33 : Kepergian Kania

284 76 0
                                    

Beberapa dari mereka sedang bermain permainan tradisional, yaitu bekel. Tadi Jisung baru saja membelinya di tukang mainan yang berada di bazar tadi.

"Mati Lo! Mati!" Teriak Lucas pada Doyoung

"Dih, apaan sih! Orang bolanya gelinding tadi." Elak Doyoung tak terima

"Ya kalo bolanya kayang kan serem!" Lucas langsung merebut bola bekel itu dari tangan Doyoung.

Mereka melanjutkan permainan itu yang selalu di selingi dengan adu mulut antara Lucas dan Doyoung. Jungwoo duduk di samping Nira sambil menaruh segelas air hangat di meja.

"Besok Lo jadwal kontrol kan? Gue anter ya." Ucap Jungwoo menyertakan senyumnya

Nira menoleh, "gue gak enak sama lu Woo, gue takut ngerepotin lu terus." Nira sedikit tidak enak karena Jungwoo terus berada di sampingnya

"Santai aja kalik, Lo udah gue anggep kayak saudara gue sendiri. Tenang aja." Ujar Jungwoo masih dengan senyumnya

"What?! Seriously?!" Ten tiba tiba teriak sambil melihat ponselnya tak percaya.

Satu buah botol kosong mendarat mulus di kepala Ten. Botol itu baru saja di lempar oleh Yuta.

"Lu ngapain sih teriak teriak?!" Tanya Yuta tak santai

"I-ini Ka-Kania mati, eh maksudnya meninggal." Ten menunjuk ke arah ponselnya

Jaemin langsung menoleh dengan cepat setelah mendengar nama Kakak tirinya itu. Ia langsung menghampiri Ten dan melihat ponsel Ten.

Jaemin melihat ada sebuah artikel yang menjelaskan tentang pembunuhan seseorang. Di sana memang tidak di sebutkan namanya, namun ada inisial sang pelaku dan korban.

Dari artikel itu menjelaskan bahwa sang pelaku adalah ayah kandung dari korban. Ten langsung mengirim link artikel itu ke grup chat mereka.

"Pelaku di duga membunuh korban akibat depresi karena perusahaannya bangkrut." Kun membaca artikel itu dengan teliti.

"Pembunuhan terjadi pada Jumat sore. Berarti kemaren donk." Johnny juga ikut membaca artikel itu.

"Ko-korban sempat melakukan penyerangan yaitu menyiram pelaku de-dengan air keras." Suara Jaemin bergetar saat membaca artikel tentang Kakak tirinya itu.

"Ten tau dari mana kalau itu Kania?" Tanya Taeil pada Ten

"Tadi aku di kasih tau sama temen sekelasnya Mas. Terus dia ngirimin artikel ini." Ten menjawab pertanyaan Taeil.

"Jaemin, are you okay?" Vio mulai khawatir saat melihat Jaemin meneteskan air mata.

Mereka mengalihkan perhatian kepada Jaemin. Mereka juga tidak menyangka bahwa Jaemin bisa menangisi kepergian Kakak tirinya itu.

Taeil langsung mengambil segelas air untuk Jaemin. Entah apa yang ada di pikiran Jaemin, tapi tiba tiba ponsel Ten yang berada di tangan Jaemin itu jatuh.

"Aaa Jaem, jangan nangis." Haechan langsung memeluk erat sahabatnya itu.

"Kak Ten, terus ayahnya Kania gimana?" Tanya Jisung ingin tahu

"Katanya udah di bawa ke kantor polisi." Jawab Ten jujur.

"Bokapnya gak ngotak anjir." Umpat Hendery

"Bang, gue mau ke rumahnya Kania boleh gak?" Vio meminta izin pada Taeyong.

"Malem malem gini? Gak! Nanti Lo sakit!" Taeyong ternyata memberi jawaban yang tidak sesuai keinginan Vio.

"Yaahhh... Pliss, ya. Gue naik mobil." Ucap Vio sambil mendekat ke arah Taeyong

"Lo mau ngapain kesana?" Tanya Taeyong

"Ya-ya pe-pengen liat TKP, bentar aja kok." Vio memohon kembali

Taeyong menghela nafas, "Mark, anterin Adek gue." Taeyong langsung menyuruh Mark.

Mark langsung mengambil sikap hormat, ia mengambil jaket dan juga kunci mobilnya. Lalu mereka segera pergi ke rumah Kania.

"Kak Ten, Lo tau gak ayahnya Kania di bawa ke kantor polisi mana?" Tanya Jaemin pada Ten

"Gue gak tau." Ten menggelengkan kepalanya

"Vio mau ke rumah Kania kan? Coba suruh dia buat nanya sama orang sekitar, pasti ada yang tau." Usul Kun

Jaemin langsung mengirim pesan kepada Vio. Entahlah, tiba tiba Jaemin merasakan kehilangan seseorang yang ia sayang.

Padahal selama ini Jaemin dan Kania tidak terlalu dekat. Apa lagi semenjak Jaemin mengetahui kebenarannya.

Sedangkan di sisi lain, Mark menemani Vio untuk ke rumah Kania. Kini mereka sudah sampai, rumah Kania sudah di kelilingi oleh garis polisi.

Ternyata masih ada polisi yang melakukan penyelidikan di tempat kejadian. Vio berjalan mendekati salah satu seorang polisi disana.

"Permisi, selamat malam Pak."

"Selamat malam Mba, ada yang bisa saya bantu?" Tanya polisi itu ramah

"Saya boleh tau, pelaku di bawa ke kantor polisi mana Pak? Eumm... Saya teman dekat korban." Tanya Vio pada polisi itu

Polisi itu tersenyum, "pelaku di bawa ke kantor polisi Jakarta Selatan." Jawab polisi itu sopan

"Terimakasih Pak, selamat malam."

Setelah itu, Vio kembali masuk ke mobil. Ia juga langsung menghubungi Jaemin, memberitahu dimana keberadaan ayah Kania sekarang.

"Kita ikut ke kantor polisi atau langsung pulang ke rumah?" Tanya Mark menoleh ke samping

"Pulang aja deh, aku gak mau ke kantor polisi lagi." Jawab Vio.

Setelah itu mereka kembali ke rumah. Sedangkan Jaemin sudah bergegas pergi menuju kantor polisi di temani oleh Doyoung dan Taeil.

Di dalam mobil Taeil hening, Jaemin menggigit bibir bawahnya menahan emosi. Setelah ia tau bahwa pelaku itu ayah kandung Kania, Jaemin menjadi tidak terima atas meninggalnya Kakak tirinya itu.

Kantor polisi terlihat sepi, Jaemin sendiri tergesa-gesa untuk bertemu dengan ayah tirinya itu. Sambil menunggu di ruang tunggu, Doyoung membisikkan sesuatu pada Jaemin.

"Gue tau Lo emosi, tapi Lo gak bisa bikin keributan disini." Tangan kanan Doyoung bergerak mengelus punggung tangan kiri Jaemin.

Seorang lelaki paruh baya keluar dari sel dengan wajah yang kusut. Ia juga memakai baju tahanan dan tangan yang di borgol.

"Jaemin gak mau lama lama disini, Papah tinggal jawab. Kenapa Papah harus bunuh Kania?" Tanya Jaemin to the point.

"Terus saya harus bunuh siapa? Kamu?"

"Shit!" Jaemin bangkit dari duduknya dan hendak melayangkan pukulan.

Namun Doyoung menahan Jaemin, dan berusaha menenangkan Jaemin.

"Kamu gak perlu pukul saya, saya udah terpukul semenjak ada kamu dan Kania di hidup saya." Ucapan beliau mulai melantur

"Kalo kamu mau ketemu sama Kania ya kamu mati aja." Ujar beliau asal

Brakk!!

Jaemin memukul meja dengan sangat keras. Sepertinya dia benar benar emosi dengan pria paruh baya di depannya ini.

"Saya bisa penjarakan anda seumur hidup! Saya gak akan biarkan anda bebas setelah anda menghilangkan nyawa Kakak saya!" Tegas Jaemin penuh emosi

Selanjutnya ia memilih pergi dari hadapan ayah tirinya itu. Jaemin mencoba menenangkan dirinya sendiri. Menurunkan amarahnya, dan berusaha mengikhlaskan kepergian Kania.

^TOGETHER - NCT 2020^

Together [Satu Kostan 2] || NCT 2020 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang