"Minta waktunya, seumur hidup kamu!"
Kalimat yang masih terngiang di telinga Shanum. Kalimat yang cukup membuat hatinya menghangat lagi setelah berbulan-bulan ini dia lalui dengan kesendirian.
Tidak mudah menjalani hidup sebagai dirinya, meskipun dia tau pasti di luar sana masih banyak yang mempunyai masalah lebih berat. Menikah di usia masih cukup muda, saat itu dia sedang aktif-aktif nya mengajar di madrasah dan rumah Tahfidz khusus yatim, dia juga sedang gencar berorganisasi, aktif berbakti sosial bersama teman seorganisasinya, abahnya yang seorang ketua ormas islam setempat membuat dia juga mempunyai posisi penting di organisasi tersebut.
Hidupnya memang seproduktif itu, tapi itu semua sebelum menikah. Setelah datang seorang pemuda yang kelihatannya bersahaja dan berpendidikan menikahinya, hidup produktif itu berubah 180 derajat. Awalnya dia menaruh harapan tinggi, menikah dengan seorang calon wakil rakyat berarti kesempatannya melebarkan sayap dalam hal mengajar dan berorganisasi akan semakin besar. Dia pikir akan lebih mudah lagi menyebarkan manfaat karena posisinya sebagai istri seorang wakil rakyat.
Tapi itu semua hanya angan-angannya karena pada kenyataannya, setelah suaminya benar-benar terpilih itu semua malah menjadi awal keterpurukannya. Rangga melarangnya ikut organisasi dan mengajar lagi, sampai akhirnya dia paham kenapa Rangga begitu tidak menginginkan dirinya.
Dan ternyata karena Rangga sendiri belum ingin menikah, dia berambisi menjadi pejabat tinggi, dia menuruti masukan orang-orang sekitarnya agar menikahi Shanum untuk mendapat simpati banyak orang, abah Shanum cukup terkenal di daerahnya, banyak jamaah nya, mereka yakin Rangga bisa dapat banyak suara, dan itu terbukti.
Setelah dia berhasil menjadi salah satu pejabat, terlihatlah aslinya dia. Seorang Rangga yang terlihat bersahaja, Santun dan berpendidikan itu ternyata hanya pakaiannya saat di depan publik, setelah di rumah dia akan melepas pakaian itu dan berubah jadi Rangga yang pemarah dan ringan tangan. Hari-hari itu sering Shanum lalui dengan makian dan pukulan jika menurut Rangga dia salah.
Hanya dua bulan saja dia bertahan sampai akhirnya dia nekat pulang ke orangtuanya, tapi permainan Rangga lebih licik, sebelum Shanum yang mengajukan gugatan, terlebih dulu pihak Rangga yang menggugat ditambah menyebar berita dirinya telah menjatuhkan talak karena tak sanggup memenuhi Shanum yang menuntut banyak materi darinya.
Selama proses perceraian itu beban mental yang Shanum terima cukup berat. Rangga yang sudah dikenal bersahaja berhasil membuat sebagian masyarakat percaya dan akhirnya banyak yang menghujat Shanum. Sindiran, cacian, bahkan omongan langsung pun pernah dia terima.
Puncak keterpurukannya adalah saat itu, saat di mana dia bercerai, tercoreng namanya ditambah kehilangan seorang ibu yang teramat dia cintai. Bisa dibilang saat itu adalah titik terendah dalam hidupnya.
Sejak badai perceraian yang dia alami tahun lalu cukup memporak porandakan hidupnya, menarik diri dari masyarakat adalah salah satu bentuk self healing nya selain usaha Keluarganya yang harus membawa dia kesana kemari untuk mengembalikan mentalnya.
Setelah berhasil sembuh dari keterpurukan, akhirnya dia mulai kembali hidup baru dengan semangat dan pribadi yang baru. Selama ini keluarganya cukup banyak membantu tapi dia sadar peran diri sendiri lebih dibutuhkan untuk menyembuhkan luka batin.
Perlahan Omnya yang seorang dokter membantunya untuk kembali menjadi Shanum yang dulu, Shanum yang jiwa sosialnya tinggi, Omnya mulai memotivasinya ikut organisasi yang sama hingga membawanya bertemu dengan seseorang yang entah kenapa membuat Shanum kembali mempunyai harapan tentang pasangan.
Shanum menutupi semua luka batinnya dengan keceriaan dan tingkah antiknya yang kadang bikin orang-orang greget. Dia suka bercanda, hidupnya pernah dibuat lelucon oleh orang lain, lalu kenapa dia harus serius? Begitu yang dia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
8. Real yang tak Nyata
RandomTidak Semua yang kita harapkan bisa terwujud, dan tidak semua yang kita tolak bisa menjauh. Hidup tidak semudah apa yang kita mau.