Persiapan (b)

844 119 19
                                    

Suasana kelas IPS 2 nampak begitu ramai di hari senin pagi ini. Setelah upacara selesai, ritual yang wajib dilakukan oleh mereka adalah pergi ke kantin sebelum jam pelajaran pertama di mulai.

Mengingat pelajaran siapa yang akan dimulai, membuat Shani dan Nadse memilih untuk tinggal di kelas. Dan itu tentu saja berbeda dengan Anin dan juga Gracia. Juga beberapa murid yang pergi ke kantin.

Mungkin saat ini hanya ada beberapa orang saja di kelas. Hingga meninggalkan keheningan.

Namun, berbeda dengan Nadse. Ia menatap Shani yang tengah memainkan ponselnya untuk mengecek beberapa tugas yang disudah diberikan oleh guru guru lainnya. Hembusan nafas kasar pun keluar dari bibirnya. Ia mengambil buku mata pelajaran Sosiologi dan memberikan satu buah permen pada Shani.

"Lo kemarin berangkat sama Bu Viny?" Setelah memakan permen tersebut, Shani menyandarkan tubuhnya lalu mengangguk.

"Kenapa gak bilang?" Lagi, Nadse bertanya dengan suara parau yang terdengar sangat mengkhawatirkan Shani.

"Gue lupa, lagian dia juga mendadak sih minta tungguinnya."

Nadse menoleh. Menatap wajah samping Shani yang sedang menatap lurus ke depan sana.

"Kalo aja Gracia tau semua itu, mungkin detik ini juga dia gak mau ngomong sama lo,"

"Iya, gue sadar itu. Gue minta maaf.."

"Jangan minta maaf sama gue, kapan lo bisa bilang jujur ke Gracia?" Tanya Nadse membuat Shani diam mematung.

"Gue—"

Ceklek!

Mereka semua yang berada di kelas segera menegakkan tubuhnya ketika seorang guru masuk. Dengan beberapa buku yang ada dalam genggamannya, guru itu menatap setiap sudut ruangan lalu berjalan menuju mejanya.

"Ini pada kemana?" Tanya Shania terdengar begitu dingin.

"Di kantin, Bu.." Jawab Cindy pelan.

"Cin.. Kenapa lo bilangin sih?" Bisik Nadse.

"Hah? Ya lo kagak bilang sih!"

Nadse memutar bola matanya malas.

"Tinggal enam orang aja nih yang di kelas? Oke, kali ini saya biarin yang di kantin. Sisanya hari ini kita ulangan ya." Jelas Shania sambil mengeluarkan kertas yang sudah dibawanya.

"Bu, ulangan cuma ber-enam?" Tanya Shani.

"Iya, kenapa? Kamu keberatan?"

"Saya panggilin mereka dulu aja ya, Bu." Ucap Nadse yang terlihat sudah berdiri siap untuk memanggil mereka semua.

Shania menoleh. "Enggak perlu, duduk lagi aja. Saya anggap yang di kelas ini sudah absen dan mengikuti ulangan harian ini, lumayan kan buat nambah nambahin nilai di raport kalian?"

"Terus yang di luar gimana, Bu?" Kini, Fiony yang duduk dibelakang mulai membuka suara.

"Kan tadi saya bilang, saya biarin mereka. Otomatis mereka gak ikut ulangan dan ingat, tidak ada remedial. Mengerti?"

"Baik, Bu." Ucap mereka semua dengan suaranya yang pelan.

Bisik-bisik terdengar di kelas, Tasya pun mengambil ponselnya lalu mulai mengetikkan sesuatu di grup. Namun, hal itu segera terhenti ketika Shania memanggil namanya.

"Tasya, mau kamu simpen sendiri hpnya atau saya aja yang simpen?" Ucap Shania sambil berjalan menyebarkan lembaran kertas yang dibawa olehnya untuk ulangan nanti.

"Saya aja, Bu.." Ucap Tasya pelan.

"Bu, kenapa mendadak banget? Biasanya Ibu suka bilang dulu ke kita.." Kini, Aurel pun mulai membuka suaranya ketika Shania berada di dekat mejanya.

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang