Bab 34

157 9 4
                                    

Happy reading





||AETERNA||

"Ada info apa?" tanya Davin langsung saat mendudukan dirinya di kursi bar. Tangannya terangkat memesan sekaleng soft drink.

Bara berdeham usai menyesap vodka miliknya. "Gue pikir lo gak bakalan datang setelah kejadian kemarin," ucapnya yang tak dibalas Davin, cowok itu masih duduk tenang di kursi sambil menyesap minumannya, menunggu jawaban atas pertanyaannya. Bara mendengus, sembari mengisyaratkan seorang lelaki bertubuh besar di sudut ruangan. Lelaki itu mengangguk lantas beranjak keluar. "Tentang pencarian Delila."

Davin menoleh cepat, wajahnya berubah serius. "Ada apa?"

"Kemarin detektif yang kita sewa, Delon. Dia lakuin pengintaian di dekat rumah Delila, dan hasilnya, dia bisa dapat sedikit informasi dari asisten rumah tangga mereka. Terus ...."

"Terus?" Tanya Davin cepat. Matanya menelisik wajah Bara yang terlihat ragu. "Bara!" sentaknya karena Bara tak kunjung melanjutkan ucapannya.

"Sekitar tiga bulan lalu, sejak hari dimana terjadi pertengkaran antara orang tua Delila, besoknya mereka nggak pernah lihat Delila sampai hari ini. Sekali dua kali mereka nanya sama nyokap Delila yang baru meninggal kemarin, dan mereka ... justru di marahin." Bara menarik nafas memandang wajah Davin yang tengah berpikir. "Gue curiganya ... kedua orang tua Delila udah tahu sama kondisi anaknya, dan karena nggak mau menjelekan reputasi mereka di depan publik, mereka ngirim Delila ke luar negri atau kemana gitu. Klise sih menurut gue, kayak di sinetron-sinetron."

Bara benar, bisa saja karena popularitas dan reputasi perusaahan yang dimiliki orangtua Delila, mereka segera menghapus nama Delila dan mengirim gadis lugu itu ke luar negri. Tapi Davin tak mau menelan mentah-mentah dugaan Bara. Dia harus mencari tahu lebih jauh mengenai hal ini. Bagi Davin, pencarian Delila tak lebih karena rasa penasaran mengenai keberadaan gadis itu. Terdengar aneh memang sebab mereka tidak begitu dekat, bahkan Davin sendiri baru kenal dengan sosok itu ketika tak sengaja menemukan suratnya. Ia sudah tak peduli lagi dengan semua rahasianya yang diketahui Delila, toh gadis itu juga tak mungkin berani membeberkan rahasianya. Davin sangat yakin untuk yang satu itu. Davin hanya merasa dia harus segera mengetahui keberadaan Delila.

Entahlah, Davin hanya merasa ... khawatir?

Mungkin.

"Kenapa si Delon itu gak kasih info ini sendiri, kenapa musti lewat lo?" tanya Davin. Dirinya memang merasa agak bingung karena detektif yang disewa Bara terus saja berhalangan hadir. Bahkan kini si Delon itu tak kelihatan batang hidungnya.

Bara mengangkat bahu, matanya sibuk mencuri lihat ke arah televisi di sudut ruangan. "Takut katanya, gara-gara liat muka gue yang bonyok. Dia sampai rela bayarannya di potong Bimo."

Davin berdecih, mengangkat kaleng soft drinknya. "Bilang sama dia, kalau matanya sendiri belum lihat wujud Delila, jangan pernah berpikir buat berhenti dari penyelidikan ini," tegasnya, tajam. "Gimana pun caranya kita harus nemuin Delila."

Bara mengalihkan tatapannya dari televisi, matanya menelusuri wajah Davin yang tampak begitu serius dengan ucapannya. empat tahun mengenal Davin, membuat Bara mengenal cowok itu sebagai sosok yang pantang menyerah. Davin selalu bisa merealisasikan apa yang dikehendakinya. Cowok itu selalu serius jika berusan dengan hal-hal mengenai Jek Vandro.

Tetapi kali ini terlihat berbeda. Bara membantu Davin untuk mencari keberadaan Delila, seorang gadis yang Bara ketahui tidak begitu dikenali Davin sendiri. Tapi Bara sangsi melihat keseriusan yang berbeda ketika menangani kasus Jek Vandro, gadis bernama Delila itu sangatlah berarti bagi Davin. Bara sangat yakin. Tapi entah dalam artian seperti apa, Bara tak berani bertanya lebih kepada Davin.

AETERNA  | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang