Suara piring dan juga sendok yang beradu pada sarapan pagi ini memenuhi suasana rumah mewah milik Beby. Ia memakan makanan di depannya dengan tenang, tanpa ada rasa buru buru.
Begitu juga dengan lelaki paruh baya namun masih terlihat sangat tampan di depan Beby itu. Lelaki yang berstatus sebagai Ayah kandung Beby itu ikut menikmati makanannya. Walah sesekali ekor matanya melirik dengan lembut namun terlihat cukup tegas pada Beby yang masih fokus.
"Gimana sekolah kamu?"
"Gak gimana-gimana, Pah." Sahut Beby begitu santai.
"Masa sih?"
Beby meneguk minuman disampingnya, lalu meletakkan sendok juga garpunya dengan rapih. Setelah itu Ia melipat kedua tangan di atas meja makan, duduk dengan sopannya.
"Maksud aku.. Gak ada hal lain yang aku lakuin, Pah. Aku gak macem-macem kok." Jelas Beby masih dengan suaranya yang tenang.
Lelaki paruh baya itu hanya mengangguk. Hari ini, terlihat sangat jelas lelaki dihadapan Beby sepertinya akan pergi ke suatu acara, karena terlihat dari cara berpakaiaannya ini yang sangat rapih. Setelan jas navy dengan dasinya membuatnya terlihat semakin tampan.
"Masih nempatin posisi satu di juara umum sekolah?" Tanyanya lagi.
"Masih dan akan tetap di sana." Jawab Beby begitu terdengar ambisius.
Lelaki itu tertawa mendengar ambisi dari anaknya yang cerdas. Ia tersenyum manis seraya menatap Beby.
"Siapa tuh saingan kamu yang katanya hampir nempatin posisi satu?"
Beby mengerutkan keningnya.
"Nadse?" Ucapnya tidak begitu yakin.
"Iya si Nadse Nadse itu. Apa kamu masih suka saingan sama dia? Dulu kamu sering banget cerita sama Papah gimana gigihnya Nadse buat ngalahin kamu. Sekarang gimana sama kegigihan dia? Apa masih ada? Atau udah mundur?"
Sebuah senyuman terpatri dikedua sudut bibir Beby. "Sampai kapan pun dia gak akan bisa ngalahin aku."
"Bagus. Papah suka ambisi kamu."
"Iya, Pah. Makasih.." Senyum Beby.
Kini, keduanya sama sama terdiam. Keheningan menyertai suasana kali ini. Beby yang hendak beranjak pun segera terhenti ketika sesuatu mulai terlintas di pikirannya.
Hal yang sejak lama ingin ditanyakan, tapi tak pernah mampu Ia tanyakan.
"Pah.."
"Iya sayang?"
Beby memberanikan diri untuk menatap netra pekat nan tegas yang dimiliki Ayahnya itu.
"Aku masih pegang janji Papah yang waktu itu.."
Pria paruh baya tersebut tersenyum dan mengusap kepala Beby dengan lembut, hal yang bisa dibilang sangat jarang ia lakukan karena kesibukannya.
"Tenang aja, papa akan tetap pegang janji papa selama kamu juga tetap dijalan yang benar dan gak buat macem macem,"
"Papa udah nitip kamu sama Viny buat mantau kegiatan kamu, jadi jangan susahin dia dengan berbuat ulah, oke sayang?" Lanjutnya lagi dan dibalas anggukan pelan oleh Beby.
***
Viny berdiri didepan pintu rumah yang berwarna coklat, ia sudah berdiri sekitar 5 Menit yang lalu hanya untuk meyakinkan dirinya bahwa yang ia lakukan ini tidaklah salah.
Yah, memang bertamu tidaklah salah, namun bisa dibilang tindakan Viny ini sangatlah nekat dan tak berdasar. Dengan mengandalkan rekannya lagi disekolah, kini ia bisa mendapatkan alamat lengkap rumah murid incarannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/241719107-288-k705110.jpg)