15. Cara Meluluhkan Alea

4.2K 573 90
                                    

"Shanum!"

Wanita yang merasa dipanggil namanya itu awalnya juga terkejut bertemu Rangga di sini. Shanum hanya tersenyum tipis. Lalu wajahnya kembali tegang ketika Rangga berbalik arah menuju padanya.

"Jadi kamu sekarang tinggal di Semarang?"

"Seperti yang Anda lihat!"

Rangga tersenyum lebar merasa senang akhirnya setelah sekian lama bisa bertemu lagi dengan wanita cantik ini.

Shanum yang awalnya tampak biasa saja tiba-tiba menjadi semakin tegang dan wajahnya pucat ketika Rangga berjalan selangkah lebih dekat dengannya. Rey yang menyadari hal itu langsung mendekat dan berdiri di samping Shanum.

"Maaf, Anda bisa pergi jika sudah tidak ada urusan lagi!"

Rangga melirik Rey bertepatan dengan seorang anak buahnya yang membisikkan sesuatu disusul anggukan kepala oleh Rangga.

"Sayang sekali aku harus buru-buru pergi, kalau tidak pasti akan dengan senang hati ngobrol sama kamu dan lelaki ini!" kata Rangga pada Shanum dan dia mengabaikan Rey.

Shanum tidak menjawab apapun hingga Rangga dan anak buahnya tak terlihat lagi. Ita dan Aiman langsung mendekat. Mereka bertiga menatap Shanum yang masih berwajah tegang.

Beberapa saat kemudian Shanum tersenyum dengan terpaksa lalu mengambil tasnya. "Semua nya, aku pamit pulang dulu ya!"

Tanpa menunggu jawaban, Shanum langsung buru-buru pulang. Rey hanya diam sambil terus menatap Shanum yang kian menjauh dari UGD. Ketiganya langsung kembali ke tugas masing-masing walaupun masih penasaran dengan Shanum.

Dan sejak kejadian sore itu, Shanum seperti ditelan bumi. Jika biasanya hampir setiap hari suara nyaringnya terdengar di lorong UGD, terhitung sudah satu minggu Shanum belum terlihat lagi.

"Si Shanum belum kesini lagi?" tanya Rey ketika pagi itu sehabis libur dua hari dia kembali jaga UGD.

"Kangen, Pak?" goda Uun.

"Iya, biasanya suaranya memekak gendang telinga." jawab Rey. Tentu saja hanya bercanda, tapi sejujurnya Rey juga bertanya-tanya kemana gadis peradaban itu, kenapa sejak bertemu pasien pejabat itu dia langsung menghilang.

Maka hari itu ketika dia sudah selesai tugas shift, dia berjalan ke lantai tiga rumah sakit ini, memasuki lorong ruangan jajaran pimpinan. Langkahnya terhenti di depan pintu kedua dengan papan nama,

Kepala Pelayanan Medik
dr. Muhammad Kaslan, Sp.B

Rey masih mondar mandir di depan pintu, dirinya ragu karena sebelumnya belum membuat  janji untuk bertemu. Akhirnya atas dasar kesopanan Rey mengurungkan niat, dia putar balik dan pulang.

"Rey,"

Pucuk dicinta ulam pun tiba, yang dicari di depan mata. Rey mengangguk sopan saat tanpa sengaja berpapasan saat dr. Kaslan yang baru  dari toilet.

"Mau ketemu saya?"

"Kalau Dokter sedang tidak sibuk."

Dr. Kaslan berdecak lalu tertawa, dokter spesialis itu memang terkenal humble dan milenial banget, kadang suka main aplikasi yang terkenal itu juga.

"Duduk Rey!" titahnya setelah tadi dia merangkul pundak Rey dan mengajak dokter muda itu masuk, kebetulan dia baru saja selesai rapat jadi punya waktu luang.

"Papa kamu apa kabar?"

"Alhamdulillah papa baik, Dok!" jawab Rey agak canggung, sebenarnya tak banyak yang tau kalau dia anaknya Nazril, tapi entah darimana atasannya bisa tau.

8. Real yang tak NyataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang