28. Keraguan Alea

5.3K 632 105
                                    

Siang itu, di hari libur Luham sedang menunggu Alea yang masih di kamar mandi untuk berwudhu. Sudah 30 menit berlalu sejak adzan dzuhur dikumandangkan tapi mereka belum juga sholat, Luham sengaja sholat di kamar karena ingin berjamaah dengan Alea. Sudah beberapa hari dia sibuk mendobel jadwal mengajar di pesantren, menggantikan tugas salah satu ustadz yang izin karena menikah, dan baru hari ini ustadz itu kembali.

Sebenarnya ada satu hal yang mengganggu pikiran Luham selama ini tentang Alea. Baru sebatas dia pantau, tapi rasanya semakin kesini Luham semakin merasa resah.

Tentang penyakit yang dimiliki Alea. Bukan penyakit parah yang memerlukan pertolongan dokter, melainkan penyakit hati dan obatnya hanya Alea sendiri yang bisa menyembuhkan.

Was-was.

Penyakit itu yang selama ini mengganggu Alea. Was-was tentu saja boleh dilakukan untuk berhati-hati tapi jika was-was sudah dalam tahap parah maka sebisa mungkin harus segera dihilangkan. Kalau di lingkungan pesantren biasanya mereka menyebutnya dengan mamangan.

Seperti yang terjadi pada Alea, dia bisa lama sekali di kamar mandi saat berwudhu, membasuh kaki saja bisa dia ulang berkali-kali. Pernah Luham tanya alasannya dan Alea menjawab agar yakin semua bagian kaki yang masuk anggota wudhu sudah terbasuh semua. Luham anggap wajar jika Alea membasuh kakinya tidak lebih dari lima kali, tapi nyatanya Alea bisa sampai belasan kali.

Tidak hanya itu, ketika hendak mulai sholat pun Alea terkadang butuh mengulang takbiratul ihramnya beberapa kali. Luham pernah menegurnya, tapi hal itu masih beberapa kali terjadi ada Alea.

"Alea!" panggil Luham karena mendengar Alea yang tak henti menguras bak mandi untuk membasuh kakinya.

Tidak ada jawaban dan akhirnya Luham memilih membuka pintu kamar mandi dan mendapati Alea yang masih menyirami kakinya.

"Ayo! Kamu udah hampir menghabiskan setengah isi bak hanya untuk wudhu!"

Luham menunjuk bak mandi yang airnya sudah berkurang hampir setengahnya. Kamar mandi yang ada di kamarnya memang sengaja dibuat bak besar agar airnya menjadi air mutlak yang memenuhi syarat untuk bersuci.

"Sebentar atuh Akang! Nggak sabarang amat!" jawab Alea masih sambil membasuh kakinya.

Luham masih mengamati Alea dari kejauhan, baru beberapa menit kemudian Alea keluar kamar mandi dan bersiap menjadi makmumnya.

Konsentrasi dan kekhusyukan Luham dalam mengimami sholat juga sedikit terganggu saat telinganya mendengar bisikan takbir berulang kali dari Alea, pasti wanita itu gagal satu kali niat.

Baru ketika mereka selesai sholat berikut wiridannya, Luham memutar tubuhnya menghadap Alea. Istrinya itu bersiap meneruskan murojaah rutin mereka tapi Luham menahannya.

"Ada apa?" tanya Alea yang heran karena Luham memindah mushafnya ke meja.

"Aku pengin tanya serius sama kamu, sebenarnya apa yang ada di pikiran kamu ketika wudhu atau mau sholat, sampai harus diulang banyak kali?"

Alea tersenyum canggung, dia tau arah pembicaraan Luham. Dia sendiri juga sadar sering merasa was-was.

"Ya begitu lah Mas! Aku kan berhati-hati aja, kalau pas wudhu ya supaya airnya rata, rasanya itu harus berulang kali di basuh baru rata, dan ketika takbiratul ihrom itu kayaknya niatku belum sempurna jadi harus diulang."

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang