"YES! YES! YES!" Seru Eve, Ariel dan Tasya yang berdiri di depan pintu kelas. Seisi kelas menatap mereka aneh bahkan ada yang sudah bersiap melempar gulungan kertas kearah ketiganya.
"Weh somplak, kenapa lo pada?" Tanya Desy kesal, tidurnya terganggu akibat ketiganya yang begitu berisik.
"Weh juga madam. Coba tebak dong kenapa kita pada seneng hehe." balas Eve tengil masih dengan suara keras.
"Woy Ip, tau gak lo kalo si Chika lagi pms jadinya cepet bilang sebelum gue emosi nih!" Teriak Vivi menggebrak meja.
"Buset Bro, yang pms bini lo tapi yang emosi malah ente, gimana sih ah hahaha." seisi kelas ikut tertawa mendengar celetukan Tasya. Sedangkan Chika mencubit keras pinggang Vivi.
"Oke oke jadi gini, gue tadi lagi Tepe Tepe alias tebar pesona nih ke adik kelas, kita jalan jalan tuh biar pada diliatin trus kita...."
"INTINYA AJA KRIIIIB!!!" Ariel terlonjak kaget mendengar dirinya diteriaki satu kelas.
"Eh buset, lo aja dah yang ngomong Sat," Tasya yang didorong oleh Ariel pun segera berdiri didepan papan tulis bersiap memberi pengumuman.
"Hari ini kita mendapat berita sedih dimana pak Puco yang mengisi mata pelajaran terakhir berhalangan hadir dikarenakan sakit, mari sama sama kita panjatkan doa untuk beliau agar cepat sembuh dimulai dengan kata...."
"ALHAMDULILLAH!!!" Kelas langsung riuh, seperti baru saja mendapatkan sebuah hadiah lotre.
"Sat bangsat, guru sakit malah seneng ckckck ner bener temen sekelas gue, se- frekuensi semua sama gue." gumam Ariel pelan, ia bahkan cekikikan atas perkataannya sendiri.
"Kok malah seneng, kalian gak boleh gitu ih." Semua langsung terdiam kembali mendengar ucapan Shani. Suaranya pelan tapi begitu merdu ditelinga membuat semuanya kicep.
"Gapapa kali Ci, lagian pak Puco matanya juga suka genit kalo liat Ci Shani." ucap Gracia mewakili seisi kelas.
"Nah! Bener banget tuh Ge, tau gak kalian si Bapak gak masuk gegara apaan?" Seru Tasya heboh.
"Emang kenapa sama si Poci eh Puco maksudnya." tanya Vivi.
"Matanya lagi bintitan hahaha.."
"Jiah ha-ha-ha karma is real." Seisi kelas lagi lagi gaduh akibat menggosipkan sang guru.
"YAUDAH, KARNA KITA JUGA GAK ADA TUGAS, LANJUT IP," Teriak Ariel yang sudah berdiri di atas bangku.
"BAGAIMANA JIKA KITA PARA KAULA MUDA BERMAIN GAME SAJA?" Lanjut Eve yang ikut berdiri di atas bangku dan naik perlahan ke atas meja.
"Yok!"
"Gas lah!"
"Di bawah aja yaa, ribet kalo kudu duduk di meja meja gini," Cindy berargumen. Ia berjalan lebih dulu ke depan lalu duduk di lantai. Bersandar di dinding dan duduk di bawah papan tulis.
Kini, mereka semua yang tersisa di kelas mulai maju ke depan. Duduk membentuk lingkaran karena mereka akan bermain sebuah permainan yang akan mempersatukan jiwa dan raga.
Apalagi kalau bukan...
"Mau truth or dare atau pick one neh?" Tanya Tasya sambil dengan sebuah botol cola kosong di tangannya.
"TOD,"
"PICK ONE!"
"Yang kompak dong woy elah," Tasya memukul botol tersebut ke lantai.
"Yaudah, suka suka ente," Sungut Vivi.
"Okey. Apaan Ip jadinye?" Tanya Tasya pada Kakak beradik yang sedang bergelut manja itu.
