Malam minggu malam yang panjang
Malam yang asyik buat pacaran
Pacar baru, baru kenalan
Kenal di jalan jenderal sudirmanMari pacaran pacarku, mari pacaran sayangku
Cinta ketemu cinta panas membara sedap betul
Rindu ketemu rindu tegangan tinggi tinggi sekali..Ada yang tau lagu ini?
Kalau ada yang tau, berarti harusnya udah tua..
Eh astagfirullah, maaf! Sengaja!
Aku hafal lagu itu karena dulu hampir setiap malam minggu abi sama bunda quality time dan nyanyiin lagu itu.
Kenapa tiba-tiba aku bahas lagu itu? Nggak apa-apa sih, random aja karena kayak sesuai dengan keadaanku saat ini. Malam minggu malam yang panjang.
Malam minggu ini beneran terasa panjang banget bahkan sampai hampir jam satu malam ini mataku masih terbuka lebar. Atau lebih tepatnya dipaksa terbuka lebar walaupun sejujurnya sudah ngantuk pol.
Malam ini adalah malam yang.... entahlah aku harus menyebutnya apa. Di rumah masih banyak sekali orang, ada yang ngobrol, ada yang serius berdiskusi, ada juga yang masih mujahadah di masjid.
Semua ada wujud dukungan yang diberikan untuk Mas Luham. Besok pagi, seluruh warga kelurahan akan menggunakan hak pilih mereka untuk menentukan siapa yang akan memimpin desa ini selama lima tahun kedepan.
Malam-malam sebelumnya pun sering ramai seperti ini tapi biasanya jam 12 an mereka sudah pulang tapi khusus malam ini sepertinya mereka tidak akan pulang. Tidak masalah, itu tandanya mereka benar-benar tulus mendukung Mas Luham.
"Umi tidur aja, Alea antar ke kamar ya?" Aku meminta umi mertua untuk istirahat saja karena sampai sekarang beliau masih kekeh ingin ikut begadang.
"Nggak apa-apa, Umi tadi udah tidur sambil duduk, udah nggak ngantuk! Bunda kamu udah jadi pulang ya?"
"sampun, barusan kasih kabar kalau sudah sampai di rumah," jawabku.
Bunda dan abi, mama Ralin, Papa Nazril, Om Arkan juga keluarga Kak Alfa tadi ikut mujahadah di sini, ikut mendoakan Mas Luham walaupun mereka tidak ikut dalam pilkades ini. Aku meminta Kak Alfa untuk mengajak bunda dan abi pulang karena kasihan kalau menuruti permintaan abi yang ingin ikut begadang.
Aku harus kembali bersyukur sebanyak-banyaknya karena dukungan terus mengalir, baik dari sanak saudara maupun dari sebagian besar masyarakat. Mereka rela capek selama beberapa minggu ini, rela menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk kemenangan Mas Luham.
Tapi dari semuanya tentu aku paling kasihan lihat suamiku. Walaupun terus tersenyum tapi jelas sekali gurat lelah di wajahnya. Seminggu ini dia benar-benar tak pernah santai, ibaratnya duduk pun tak sempat.
Sekarang pun dia masih terlihat serius berdiskusi dengan timsesnya, sedangkan aku selesai simaan tadi masih duduk bersama umi dan beberapa ibu-ibu yang ikut simaan.
Mas Luham terlihat berjalan ke arahku dan dengan dengan gerakan mata dia meminta aku ikut dengannya.
Aku langsung pamit pada umi dan yang lain lalu bergegas menyusul Mas Luham yang sudah masuk kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
8. Real yang tak Nyata
RandomTidak Semua yang kita harapkan bisa terwujud, dan tidak semua yang kita tolak bisa menjauh. Hidup tidak semudah apa yang kita mau.