Terimakasih JOT karena sudah membuat para member pake seragam SMA lokal. Lumayan, jadi ada banyangan ehe. Selamat membaca~
***
Disebuah kamar yang terlihat begitu rapi, bersih dan tata letak barang yang unik, sangat aestetik. Pemilik kamar yang berusia 24 tahun dan terkenal memiliki senyum manis memikat kini terlihat melamun, pikirannya melayang entah kemana. Tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin karena terlalu lama ia diamkan.
Matanya fokus menatap langit senja diiringi senyum manis yang menghiasi bibirnya.
"Shani Indira.." setelah menyebut nama tersebut ia kembali tersenyum dengan lebar.
Dalam pikirannya berkecamuk, hanya menyebutkan namanya saja berhasil membuatnya mengukir senyum apalagi jika ia melihat wajah cantik dan manis gadis tersebut secara langsung.
Shani, saat pertama melihatnya ia sudah berhasil menyita perhatiannya, bahkan ia sampai melakukan hal yang tak biasa ia lakukan, memberi perhatian dan lebih sering mengumbar senyum.
"Kamu harus ku miliki, Indira." gumamnya diikuti senyum yang menunjukkan sebuah ambisi besar.
Sedangkan ditempat lain, di kamar yang berbeda dan usia yang berbeda pula. Kamar yang bernuansa serba ungu, seorang gadis muda yang baru saja menginjak usia 17 tahun, terlihat menampakkan raut wajah yang berbeda.
Mukanya tertekuk dan muram, terlihat seperti seorang yang menanggung beban yang sangat berat. Padahal ia hanya sedang memikirkan seseorang yang akhir akhir ini selalu hinggap dipikirannya.
"Ih kesel kesel kesel!" Ucapnya kesal dengan menghentakkan kaki lalu melempar dirinya sendiri ke atas kasur empuknya.
Badannya terlentang menatap atap kamarnya.
"Ngapain sih tadi Bu Viny segitunya banget natap Ci Shani? Udah gitu pake segala sok ngumbar senyum sok manis lagi ke Cici."
"Manisan juga senyum gue kemana mana!"
"Eh tapi..."
"Ngapain gue marah yak? Hmmm.."
Gadis tersebut tertawa, menertawakan dirinya sendiri. Konyol memang.
"Bego banget dah gue, ngapain marah marah sendiri coba, kan gak bakal ada yang bisa jawab. Hahaha." ucapnya tertawa geli sendiri.
Akhirnya ia memutuskan untuk menelpon sahabat tersayangnya saja daripada ia menjadi gila nantinya.
"Halo Abin, kesini dong Gege bosen nich,"
"...."
"Bawain makanan yak hehe."
"...."
"Oke Gege tunggu. Mmuahh."
Sambungan telepon pun terputus dan ia kini kembali melamun dan tiba tiba saja terlintas hal lain di otaknya.
"Itu kan Cafe romantis, Cici ke sana bareng sama siapa dah?" Monolognya.
Matanya melotot ketika memikirkan satu kemungkinan,"Apa jangan-jangan..."
"....Cici punya pacar?!"
***
Pagi menjelang siang di jam istirahat tepatnya di jam sepuluh pagi ini, ruang kelas IPS 2 terlihat cukup sepi. Hanya ada dua orang di dalamnya yang sedang mengobrol dengan serius.
Si gadis berambut panjang duduk menghadap gadis berambut pendek yang sudah menyandarkan tubuhnya di dinding kelas. Sambil menekuk lutut, Chika menatap Vivi dengan tatapan penuh harap agar gadis itu bisa mempercayai apa yang di ucapkannya nanti.
