Extra Chapter : Ziarah

5.8K 634 111
                                    

Ojo Adigang, Adigung, Adiguna.

Dari kecil sering ya mendengar kalimat itu? Kalimat yang merupakan petuah dari leluhur untuk generasi penerus. Aku pernah baca sekilas apa maksud petuah itu, yang kurang lebih artinya jangan membanggakan kekuatan, kebesaran dan kepandaian yang kita punya.

Ralat deh, bangga boleh sih tapi yang nggak boleh itu menyombongkan apa yang sedang kita miliki. Bunda selalu pesan sama aku, jangan sampai aji mumpung dengan apa yang aku miliki sekarang. Mungkin sekarang aku sedang menjadi wanita yang mendampingi orang nomor satu di desa ini, maka dari itu jangan sampai menyombongkan jabatan yang kini sedang disandang oleh Mas Luham.

Tapi kalau dipikir-pikir apanya juga yang mau disombongkan, justru Mas Luham selalu menanamkan dalam diriku bahwa kita ini bukan raja melainkan pelayan rakyat. Yang sedang kita emban itu adalah hak-hak warga, bukan malah meminta mereka melayani kita.

Masyaallah, makin cinta aku sama Bapak Luham ini.

Kalau Kak Alfa dengar pasti udah dicibir habis-habisan sama dia.

Segala macam teori menjadi pemimpin yang baik sudah aku dapat tinggal nanti prakteknya ketika Mas Luham sudah resmi dilantik. Semoga aku nggak mengecewakan ya! Deg-deg an juga rasanya, aku takut banget nggak bisa jadi istri yang baik buat Mas Luham.

Dan untuk mengawali tugas walaupun belum dilantik, hari ini secara mandiri aku pergi ke banyak tempat untuk mengurus ini dan itu. Mandiri itu artinya aku sendirian tanpa diantar Mas Luham karena beliaunya lagi sibuk di kelurahan.

Pelantikan kepala desa insyaallah akan dilaksanakan dalam sepuluh hari kedepan, maka sebelum itu Mas Luham berusaha mewujudkan segala persiapan termasuk nadzar abi yang ingin mengajak seluruh keluarga ziarah ke makam wali dan ulama.

Maka hari ini aku muter-muter dari mulai ke penjahit ngecek seragamku dan mertua untuk pelantikan, ke restoran Kak Alfa ngecek konsumsi buat besok yang akan di bawa perjalanan, terus terakhir ke rumah abi sekedar memantapkan persiapan saja.

Untuk urusan bus dan yang lain lagi sudah diurus oleh Mas Luham. Kita memang bersikeras menyiapkan semuanya walaupun abi juga kekeh tapi akhirnya dengan rayuan mautku, abi luluh.

Besok akan ada dua bus yang berangkat. Satu bus untuk keluarga bani ahmad, dan satu lagi untuk keluarga Mas Luham. Sesuai rencana abi dan papa Nazril, rute ziarah akan di mulai dari Jawa Tengah lalu ke Jawa Timur dengan Jombang tujuan akhirnya.

Mas Luham sudah meminta tolong Rey dan Arsha untuk menyiapkan home stay yang rencananya keluarga bani ahmad akan menginap di sana setelah selesai acara ziarah, untuk jalan-jalan dulu tentunya. Sedangkan rombongan keluarga Mas Luham langsung pulang.

Kalau boleh jujur, aku selalu lega saat dengar Mas Luham dan Rey teleponan untuk persiapan ini, rasanya tuh gimana ya? Intinya seneng kalau mantan dan suami akur.

Haha mantan apaan Alea!! Abi dengar habis kau!

Intinya aku senang, karena akhirnya beban hati yang pernah aku dan Rey rasakan bisa hilang tergantikan dengan rasa bahagia. Alhamdulillah.

"Alea pulang dulu ya Bunda!" pamitku pada Bunda setelah sholat isya selesai.

Aku meraih tas dan langsung mendekati bunda yang bersiap ngaji ke mushola putri.

Bunda memandang aku dengan sedikit heran. "Pulang sendirian?" tanyanya. "Berani?" Ekspresi bunda seakan meremehkanku. Nggak meremehkan juga sih karena emang yang beliau tau aku ini anaknya yang paling penakut.

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang