3. Lampu Emergency

4.3K 574 86
                                    

"Jadi sebagai respon tanggap bencana, Rumah sakit kita akan segera mengirimkan tim relawan medis! Saya sudah punya daftar tim 1 yang akan berangkat."

Semua anggota rapat darurat itu menunggu Sang Direktur merilis daftar tenaga medis yang akan segera dikirim ke daerah bencana. Ada yang berdoa sepenuh hati agar tidak termasuk daftar itu karena banyak pertimbangan dan ada yang berharap bisa bergabung dalam tim, biasanya orang-orang yang jiwa relawannya tinggi selalu siap jika dikirim ke daerah bencana.

"Rencana tim 1 akan dikirim paling lama dua pekan dan segenap manajemen sudah memutuskan empat orang yang akan berangkat besok pagi. Satu dokter, dua perawat dan satu apoteker." Sang Direktur mulai mengumumkan tim yang akan berangkat, tatapan matanya menyapu seluruh anggota rapat lalu berhenti di satu orang yang sejak tadi khusyuk mendengarkan. Ralat. Bukan khusuk mendengarkan tapi khusuk karena ngantuk.

"Dr. Rey yang akan mengkoordinasi tim 1!" lanjut pria berambut putih itu.

"Saya yang pilih perawatnya ya Dok?" ujar Rey tiba-tiba semangat padahal tadi ngantuk, tapi dia tidak kaget karena sebelum rapat Sang Direktur sudah menghubunginya terlebih dahulu.

Pria tua itu langsung geleng-geleng kepala melihat respon anak buah kesayangannya itu. "Boleh. Tapi jangan perawat yang baru-baru lulus, bisa nggak mau pulang kamu!" ujarnya dan langsung mendapat respon heboh dari anggota rapat.

Rapat di siang hari itu selesai dengan keputusan Rey dan ketiga rekan kerjanya berangkat menuju daerah bencana pada esok hari.

Sebagian anggota rapat langsung menuju masjid rumah sakit untuk sholat termasuk Rey, baru mereka menuju kantin untuk memenuhi panggilan kelaparan.

"Dok, kenapa nggak pilih Maya aja sih? Bosen sama Mbak Uun dan Evi terus!"

Rey memukul kepala Anung-Apoteker yang akan ikut satu tim dengannya dengan sumpit yang belum dia buka dari plastik.

"Kalau sama Maya kamu bukan mau jadi relawan, aku hanyutin kalian berdua!"

Pemuda yang satu tahun lebih muda dari Rey itu tergelak karena merasa ucapan Rey benar. Maya adalah perawat fresh graduate yang belum lama diterima di rumah sakit ini. Parasnya yang manis membuat dia banyak dilirik kaum kesepian.

"Awas ya besok minta makan sama kita!" sahut Uun, salah satu perawat senior yang namanya termasuk dalam tim Rey.

"Aku juga ogah, biasanya Anung kalau berangkat jadi relawan paling nggak tahan lapar!" tambah Evi perawat senior yang juga dipilih Rey untuk ikut bersamanya.

Bukannya sedih, Anung malah semakin terbahak. Mereka memang sudah cukup dekat, apalagi dengan Rey, walaupun baru satu tahun gabung di rumah sakit ini. Sifat Rey yang humble dan sedikit konyol membuat dia banyak disukai, terutama kalangan karyawati, ditambah dia yang good looking semakin menambah panjang daftar fans nya.

Rey kalau soal kerjaan memang tidak pernah menyepelekan, dia sengaja memilih orang-orang yang sudah berpengalaman karena bertugas di daerah bencana tidak sama dengan tugas di rumah sakit, perlu pengalaman dan menurutnya Uun, Evi dan Anung sudah yang terbaik. Sebenarnya ada perawat lain yang lebih senior namun Sang Direktur menolak ketika Rey mengajukan nama itu dengan alasan akan dikirim sebagai tim 2 menggantikan mereka nanti.

Selepas jam kerja mereka berempat langsung menuju rumah masing-masing untuk menyiapkan keberangkatan esok hari.

"Assalamualaikum Kak Ale, ada apa?" sapa Rey ketika dia berjalan menuju parkiran. Satu tangannya menenteng minuman dan satu lagi memegang hp.

"Waalaikumsalam. Tadi aku baca di  Wa grup beneran kamu mau berangkat jadi relawan?"

"Iya. Besok. Mau ikut nggak?" tanya Rey dengan iseng ditambah tawa khasnya yang terdengar menyenangkan di telinga Alea.

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang