10. Jalan Jodoh

4K 604 141
                                    

"Kamu pulang aja Al, biar abi aku yang nungguin, sama nanti Ilyas dan Rey mau nyusul kesini kok!"

Alfa masih enggan meninggalkan rumah sakit, tadi begitu mendapat kabar bahwa Sang Abi masuk rumah sakit, dia yang sedang di Magelang langsung pulang. Berulang kali Dito meyakinkan bahwa abinya sudah membaik setelah tadi sempat tak sadarkan diri dan ternyata tensi darahnya naik.

"Abi beneran nggak apa-apa kan, Kak?"

"Insyaallah. Makanya kamu pulang dulu habis perjalanan jauh, biar abi yang nunggu dikit aja malah bisa istirahat total! Bunda juga di rumah udah ditemani Sean."

Akhirnya dia menyetujui perintah Dito, dari Magelang dia langsung ke rumah sakit karena ingin segera melihat abinya.

"Alea udah tau, Kak?"

"Aku tadi udah telepon Luham, memang mereka sudah berencana kerumah abi sebelumnya."

Alfa mengangguki lalu dia menengok abinya sekali lagi sebelum pulang. Baru kali ini dia melihat abinya sakit yang benar-benar sakit seperti ini, biasanya Sang abi hanya cukup istirahat di rumah.

Sesampainya di rumah dia langsung di sambut istri cantiknya, dengan lembut Kinan langsung membuatkan Alfa teh dan menemaninya duduk di ruang tengah, Kinan tahu suaminya itu sedang memikirkan sesuatu.

"Anak-anak udah tidur?" tanya Alfa lalu ketika Kinan mengiyakan dia langsung merebahkan diri di pangkuan Kinan.

"Abi gimana Mas? Maaf ya, aku nggak bisa langsung kesana bawa dua anak."

Alfa tersenyum menenangkan, lalu mencium telapak tangan Kinan dan membawa tangan Kinan ke bawah pipinya.

"Alhamdulillah kata Kak Dito abi udah membaik, tadi abi tidur aku nggak tega buat bangunin."

"Mas kalau aku pengin tau masalah Alea, boleh? Penasaran soalnya, tapi kalau nggak boleh nggak apa-apa!" tanya Kinan malu-malu. Dia tau antara Alea dan mertuanya sedang ada masalah tapi mau bertanya lebih lanjut tidak berani, barulah ketika mendapat kabar Sang Mertua sakit, dia memberanikan diri untuk bertanya.

Alfa malah menertawakan istrinya ini, sungguh kepolosan sudah bersatu dengan nadinya. "Aku cuma khawatir kamu keceplosan depan Alea."

"Insyaallah enggak! Jadi kenapa?"

Sebelum menjawab, Alfa mencium sekali lagi tangan Kinan. Tangan yang selalu mengurus dirinya dan anak-anaknya dengan penuh ketulusan.

"Sebenarnya masalahnya sepele, tapi rumit. Eh nggak sepele juga sih kalau menyangkut hati. Jadi abi itu kalau aku duga pasti sakit karena kepikiran Alea, kamu tau sendiri kan semenjak dijodohkan beberapa bulan yang lalu, Alea seperti marah, ya walaupun marahnya hanya dia tunjukkan dengan cara menjauh dari abi. Tapi percayalah abi itu walaupun tegas kayak gitu kalau udah menyangkut kebahagiaan anak pasti kepikiran banget."

Kinan masih serius mendengarkan suaminya bercerita, tadi dia juga sempat berpikir karena saking kepikirannya tentang Alea akhirnya mertuanya jatuh sakit.

"Kamu ingat nggak, waktu abi pernah tiba-tiba minta antar ke Bandung?"

"Yang waktu berangkat sama Om Arkan dan Om Nazril juga?"

"Iya, waktu itu kakek yang minta ketemu, akhirnya abi yang memilih datang ke sana daripada kakek yang harus kesini. Sampai sana kita semua syok dengan pernyataan kakek yang akan menjodohkan Alea dengan Luham. Waktu itu abi juga sempat menanyakan alasannya, abi pun kaget,"

Kinan menegakkan badannya, "Jadi tentang sepersusuan itu gimana Mas? Kok aku pusing sih!"

Alfa kini duduk dan menatap Kinan dengan serius. "Kamu janji jangan sampai keceplosan ini di depan Alea, Rey atau yang lainnya karena yang tau masalah ini hanya keluarga kita, Om Nazril dan Om Arkan, sama Simbah Hanif."

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang