6. Telur Dadar

3.8K 604 130
                                    

"Dok, istirahat dulu! Nanti ada tim medis lain yang melanjutkan!"

"Satu lagi Mbak Ev, kasihan itu ibu-ibu udah tua mana janda lagi, perlu banget di openi!"

Evi memutar bola matanya, gemes sekali karena Rey yang suka berlindung pakai kata janda.

Dokter muda itu paling jarang mau istirahat kalau masih melihat pasien numpuk, apalagi pasiennya janda-janda yang sudah tua dan renta. Padahal saat ini tim medis mereka sudah seleai tugas dan biasanya gantian dengan relawan medis dari lembaga lain.

"Terimakasih dokter bungas, Ulun doa akan dokter panjang umur, banyak rezeki nya."

Seorang wanita tua yang mengeluh sakit pinggang mendoakan Rey dengan tulus, wanita itu sangat berterima kasih karena Rey masih mau memeriksanya meskipun sudah hampir petang.

Evi menguap lalu menyandarkan kepala ke meja, terharu, salut sekaligus capek nunggu Rey dan seorang janda dengan nyamannya masih ngobrol. Wanita tua itu terlihat bahagia saat ngobrol dengan Rey.

"Capek Cin? Yok cari makan malam keluar!"

Perawat yang sudah beranak dua itu langsung semangat mendengar ajakan Rey pasalnya hampir sepuluh hari bertugas di sini, mereka jarang sekali meninggalkan posko ini.

"Jangan PHP ya Dok!"

Reyshaka tertawa sambil melepas jas putihnya lalu berjalan menuju wastafel portabel dan mencuci tangannya. "Aku nggak pernah Php Bund! Di PHP in seringnya!" ujarnya sambil mengelap tangannya dengan tisu.

"Duh, Kang Curhat ini! Ngomong apapun ujungnya curhat! Wanita mana sih yang bikin Dokter patah hati sampai trauma sama perawan akhirnya pengennya nikahin janda aja!" jawab Evi merasa penasaran juga, selama ini Rey hanya bercanda atau beneran mengharap janda karena trauma dengan perawan seperti perkiraannya.

Rey tertawa lagi melihat ekspresi Evi yang penuh tanya bahkan dia tidak sadar sudah ada Uun dan Anung sudah ikut pasang telinga untuk mendengar jawabannya.

"Maunya janda rasa perawan!" ujar Rey dengan wajah santainya, lalu tanpa memperdulikan sorakkan ketiga rekannya Rey berjalan ke arah dispenser untuk membuat kopi.

Namun sebelum selesai membuka bungkus kopi saset, perhatian Rey dan ketiga rekannya teralihakan oleh suara ribut yang berasal dari tenda dapur umum.

Anung yang pertama kali lari karena penasaran, tidak lama kemudian dia kembali ke tendanya, sebelum menjelaskan yang terjadi terlebih dulu dia menetralkan nafasnya.

"Ada apa Nung? Menjelang maghrib gini pada ribut, ngeri euy!" ujar Uun.

"Itu Mbak, Si Shanum adu mulut sama relawan dapur umum!" jawab Anung masih dengan nafasnya yang tersengal.

Rey berhenti mengaduk kopi dan memilih mendekat untuk bertanya lebih jelas pada Anung. "Memang kenapa?"

"Masalah telur doang!"

Uun dan Evi yang penasaran akhirnya mendekat, berniat membantu juga seandainya Shanum dalam masalah. Rey memilih kembali duduk dan menikmati kopi hitamnya. Jarinya aktif menari di atas layar hp, kebetulan sinyal sedang bagus dan dia gunakan kesempatan itu untuk menghubungi keluarganya. Pertama papanya karena dia butuh berkonsultasi. Tadi siang dia memeriksa pasien dengan keluhan yang cukup serius dan sepertinya tidak cukup ditangani di posko ini.

AGan
Coba koordinasi sama rumah sakit regional, minta bantuan ambulance dari Barisan Tanggap Bencana. Langsung EKG dan minta rontgen untuk melihat ada tidaknya pembengkakkan jantung!

~Shaka~

Gejala batuk lama juga Gan!
Apa mengarah TB juga?

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang