"Luham nggak pulang kesini?"
Alea menggeleng seraya meletakkan hpnya dan beralih ke samping abinya yang sedang duduk santai di bagian atas rumah. Di sana ada taman mini, banyak tanaman yang sengaja abinya tanam sejak lama.
Tempat ini juga yang menjadi tempat kesenangan abi dan bundanya karena dari sini bisa melihat pemandangan luas, termasuk keindahan senja yang seperti saat ini dia lihat bersama keduanya.
"Nanti malam Mas Luham mau antar umi dan abah ke tempat saudara, ada acara menjelang pernikahan." jawab Alea yang kini sudah memijit pundak abinya.
"Lha kok kamu nggak ikut?" Bundanya menyahut.
Dengan senyum tipis Alea menggeleng lagi.
"Alea, kamu kan istrinya Luham, nanti kalau ditanyain gimana? Kasihan Luhamnya, umi kamu juga pasti nyariin."
Alea menarik tangannya dari pundak abinya dan kini dia mengalihkan topik itu dengan pura-pura bertanya tentang tanaman yang ada di sampingnya. Sejujurnya dia juga paham dan tidak enak dengan mertuanya. Dia jarang sekali ikut acara keluarga Luham, sebisa mungkin Alea selalu mencari alasan ketika diajak Luham datang ke acara keluarga.
Bukan tanpa alasan, dia enggan pergi ke acara keluarga karena sejak pertama sudah mendapat pengalaman tidak nyaman. Luham yang kala itu masih belum bersikap baik pada Alea selalu meninggalkan Alea sendirian diantara banyaknya keluarga Luham dan baru menemuinya lagi saat akan pulang.
Sepanjang acara Alea selalu tidak nyaman, belum ada yang dia kenal, maka dari itu dia selalu enggan jika diajak ke acara keluarga Luham. Entah saat ini, dia masih enggan diperlakukan sama oleh Luham.
"Alea," panggil Rizky yang membuat jantung Alea sedikit berdebar. Perlahan dia beranjak dan kembali duduk di antara kedua orangtuanya.
"Apa semuanya masih berat buat kamu?"
Pertanyaan abinya itu sudah pasti membuatnya tertegun, entah harus dijawab apa sedangkan dia sendiri juga bingung kenapa perasaanya masih tidak jelas seperti ini. Dulu dia memang enggan berdekatan dengan Luham, tapi saat ini rasanya berbeda, semalam mendapati Luham yang meninggalkannya begitu saja membuat hatinya kecewa, seperti rasanya Luham yang juga enggan dekat dengan dirinya. Tapi waktu itu Luham sendiri yang bilang kalau tetap ingin Alea menjadi istrinya, mengajak Alea membuka lembaran baru dan memperbaiki hubungan.
"Bunda, kapan Bunda sadar kalau mencintai abi?" Bukannya menjawab pertanyaan tapi Alea malah gantian bertanya.
Syifa melirik suaminya lalu mulai merangkai kata-kata, "Saat dikecewakan abi walaupun salah paham,"
"Dikecewakan?"
Syifa mengangguk, "Dulu ada salah paham antara kami, dulu Bunda meminta abi datang ke suatu tempat untuk membuktikan keseriusannya, tapi abi nggak datang dan Bunda kecewa banget. Awalnya Bunda selalu mengelak akan perasaan cinta itu, tapi ketika dikecewakan abi rasanya sakit banget sampai bisa nangis dan ternyata Bunda baru sadar bahwa abi memang benar sudah ada di hati Bunda."
Syifa kembali melirik suaminya yang sedang senyum-senyum. Lalu kembali melanjutkan penjelasannya untuk Alea.
"Rasa sakit itu berbanding lurus dengan perasaan cinta, semakin kamu cinta maka semakin perih rasanya saat orang itu menyakiti atau mengecewakan kamu."
Alea masih mencerna ucapan bundanya, sambil membandingkan dengan perasaannya sendiri. Apakah sama seperti yang bundanya alami?
"Kadang manusia memang begitu, butuh sedikit sentilan agar bisa sadar." sahut abinya.
"Kak Alfa udah jadi pulang belum ya, Bi?" tanya Alea tiba-tiba.
"Masih makan tadi," jawab Rizky.
KAMU SEDANG MEMBACA
8. Real yang tak Nyata
RandomTidak Semua yang kita harapkan bisa terwujud, dan tidak semua yang kita tolak bisa menjauh. Hidup tidak semudah apa yang kita mau.