Nadse menyandarkan tubuhnya tepat di papan tulis di belakangnya. Ia menghembuskan nafas kasar kala tatap matanya bertemu dengan teman-temannya. Lalu ia menjatuhkan tatapan terakhirnya pada Aurel.
"Gue." Ucap Aurel terdengar begitu dingin.
"Gue juga!" Lanjut ucap Sisca menimpali Aurel yang ada disampingnya.
Nadse menghela napas. Memberanikan diri menatap kedua temannya yang dulu sebenarnya cukup dekat dengannya.
"Kenapa kalian gak setuju?"
"Lo ceroboh." Sahut Sisca.
"Terus?"
"Lo gak terlalu tau tentang konsep konsep ini nanti."
Nadse tersenyum miring mendengarnya. "Apa lo juga ngerti tentang konsep konsep itu?" Tanya Nadse.
Sisca hanya diam.
"Bukannya lo cuma bisa nyanyi aja? Gue tau suara lo bagus, lo pinter dalam olahraga, lo pinter dalam sastra, tapi apa lo bisa ngejar konsep dalam seni ini?" Nadse mengepalkan tangannya kuat. "Gue mengajukan diri bukan karena ambisi gue, tapi karena gue tau, kalian semua pasti gak siap. Gue cuma mau kelas kondusif dalam memilih ketua pelaksana ini karena apa? Kegiatan ini akan memakan banyak waktu dan akan menyatukan pikiran pikiran kita yang ada di kelas ini." Jelas Nadse. Mereka semua terdiam menatap Nadse yang terlihat sedikit kesal. Namun perlahan, kepalan tangannya itu ia lemaskan.
Gadis cerdas itu tersenyum manis.
"Jadi, kalau pemilihan ketua pelaksana tadi kurang dan gak dapat kalian terima, kalian bisa pilih ulang. Terserah kalian mau pakai metode apa, asal kalian percaya orang itu. Gue gak keberatan kalau harus mundur.."
Shani tersenyum manis melihat teman sebangkunya tengah berdiri di depan sana dengan status ketua pelaksana. Dia merasa bangga pada Nadse yang terlihat seperti tak memihak siapa pun.
Nadse adalah bukti nyata bahwa Ia memang netral dalam kelas.
"Gue pilih lo kok.." Ucap Shani mengisi keheningan di kelas.
"Makasih, Shan.."
"Gue juga! Tenang aja, lo bisa kok memimpin kita semua!" Lanjut ucap Anin.
"Bener banget. Kalau pun lo ngerasa gak bisa, masih ada kita untuk bantu lo." Gracia pun mulai beranjak lalu berjalan mendekati Nadse. "Tenang aja ya?"
Nadse mengangguk samar.
Dan terlihat dengan jelas gadis dibelakang sana menundukkan kepalanya dengan tangan mengepal kuat. Kemudian Ia mendongakkan kepalanya menatap gadis di depan sana dengan senyuman tipis.
"Gue.. Setuju kalau itu lo." Ucap Aurel membuat beberapa temannya menoleh terkejut.
Sisca menoleh cepat kearah Aurel, ia masih menatap tak percaya.
"Rel...?"
"Apa? Emangnya lo mau jadi ketuanya? Gue sih ogah," Tanya Aurel santai, sementara Sisca langsung terdiam dan menggeleng pelan. Begitupula Angel dan Michelle mereka berdua tak menyela apapun lagi.
Nadse melempar senyumnya pada Aurel kala pandangan mereka bertemu, namun Aurel tak membalas senyum tersebut. Ia memilih menatap kearah lain.
"Berarti udah fix yah guys kalo Nadse yang jadi ketuanya?" Tanya Gracia ke seluruh penghuni kelas.
Semuanya mengangguk. "Iyalah udah fix, kan emang gak ada yang keberatan kecuali yang ono noh," ucap Jinan dengan tatapan melirik kearah Sisca and genk.
"Apa lo liat liat!" Ketus Sisca melotot.
"Gak ada apa-apa kok, santai dong mbaknya," ucap Jinan santai.
![](https://img.wattpad.com/cover/241719107-288-k705110.jpg)