Ambisi (a)

969 139 7
                                    

Suasana kantin begitu ramai, hampir tak ada bangku yang kosong. Keempat gadis hits yang berasal dari kelas IPS 2 terlihat celingukan mencari tempat duduk yang bisa mereka duduki.

Karena jengah akhirnya sang gadis alay bergingsul tersebut terpaksa mengeluarkan jurus andalannya yang jarang ia keluarkan. Yaitu mengusir paksa. Sasarannya bukan adik kelas tetapi teman seangkatannya sendiri.

Brak!

"Heh! Lo lo pada udah dari tadi kan disini? Pergi lo sana! Ngurangin rejekinya Bu kantin aja lo! Makan juga enggak, berisik doang iya!" Gebrakan Gracia mengagetkan seisi kantin dan kelima anak cowok yang sedang asik bermain game tersebut.

Kelimanya langsung menatap pada Gracia. "Huh ganggu aja sih lo Gre, lagi seru nih."

"Yuk guys cabut, mak lampir mau makan!"

"Heh! Berani lo?!"

"Enggak Gre, hehe kita pergi yak. Bye." Kelimanya menggeleng dan langsung pergi meninggalkan kantin tanpa perlawanan.

Tak perlu adu jotos atau apapun, karena sebenarnya Gracia anak yang humble dan berteman baik pada siapapun termasuk kelima anak cowok tadi, ditambah Gracia juga merupakan anak yang populer membuatnya selalu mendapatkan kemudahan seperti tadi.

"Ci Shani, Abin, Nads, ayo sini. Kosong nih hehe." panggil Gracia pada ketiganya, yang sedari tadi memperhatikan kelakuan Gracia yang seenaknya.

"Gak boleh gitu tau Ge, kamu kayak preman aja sih." tegur Shani tapi hanya dibalas cengiran oleh Gracia.

"Dia emang suka aneh aneh tau Ci, bahkan pas dia lupa bawa dompet seenaknya aja dia palakin adik kelas." adu Anin memanasi suasana.

"Gak malak yah Nin, tolong diralat. Mereka ikhlas kok ngasihnya, gue gak bakal ambil kalo mereka gak ikhlas,"

"Mereka bilang ikhlas soalnya lo pelototin Esge. Tapi gapapa sih, buat kali ini kakak bangga sama kamu dek. Haha." Nadse menepuk pundak Gracia dan keduanya pun tertawa bersama.

Pelayan kantin pun menghampiri meja mereka.

"Mbak aku pesen batagor satu sama es jeruk, guys kalian mau pesen apa?" Tanya Anin pada ketiganya.

"Samain aja sama lo Nin," ucap Shani dan Nadse. Sementara Gracia memesan menu lain.

"Mbak saya pesen mie ayam satu yang pedes yah mbak," ucap Gracia tapi segera di batalkan oleh Anin.

"Eh enggak mbak, buat Gracia siomay aja trus sambelnya dikit aja yah mbak, minumnya samain aja," Gracia menatap malas pada Anin yang tersenyum mengejek padanya.

"Gak seru lo Nin, ah elah," gerutunya kesal.

Tak lama pesanan mereka pun tiba dan dengan cepat mereka santap bersama, namun tiba-tiba datang seseorang yang mengintrupsi kegiatan mereka.

"Hai!" sapa orang tersebut yang tanpa izin langsung duduk disamping Shani.

"Bu Viny ngapain?" Tanya Gracia mewakilkan isi pikiran ketiganya. Bahkan seisi kantin menatap heran keberadaan guru seni tersebut, karena para guru sebenarnya punya tempat makan sendiri yang disediakan oleh yayasan.

"Ya makanlah Gracia, oh iya ibu duduk sini yah soalnya bangku yang lain penuh." ucap Viny tersenyum tapi bukan pada Gracia yang mengajaknya bicara melainkan pada Shani yang berada disampingnya.

Gracia yang duduk berdampingan dengan Anin pun hanya bisa mendengus dalam hati.

"Udah duduk baru minta izin, untung inget kalo dia guru gue."

"Shani kamu mau cobain nasi goreng punya ibu?" Tanya Viny mendekatkan satu sendok nasi goreng pada Shani, berniat untuk menyuapinya.

"Eh? Gak..." Ucapan Shani dipotong oleh Gracia.

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang