Author POV
Menjalani keseharian sebagai seorang istri sejak dua bulan yang lalu menuntut Alea harus bisa bangun pagi untuk menyiapkan segala keperluan suaminya, walaupun hanya sebatas menyiapkan baju karena urusan masak dan lainnya sudah otomatis disiapkan oleh santri ndalem.
Alea yang selama ini menikmati hidup sebagai anak bungsu juga berusaha penuh untuk merubah keadaannya yang sekarang menjadi seorang istri, meskipun saat ini hatinya masih bertolak belakang.
"Luham belum bangun, Nduk?"
"Sudah Umi, Mas Luham sedang sibuk dengan laptopnya!"
Lutfiyah-Sang Mertua tersenyum teduh dan mengusap kepala Alea sambil bertutur lembut, "Atas nama keluarga, Umi minta maaf ya kalau Luham banyak merepotkan kamu! Ning Alea yang sabar ya! Nanti kalau Luham keterlaluan bilang sama Umi, langsung Umi lapor ke abah!"
Sang Menantu hanya tersenyum tipis, sungguh di rumah ini dia tidak bisa leluasa menjadi dirinya sendiri. Alea yang terkenal riang, cerewet dan sedikit badung harus mati-matian menjaga sikap karena saat ini dia menjadi Menantu seorang kyai besar. Walaupun batin Alea terus bergejolak tapi dia tetap berusaha menjaga nama baik abi dan keluarganya.
"Alea antar minum ke Mas Luham dulu ya, Umi!"
Setelah mendapat anggukan, Alea bergegas menuju kamarnya, tempat keberadaan suaminya yang masih tetap sibuk dengan kerjaannya meskipun hari libur.
"Minumnya, Mas!"
"Terimakasih!"
Alea berusaha menjaga sikap, walaupun dalam hati dia ingin sekali memaki-maki pria yang berstatus suaminya ini! Bagaimana tidak, selama dua bulan menikah belum sekalipun Alea mendapat senyuman ramah dari suaminya ini. Status saja yang berubah tapi batin mereka masih berjarak. Sungguh sangat melelahkan hidup menjadi pribadi orang lain.
"Aku mau ke Boyolali selama dua hari, berangkat siang ini! Kamu boleh pulang ke rumah abi kalau kesepian di sini!"
"Iya!"
Hanya itu yang bisa Alea ucapkan, tapi tak mengelak juga kalau rasa hatinya bahagia. Suaminya ini memang punya kegiatan yang luar biasa sibuk dan seperti tidak ada waktu luang, dan Alea juga senang saat ditinggal pergi Luham, karena dia bisa pulang ke rumah abinya.
Dan siang itu Alea tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia berkemas untuk menginap di rumah abinya. Dua hari sangat berharga baginya.
Dalam perjalanan seperti biasanya tidak ada obrolan banyak antara dua orang yang sudah halal itu. Alea lebih memilih konsentrasi pada game nya dan Luham konsentrasi pada laptopnya.
Luham menyempatkan turun untuk sungkem pada mertuanya lalu mengikuti sang istri yang masuk ke kamar.
"Alea!"
Anak bungsu Rizky itu menoleh dan menunggu suaminya berbicara.
"Aku percaya kamu bisa jaga diri sebagai seorang istri!" Luham bertutur pelan, matanya memancarkan banyak hal yang ingin dia ungkapkan tapi selalu saja tertahan di tenggorokan.
Alea mengangguk tanpa mau meminta penjelasan lanjut dari suaminya. Yang dia tahu hanyalah sekarang dia seorang istri dan harus ingat selalu status itu, tidak lagi bisa seenaknya seperti dulu.
Dengan gerakan pelan dan terkesan berat, Alea mencium punggung tangan Luham dan berkata singkat, "Hati-hati, Mas!"
Lelaki yang berprofesi sebagai Kasi Kesra desa dan dosen itu bergumam pelan, lalu mengucap salam dan segera meninggalkan Alea untuk berangkat ke Boyolali.
KAMU SEDANG MEMBACA
8. Real yang tak Nyata
RandomTidak Semua yang kita harapkan bisa terwujud, dan tidak semua yang kita tolak bisa menjauh. Hidup tidak semudah apa yang kita mau.