Clue

1K 141 8
                                    

Kriiiing~~~

Klik

Suara alarm yang berasal dari sebuah kamar yang didominasi oleh warna krem, gadis tersebut terbangun dengan mudahnya. Ia duduk sembari meregangkan tubuhnya kemudian melirik kembali jam weker yang berada diatas nakas.

Pukul 05:00

Ia pun beranjak dari atas kasur empuknya, berlalu ke arah kamar mandi yang berada didalam kamarnya hanya sekedar cuci muka dan berwudhu untuk melaksanakan kewajibannya.

Setelah shalat, ia duduk sejenak mengangkat tangan untuk berdoa, menyisipkan segala keinginan dan juga tak lupa menyebut nama orang tersayangnya dalam tiap doanya.

Setelah selesai urusan ibadah ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, bersiap siap untuk berangkat sekolah.

Pukul 06:15

Kini ia telah berseragam lengkap, kamarnya pun telah ia rapikan tapi ia hanya tinggal melakukan satu rutinitas wajib yang hampir setiap hari ia lakukan.

Drrrrttt...

Ia menelpon seseorang diseberang sana.

"Angkat dong Ge~" gumamnya pelan.

"Halo," setelah beberapa kali menelpon, akhirnya telpon tersebut diangkat. Terdengar jelas suara serak khas bangun tidur.

"Cepet bangun, udah mau jam tujuh Ge,"

"Aku bolos aja deh~" rengek Gracia diseberang sana.

"Geee,"

"Ish iya bun iyaaaa."

Anindhita Rahma, dialah orangnya.

Setelah rutinitas membangunkan Gracia selesai, Anin pun turun ke lantai bawah. Langkah kaki Anin memelan melihat dua orang yang berada di meja makan.

Sejak kapan mereka datang? Tanyanya dalam hati.

"Eh sayang, ayo sini sarapan bareng papa mama." ucap sang mama, ia dengan sigap menyiapkan sarapan untuk anak semata wayangnya. Anin melirik sang ayah yang acuh, tetap fokus pada sarapan dan sesekali melirik tablet yang berada digenggamannya.

"Sini duduk sayang, maaf yah mama cuman sempat nyiapin roti bakar. Tapi kamu pasti suka."

"Aku gak laper," jawab Anin datar. Sang ayah menghentikan pergerakannya kemudian melirik tajam ke arah Anin.

"Duduk!" Titahnya.

"Iya sayang kita sarapan bareng, kapan lagi kita bareng gini. Nih mama buatin roti bakar pake selai strawberry kesukaan kamu,"

"Sejak kapan aku suka pake selai strawberry? Haha segitu lupanya sama anak sendiri bahkan sampai hal sepele gini aja mama lupa," Anin tertawa hambar kemudian berlalu pergi.

"Anindhita!!!" Teriakan ayahnya menghentikan langkah kakinya. Sang mama yang tak mau ada perdebatan segera menenangkan sang suami kemudian ia sedikit berlari ke arah anaknya.

"Em.. Nin, maafin mama yah kalo salah. Ini mama ada oleh oleh buat kamu dan ini buat Gracia, bilang kalo mama kangen sama anak bandel itu," Anin hanya melirik sekilas kemudian mengambilnya, ia masih berusaha untuk menghargai pemberian orang tuanya. Lagipula ia tak akan pernah bisa tega melihat tatapan nanar ibunya.

"Makasih. Nanti Anin sampein. Anin berangkat dulu," Anin mencium punggung tangan ibunya kemudian dengan cepat berlalu pergi.

Di luar rumah Anin berdiri diam. Waktu ia kecil hidupnya terasa begitu sempurna. Ia dengan mudah bisa mendapatkan apapun yang ia mau tak perlu khawatir berapa pun nominalnya. Tapi beranjak dewasa ia mulai merasa jenuh dengan apapun yang orang tuanya berikan, karena yang ia butuhkan sekarang adalah waktu orang tuanya.

ClassroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang