5. Ahli Surga

4K 588 86
                                    

Pukul 3 pagi Luham terjaga karena mendengar suara Alea, gadis itu mengigau dan berulang kali wajahnya meringis seperti menahan sakit. Luham tidak kaget karena sebelumnya dia sudah ngobrol dengan ibu mertuanya kalau kebiasaan Alea ketika sakit adalah mengigau.

Dengan perlahan Luham menempelkan telapak tangannya ke dahi Alea, suhu tubuhnya masih cukup tinggi seperti dua jam yang lalu saat Luham juga memeriksanya.

Sebelum masuk kamar mandi Luham menyempatkan untuk mengusap dahi Alea yang mengeluarkan keringat. Lalu dengan perlahan -karena takut membangunkan Alea- dia masuk kamar mandi untuk bersiap melaksanakan sholat malamnya.

Luham memanjatkan doa-doa terbaik untuk kehidupannya dan keluarga, termasuk kehidupan pernikahannya dan Alea.

Diliriknya Alea yang sesekali masih mengigau, Luham semakin tertegun melihat wajah Alea yang pucat. Wanita ini sekarang adalah istrinya, tanggung jawabnya. Namun hingga detik ini dia belum sama sekali menjalankan perannya dengan baik.

Seperti halnya Alea, dia pun berat ketika secara tiba-tiba Sang Abah memberitahu bahwa dia akan dijodohkan. Waktu itu Luham sempat mengutarakan penolakannya tapi rasa patuhnya pada orangtua lebih besar hingga akhirnya dia terima perjodohan itu.

Luham kira semua akan mudah, beberapa kali dia dengar cerita dari teman-teman yang senasib dengannya, mereka bilang nggak butuh waktu lebih dari sebulan untuk mendekati Sang istri setelahnya kehidupan mereka normal seperti pasangan pada umumnya.

Perkiraan Luham sedikit meleset karena kenyataannya hampir tiga bulan menikah dengan Alea, mereka masih terasa asing, dia pernah berusaha menghangatkan hubungan yang dingin, tapi dia sadar perjalanannya akan berat karena dia tahu ada seseorang di hati Alea, dan itu sepupunya sendiri. Reyshaka.

Semua terasa semakin berat ketika Rey juga secara terang-terangan masih menunjukkan perhatiannya pada Alea membuat Luham dan Rey selalu saling melempar tatapan tajam ketika acara keluarga dan mengharuskan mereka bertemu.

Dan serasa menjadi pengecut, Luham selalu tidak bisa mengambil sikap terlalu jauh sebab dia sendiri juga bingung dengan perasaannya saat ini.

"Alea!" Luham sedikit menggoyangkan lengan Alea.

Gadis itu melenguh sambil meringis, perlahan membuka mata dan mendapati Luham yang sudah duduk di sampingnya.

"Udah adzan subuh, sholat di kamar aja. Mushola putri agak jauh, kamu lagi nggak sehat."

Satu alis Alea terangkat mendengar Luham berbicara seperti sedang membaca buku pelajaran. Tanpa intonasi dan tanpa jeda.

Dia memilih mengangguk dan berusaha bangun untuk ke kamar mandi. Badannya terlalu lemas sehingga dia tidak menolak ketika Luham merengkuh pundaknya dan mengantarnya hingga depan kamar mandi.

"Nggak mau ikut masuk?" tanya Alea lirih.

"Hah? Gimana?" Reflek Luham bertanya, suaranya sedikit keras sejalan dengan matanya yang terbuka lebar.

Alea terkekeh pelan, "Nggak Mas, salah ngomong!" dia langsung menutup pintu kamar mandi. Sedetik kemudian dia menepuk mulutnya berkali-kali. Sebenarnya tadi dia tidak sengaja bertanya seperti itu pada Luham. Kebiasannya memang suka usil pada orang lain, hanya di rumah Luham saja dia tidak banyak omong.

"Memang melelahkan jadi orang lain." Alea bicara pada dirinya sendiri di depan cermin. Tidak ada yang menyuruhnya untuk menjadi orang lain, dia sendiri yang ingin. Pada awalnya dia ingin menunjukkan pada abinya bahwa dia tertekan di sini, tapi dia lupa kalau ketegasan abinya itu sekeras baja, malah dia sendiri yang lelah menjadi orang lain.

Alea mengusap wajahnya yang basah, karena bekas air wudhu bercampur air mata. Dia menatap dirinya sendiri yang ada di cermin, beberapa hal sudah dia lakukan agar membuat abinya percaya kalau dia tidak bahagia di sini dan meminta kembali Alea dari keluarga Luham, tapi nyatanya hingga detik ini apa yang dia inginkan tidak terwujud.

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang