Denial

1.2K 148 26
                                    

"Geee ini kita mau kemana?" Tanya Shani setengah berteriak pasalnya sekarang ia tengah ditarik oleh Gracia.

"Kantin," jawab Gracia singkat.

"Hah? Ya ampun harusnya kamu ganti baju dulu dong Ge.."

"Gampang itu Ci. nanti aja gantinya, sekarang kita mesti ke kantin. Aku haus," Setelahnya Shani hanya pasrah.

Memang di kelas mereka baru saja selesai jam pelajaran olahraga, Shani dan Nadse lebih dulu masuk bilik yang terpisah untuk berganti seragam sedangkan Anin dan Gracia menunggu diluar. Setelah keduanya selesai barulah giliran Anin dan Gracia, ketika Anin tengah berganti pakaian bukannya ikut mengganti, Gracia malah menarik Shani untuk menemaninya pergi sedangkan Nadse bertugas menunggu Anin.

"Cici duduk sini aja, aku mau beli minum dulu. Cici maunya apa?" Shani duduk di kursi yang ditarik oleh Gracia untuknya.

"Aku air mineral aja Ge, kamu jangan beli minuman bersoda ya, selesai olahraga bagusnya air putih aja atau gak minuman isotonik."

"Ih tapi aku maunya beli cola Ci..."

"Gak boleh."

"Ck iya iya," Gracia hanya pasrah, kini tak hanya Anin yang bawel padanya perihal apa yang akan ia makan dan minum tapi Shani juga sama saja sekarang. Tapi tak menampik, Gracia senang karena itu berarti Shani perhatian padanya bukan?

"Hai Cantik sendirian aja, gue temenin yah?" tiba-tiba saja datang seorang cowok yang duduk dihadapan Shani.

Shani yang kaget hanya terdiam, ia memperhatikan seseorang yang ada dihadapannya. Tinggi, kulitnya tak terlalu putih, dan memiliki gingsul. Orang tersebut tersenyum pada Shani sehingga terlihat gigi gingsulnya membuatnya terlihat manis.

"Diem aja. Oh iya gue Frans anak kelas sebelah," tangan Frans terulur mengajak Shani bersalaman.

Plak!

Tangan Frans dikeplak oleh seseorang, Gracia.

"Weits apa-apaan sih lo Gre!" Gracia hanya melirik sinis pada Frans kemudian menarik tangan Shani untuk berdiri.

"Ayo Ci, kita balik ke kelas."

"Eh woi gak usah seenaknya dong lo. Shani mau kenalan tau sama gue!" Gracia berbalik dan tersenyum remeh pada Frans.

"Ha? Apa? Gak kebalik? Elo tuh yang ngebet banget pengen kenalan sama Shani, pake segala pengen salaman lagi. Shani ogah kali di sentuh sama lo hih!" Frans terlihat emosi diejek oleh Gracia, bahkan kini tangannya terlihat mengepal.

"Lo!"

"Apa lo?!" Frans menunjuk Gracia tapi Gracia tak terlihat takut sama sekali.

"Ge udah yuk, mending kita balik ke kelas," Shani menggenggam tangan Gracia yang terkepal mengelusnya perlahan kemudian menariknya untuk pergi.

"Eh Gracia, mending lo urusin si Anin murahan itu aja gak usah ganggu gue sama Shani!" teriak Frans pada Gracia, mendengar teriakan tersebut menyulut emosi Gracia, pegangan Shani ia lepaskan kemudian dengan begitu cepat Gracia menerjang Frans dengan menendang alat vital pria tersebut.

"Arrgghh!" Frans mengerang kesakitan dan terduduk kembali di kursi dibelakangnya.

"Banci lo!! Cowok banci kayak lo gak pantes buat Anin dan Shani jadi gak usah mimpi buat bisa deketin sahabat gue!" Teriak Gracia mencengkeram kerah baju Frans. Baru saja Shani hendak menarik Gracia tetapi sebuah teriakan dari arah belakang menghentikan pergerakannya.

"Greee!!!" Anin berlari kearah ketiganya kemudian memeluk Gracia dari belakang.

"Lepas Nin, nih banci didiemin makin songong tau gak."

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang