Pagi adalah bagian waktu dunia yang akan tetap datang meskipun kita masih ingin berpelukan dengan malam. Seperti segerombolan anak manusia yang sepagi ini sudah harus rela meninggalkan nyamannya rumah untuk melaksanakan kewajiban mereka.
Baju seragam berwarna hijau beserta penutup kepala warna senada sudah terpasang rapi di tubuh mereka. Berikut dengan masker, sarung tangan dan gaun pelindung juga sudah lengkap, menandakan bahwa kegiatan bersifat steril itu akan segera di mulai.
"Hasil labnya belum ada ini, Mbak!" kata Rey pada Uun ketika mereka berdua tengah mempersiapkan operasi di jam 5 pagi ini.
"Sudah dok, di belakang coba!"
Rey langsung membuka lembar demi lembar berkas rekam medis pasien.
"Duh, ini mataku yang rabun apa gimana ya? Nggak nemu hasilnya, Mbak!" ujar Rey lagi setelah berulang kali mencari tapi tidak ketemu.
Uun menghampiri dokter muda itu lalu ikut menolak alik berkas mencari lembar hasil pemeriksaan laboratorium pasien.
Merasa tidak ada, Uun hanya bisa meringis dan minta maaf pada Rey. Beruntung dokter umum pendamping operasi pagi ini adalah Rey, yang hanya bisa ngomel sambil bernyanyi, coba saja dokter yang lain pasti Uun sudah habis di marahi.
Uun langsung menghubungi temannya yang di luar ruang operasi agar mengantarkan lembar hasil yang tertinggal.
"Ini Dok!" Uun menyodorkan lembar hasil yang di cari Rey dan langsung saja pemuda itu menatanya di map rekam medis.
Keduanya meneruskan persiapan operasi sambil menunggu dokter anastesi dan dokter bedah datang.
Tidak lama kemudian dokter anastesi memasuki ruangan dan segera melihat rekam medis pasien sebelum melakukan tindakan, di susul seorang dokter lagi masuk. Namun dokter ini bukan yang mereka tunggu sejak tadi.
"Loh bukan dr. Kaslan ya Dok yang operasi?" tanya Uun begitu melihat dokter bedah yang masuk bukan dr. Kaslan melainkan dr. Indra, salah satu dokter bedah di rumah sakit ini.
"Belum kasih kabar beliaunya? Saya yang ganti operasi ini, beliau kan cuti dua hari mau ke Jombang, katanya menghadiri pernikahan keponakannya!" jawab dr. Indra.
Rey yang sedang mengasisteni dokter anastesi hanya bisa terdiam sejenak, pikirannya langsung melayang jauh. Senyum tipis tercetak di bibirnya yang tertutup masker, meskipun jantungnya tiba-tiba berpacu cepat dia tetap melanjutkan aktifitasnya.
Hari ini, wanita yang pernah dia harapkan akan menjadi milik orang lain. Sedangkan dia masih berdiri di sini, tanpa bisa menyaksikan hari bahagianya itu.
'Semoga bahagia, Shanum.' Doa Rey dalam hati.
Dr. Indra mengajak seluruh tim untuk berdoa terlebih dahulu sebelum operasi lalu mulai menggerakkan tangannya untuk berikhtiar menyembuhkan pasien di hadapannya ini. Dia sempat melirik Rey karena heran.
Biasanya Rey akan berbicara hal-hal menarik yang bisa mencairkan suasana operasi yang tegang, tapi kali ini dokter muda itu bekerja dalam diam. Bahkan satu jam operasi pun berjalan tanpa suaranya sedikitpun, dan itu cukup dirasakan oleh yang lain, biasanya Rey tidak akan kehabisan bahan bicara sehingga membuat jalannya operasi lebih santai dan waktu terasa cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
8. Real yang tak Nyata
RandomTidak Semua yang kita harapkan bisa terwujud, dan tidak semua yang kita tolak bisa menjauh. Hidup tidak semudah apa yang kita mau.