23. Suami Indihome

4.9K 630 133
                                    

Reyshaka turun dari mobilnya dan langsung masuk ke area penjemputan. Selepas kerja tadi dia langsung menuju bandara untuk menjemput papanya. Sementara pesawat yang ditumpangi papanya belum datang, Rey memilih membeli kopi.

Setengah jam berlalu dan hpnya bergetar tanda panggilan dari papanya. Tidak butuh waktu lama untuk papanya menemukan Rey diantara sekian banyak orang.

"Taksinya, Pak!" sapa Rey pada papanya.

"Boleh ngutang dulu Pak? Honor belum cair!" jawab Nazril tak kalah konyolnya.

Gelak tawa mereka membuat pandangan orang-orang di sekitar langsung tertuju pada dua pria itu. Mungkin bukan semata-mata suara tawa mereka, tapi juga penampilan mereka yang sedikit mencolok di antara yang lain. Sebut saja ganteng.

Keduanya beriringan menuju mobil dengan Rey yang membawa koper Sang papa. Nazril berhenti sebentar karena mengabari istrinya bahwa dia sudah sampai di Semarang.

"Gimana rumah selama Papa tinggal? Aman kan?"

"Alhamdulillah aman." jawab Rey sembari membelokkan mobilnya keluar dari bandara.

Nazril tersenyum penuh arti sembari menepuk pundak anak sulungnya. "Langsung ke rumah eyang aja Rey!" ujarnya.

Rey menoleh ke samping sedikit terkejut karena papanya tiba-tiba mengajak ke rumah eyangnya, rumah yang selama dua hari ini dijadikan tempat menyendiri mamanya.

"Mama kamu sukanya memang begitu, bertapa dulu kalau ada yang dipikirkan! Nanti biar Papa yang bicara!"

Dengan tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan Rey merespon ucapan papanya, "Papa sejak kapan tau mama di sana?"

"Kamu makanya kalau ada apa-apa bilang sama Papa, jangan alasan Papa sedang kerja jauh!"

"Rey hanya nggak mau ganggu kerjaan Papa, Rey juga pasti akan cerita kalau Papa pulang."

"Telat. Papa udah update !"

Rey tertawa pelan dan ketika sudah memasuki komplek perumahan eyangnya, Rey melajukan mobil semakin pelan. Dia menghentikan mobilnya di depan gedung day care. 

"Pa! Aku pulang dulu ya!"

"Nggak! Ayo ikut Papa masuk! Laki-laki kok mutungan gitu!"

"Rey nggak putus asa Pa, cuma memberi waktu mama aja buat ngademin hati. Kalau lihat Rey nanti takutnya jadi inget rasa kecewanya!"

Rey bersungguh-sungguh dengan ucapannya, kemarin waktu dia kesini minta maaf Sang Mama masih terlihat enggan bertemu, akhirnya dia hanya bisa ngobrol lama dengan eyangnya.

"Insyaallah mama udah sembuh. Efek kangen sama Papa juga kemarin jadi murung, sekarang Papa udah di sini pasti mama nggak murung lagi!"

Mau tidak mau Rey menuruti perintah papanya. Dia berjalan di belakang Nazril, dan ketika melihat mama juga eyangnya di taman samping, Rey langsung mendekat dan cium tangan mereka.

"Baru pulang kerja, Le?" tanya Sang Eyang.

"Jemput papa dulu, langsung kesini Eyang!"

"Ya sudah sana istirahat, tadi mama kamu masak enak!" titah eyangnya.

"Beneran makan ya Rey, jangan cuma minum kopi!" sahut Ralin dan Rey mengangguk, sempat menatap sebentar untuk membaca mimik wajah mamanya. Dan sepertinya Rey belum dapat maaf darinya.

Reyshaka mandi terlebih dahulu dan sesuai perintah mamanya dia makan sembari menonton tv. Tangannya terulur untuk membuka pesan terakhir dari shanum.

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang