia? Denger, gue suka sama dia dan itu sama sekali bukan urusan lo. Perlu lo ingat, kalo sampe gue lihat lo nyiksa cewek yang berpenampilan sama kaya cewek gue, lo akan berhadapan langsung dengan gue. Ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AETERNA | Selesai✓
Teen FictionFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA:-) {Cerita ini hanya FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan} Blurb : Menjadi gadis dengan hidup yang begitu memilukan bukan...