😽Happy reading😽
||AETERNA||
"Ehem." Dehaman keras itu terus dikeluarkan Zelia sejak mereka memasuki unitnya.
Dia tak suka dengan suasana canggung seperti. Davin sedari tadi membersihkan dan mengobati luka Zelia dengan gerakkan super duper kaku! Bahkan Davin tak melihat atau melirik Zelia sedikit pun. Zelia tahu, Davin pasti tak suka dengan perilakunya tadi. Astaga ... ciuman itu hanya refleks saja. Zelia bahkan tak sadar telah melakukannya, dia terlalu tersihir dengan pahatan sempurna maha karya sang pencipta. Sungguh Zelia tak berbohong, Davin sangat tampan. Zelia merutuki dirinya yang terlalu agresif dalam bertindak dan pengendalian dirinya sangat buruk, benar-benar buruk. Mungkin sehabis ini Davin akan semakin jauh darinya. Tentu saja. Davin pasti tak suka jika berdekatan dengan Zelia.
"Ehem!"
Kali ini Zelia menggunakan nada tingga agar Davin sedikit peka, tapi tetap saja sia-sia. Davin masih fokus memberikan betadine pada luka Zelia di lutut gadis itu. Zelia yang duduk diatas sofa berkali-kali menarik nafas panjang. Ia menatap jengkel Davin yang duduk di kaki sofa, tengah berkutat dengan peralatan P3K.
Terlepas dari itu semua, Davin tetap berjasa besar baginya hari ini. Ungkapan terimakasih mungkin tak cukup untuk membalas kebaikan Davin. Namun seperti sebuah kesadaran menyadarkan Zelia, Davin masih menaruh rasa benci padanya. Ingatannya terlempar pada kejadian di tengah lapangan waktu itu. Zelia hapal betul setiap nada dan kalimat yang dilontarkan Davin. Astaga, tak seharusnya Zelia mengambil langkah lebar seperti ini. Davin pasti hanya bersimpati sebagai sesama manusia hingga mau menolongnya, dan yang utama karena yang menculiknya adalah anak buah musuh cowok itu. Malang sekali nasib Zelia jika berharap lebih.
"Zelia."
Panggilan Davin sontak mengagetkan Zelia yang tengah termenung dalam pikirannya.
"Eh ... udah ya."
"Hm."
Zelia cepat-cepat menjauh dan berdiri sendiri ketika Davin hendak membantunya. Davin mengernyit namun ia membiarkan saja.
Zelia bangkit dengan satu tangannya memegang bahu sofa. "Makasih ya Dav buat hari ini. Udah nolongin gue sama ngobatin gue juga, gue janji ini terahkir kalinya gue minta bantuan lo." Zelia berkata dengan pandangan menunduk.
"Lo gak minta bantuan sama gue, Zel. Tadi itu-"
"Iya iya, gue tahu. Tapi gue merasa gak enak karena lo harus nekan rasa benci lo sama gue hanya supaya bisa nolongin gue. Gu-gue ... ngerasa bego aja karena ...." Zelia menarik nafas pendek, mencoba mengakkan lehernya, matanya langsung bertemu dengan mata elang itu. Zelia mencengkram erat bahu sofa begitu merasakan perih di dalam sana. Senyum pahit muncul di bibirnya. "Karena gue pikir lo ... tulus nyelamatin gue dan karena lo juga punya rasa peduli, yah tapi ya itu gak mungkin kan." Zelia tertawa getir, menggeleng lemah. "Gue janji, ini terahkir kalinya kita sedekat ini. Dan ... soal ciuman itu ... gu-gue ...."
Zelia berhenti bicara ketika melihat Davin bergerak cepat menarik tubuhnya ke arah cowok itu. Mata Zelia sontak terbelalak terkejut, mendapati tubuhnya menempel dengan tubuh tegap didepannya.
"Dav ...," lirih Zelia berusaha membuat jarak, namun tangan Davin melingkari ditubuhnya, membuat Zelia kesulitan melepas diri. Zelia meronta, berusaha menarik tangan Davin namun tenaganya tak sebesar itu jika ia bisa. "Dav jangan gini," bisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AETERNA | Selesai✓
Novela JuvenilFOLLOW AUTHOR SEBELUM BACA:-) {Cerita ini hanya FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan nama, tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan} Blurb : Menjadi gadis dengan hidup yang begitu memilukan bukan...