Bab 20

180 11 2
                                    

◼Happy reading◼







||AETERNA||

Zelia sesegukan mencoba meredam tangisnya. Saat ini dia sudah berada di sebuah ruangan berbeda dengan penerangan minim dari cahaya lampu di atas nakas. Salah satu anak buah Jek Vandro tadi mengiringnya ke sini dengan perlawanan tentunya. Namun seperti yang sudah-sudah, Zelia tak bisa berkutik begitu mereka memasukannya ke dalam ruangan ini. Ia meringkuk disudut ruangan, sembari menatap pintu dengan cemas.

Ruangan yang mereka sebut kamar ini memiliki ukuran sedang dan mampu membuat Zelia bergidik ketakutan berada di dalamnya. Benarkah ini kamar? Zelia pikir tidak. Ruangan ini tidak memiliki jendela atau ventilasi, bahkan cat dindingnya yang berwarna cokelat tua sudah mulai luntur dengan lumut-lumut hijau di kakinya serta basah dari atap yang bocor. Tetesannya bahkan terdengar berlomba dengan isak tangis Zelia. Sepertinya ruangan ini lebih cocok di sebut gudang.

Zelia terkesiap saat pintu terbuka, menampilkan sosok Jek Vandro. Ia memegang dua botol minuman kaca ditangannya. Seketika alaram waspada langsung menyadarkan Zelia yang memundurkan tubuhnya semakin ke sudut.

"Sayang, kenapa mainnya jauh banget. Sini dong!"

Pria itu tertawa melihat tubuh bergetar Zelia yang menatapnya awas, ia lantas meletakan dua botol kaca itu diatas meja bulat yang ada di tengah ruangan. Jek kemudian melangkah ke arah Zelia yang sontak mundur dan menggeleng kuat.

"Jangan ... jangan, saya mohon."

Isak demi isakkan kembali mengudara di ruangan itu. Bayang-bayang siksaan keji Megan dan dua pria bayarannya membuat Zelia semakin diserbu takut.

Tuhan, aku mohon! Aku nggak mau kejadian itu terulang lagi. Aku mohon.

Jek terkekeh. "Apanya yang jangan, gue gak bakal nyakitin lo. sini, sayang."

"Saya mohon," ucapnya tersedu.

Dia tertawa sekali lagi seraya menjongkok di hadapan Zelia. Tangannya terulur hendak menyentuh Zelia namun gadis itu langsung mengalihkan wajah. Jek tetap mengusap lembut wajahnya sampai ahkirnya menarik wajah itu dengan kedua jari jempol dan telunjuk, menjepit dagunya dengan keras.

"Gue gak akan nyakitin lo, sayang. Muka ini terlalu sayang buat gue lukain," ucapnya seraya membelai sepanjang pipi Zelia dengan tangan satunya. gadis itu terisak. Menangis semakin kencang. Ia kemudian menariknya berdiri, mengajak Zelia duduk di sofa lapuk ditengah ruangan.

Tuhan, tolong aku!

Zelia terkejut saat tiba-tiba saja Jek  menyodorkan sebuah kertas plastik yang sudah terbuka berisi bubuk putih ke arahnya. Ia menatap wajah mengerikan itu dengan takut-takut. Mata beningnya menatap bertanya.

"Hirup bubuk itu maka lo nggak akan merasa sedih lagi, sayang. Ini bakalan nikmat." Dia membawa dekat dengan hidungnya lalu menghirup napas kuat-kuat sambil memejamkan mata. "Ahh .... sayang ini beneran enak, ouh! Ayo cepat, lo harus coba," ujarnya lagi sebelum mendekatkan kertas berisi bubuk itu pada Zelia yang langsung menggeleng sembari beringsut mundur.

"Ak-aku nggak mau!"

"Jadi gadis pintar, sayang. Atau lo mau kita main sekarang, hm?" Zelia refleks membuang muka ketika Jek mendekatkan wajahnya. Nafas dengan aroma nikotin pekat menguar darinya membuat Zelia mengernyit dan mendeisis jijik. Jek mencium telinga dan sepanjang leher bagian belakang Zelia. "Lo cantik banget sih dan ... hm wangi lo enak."

Tiba-tiba saja Zelia tersentak, kepalanya mendongak ke langit-langit kamar begitu Jek menjambak kasar rambutnya. "Hirup ini,  gue udah gak sabar lihat muka polos lo ketagihan. Cepat!"

AETERNA  | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang