Bab 23

160 12 0
                                    

🔵Happy reading🔵

||AETERNA||

"Kok gak kasih tau Zelia sih, Zelia kan malu!" Ia menghentakan kakinya keras, berjalan mengekori Davin. "Ya ampun, mau taro dimana coba muka Zelia besok. Harusnya tadi Davin kasih tau Zelia supaya jangan berdiri di depan pintu, Zelia mana tahu pintunya bisa ajaib begitu. Haduhh ... Zelia pasti diketawain deh tadi," gerutunya dengan bibir mengkerucut. Ia tidak sadar mereka sudah berada di parkiran sekolah yang terlihat kosong, hanya ada motor besar milik Davin.

"Lo ngapain ngikutin gue? Pulang sana."

"Pulang?" tanyanya sambil berkacak pinggang seraya menatap Davin jengkel. "Enak banget ngomong gitu. Zelia udah nunggu sampe kering, nanggung malu pula, malah di suruh pulang."

"Serah lo kalo mau nginap di sini."

Mata Zelia mengikuti gerakkan Davin yang hendak menunggangi sepeda motornya.

"Ih Davin mah gitu. Jangan pura-pura amnesia ya, Davin masih ada janji sama Zelia buat menuhin semua keinginan Zelia satu hari penuh." Ia lantas menaiki motor Davin, sempat Zelia melihat Davin memutar bola matanya.

"Terus kita mau kemana sekarang? Gue mau pulang. Capek."

"Pinjam hape Davin dulu nanti Zelia kasih tau kita mau kemana." Zelia mengulur satu tangannya ke depan dan tanpa mengucap apa pun Davin meletakan ponsel di tanganya. Ia tersenyum geli sesaat setelah mengirim pesan pada seseorang. "Hape nya Zelia pegang ya, nanti kalau udah mau pulang Zelia balikin deh."

Davin mendengus kasar. "Serah lo!" Tentu saja Davin terlihat tak peduli, di kontak ponselnya saja tidak lebih dari sepuluh orang. Dia pasti tidak menganggap penting benda itu. "Terus ini mau kemana?"

Jari Zelia mengetuk dagu memikirkan tempat bagus untuk menghabiskan hari. "Makan aja dulu deh, Zelia udah laper banget."

||AETERNA||

"Disini?"

Zelia mengangguk dengan senyum menawan. Kakinya melangkah riang menuju gerobak martabak meninggalkan Davin yang masih duduk di atas motor. Zelia memesan martabak cokelat dengan kombinasi keju di dalam. Ah, membayangkannya saja sudah membuat mulutnya memproduksi banyak air liur dan jangan lupakan cacing-cacing di perutnya sedang berorasi didalam sana. Zelia lantas duduk dikursi plastik tanpa meja, maklum saja gerobak martabak ini terletak di pinggir jalan.

"Dav, sini duduk." Ia menarik satu kursi di sebelah, melambai ke arah Davin.

"Katanya laper, mana kenyang kalo cuma makan martabak," ucapnya setelah mendudukan dirinya di kursi.

"Cieee ... yang perhatian, gemess dehh." Zelia menoel bahu Davin dengan senyum jenaka.

Davin mengalihkan tatapannya. "Apaan sih!"

Ge-er bukan sih kalau Zelia bilang Davin sedang tersipu? Kalaupun iya dan seandainya ia bisa melihat wajah memerah Davin, Zelia mungkin tak tahan untuk tertawa. Davin tak pernah seperti ini sebelumnya.

"Isss ... pake acara nggak ngaku segala. Udahlah Dav, gak papa sesekali perhatian sama pacar. Gak dosa kok, gratis juga lagi."

AETERNA  | Selesai✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang